in

Sunda Megathrust, Penyebab Gempa Besar yang Sempat jadi Hoaks dan Beredar di Masyarakat

Fenomena gempa bumi yang sempat menggoyang Banten hingga terasa sampai DKI Jakarta dan sebagian Pulau Jawa beberapa waktu lalu, sempat membuat merasa khawatir. Terlebih, beredar adanya berita soal akumulasi energi Patahan Sunda hampir Kritis yang ternyata adalah bohong belaka alias hoaks. Dilansir dari Sains.kompas.com, Kabar tersebut mengatakan bahwa jarak antar gempa yang semakin pendek dan aktifnya gunung Tangkuban Parahu akhir-akhir ini merupakan indikasi akumulasi energi Sunda Megathrust sudah hampir kritis.

Alhasil, hal tersebut langsung dibantah oleh Daryono selaku Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan ahli gempa ITB Irwan Meilano yang juga menyanggahnya. “Hoaks itu. Siapa bisa tahu itu kritis,” ujar Daryono yang dikutip dari Sains.kompas.com. Memang, Sunda megathrust sewaktu-waktu bisa menjadi ancaman yang mematikan. Meski demikian, belum ada prediksi pasti mengenai kapan dan datangnya bencana besar tersebut.

Menjadi zona aktif yang bertanggung jawab atas banyak gempa bumi besar

Dengan sesar yang memiliki luasan sekitar 5.500 km, Sunda megathrust yang juga disebut sebagai Zona subduksi selat sunda (patahan Sunda), terbentang dari Myanmar di utara, menuju ke barat daya wilayah Sumatra, dan berlanjut ke selatan Jawa dan Bali sebelum berakhir dekat Australia. Karena merupakan zona pertemuan antara Lempeng eurasia yang dihujam oleh Lempeng indo-australia, keberadaannya pun kerap memunculkan gempa.

Posisi Sunda Megathrust [sumber gambar]
Sunda megathrust yang menjadi salah satu zona struktur paling aktif di Bumi, dan bertanggung jawab atas banyak gempa bumi besar. Salah satunya yang terjadi di Aceh pada 2004 silam, di mana gempa berujung tsunami yang terjadi, mengakibatkan ratusan ribu jiwa melayang. Zona ini sendiri terbagi Andaman Megathrust, Sumatra Megathrust, dan Java Megathrust, segmen bali.

Sempat menjadi hoaks yang beredar di masyarakat

Fenomena alam yang terjadi seperti gempa, memang menjadi incaran bagi orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan berita bohong (hoaks). Seperti yang sempat terjadi baru-baru ini, beredar kabar bohong atau hoaks yang mengklaim berasal dari grup geologi Institut Teknologi Bandung (ITB) mengenai akumulasi energi patahan Sunda yang hampir kritis.

Berita hoaks atas nama ITB menyoal atahan Sunda yang semakin kritis [sumber gambar]
Dilansir dari Sains.kompas.com, narasi yang beredar adalah, bahwa jarak antar gempa yang semakin pendek dan aktifnya gunung Tangkuban Parahu akhir-akhir ini merupakan indikasi akumulasi energi Sunda Megathrust sudah hampir kritis. Nantinya, titik kritis yang tercapai, bisa terjadi gempa bermagnitudo 9,0 yang memicu aktivitas sesar Baribis dan sesar Lembang. Diketahui, kabar tersebut ternyata bohong belaka alias hoaks karena belum ada teknologi yang bisa memprediksi kekuatan dan terjadinya gempa.

Bakal terjadi kapan dan di mana saja tanpa bisa diprediksi sebelumnya

Meski tidak bisa diprediksi sebelumnya, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Rahmat Triyono di kantor BMKG mengatakan, bahwa ancaman Sunda megathrust memang riil dan bisa terjadi kapan saja. “Itu adalah ancaman riil. Ancaman nyata yang bisa terjadi,” ujarnya yang dikutip dari Viva.co.id. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan Sunda megathrust menjadi ancaman nyata di sepanjang Pantai Barat Sumatera, yang jaraknya sekitar 200-250 km di laut lepas.

Senada dengan Rahmat Triyono, Kabid Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono menegaskan, bahwa hingga saat ini peristiwa gempa belum dapat diprediksi oleh siapa pun. Baik dari sisi kapan terjadinya, waktu dan kondisi gempa, juga teknologi yang ada, masih belum bisa memprediksi secara akurat.

BACA JUGA: Mengenal Megathrust, Gempa Maha Dahsyat yang Mampu Hapus Indonesia dari Peta Dalam Semalam

Gempa dan fenomena alam lain yang sering terjadi, kerap dibuat menjadi sebuah isu atau kabar bohong (hoaks) yang beredar di tengah-tengah masyarakat. Alhasil, Daryono pun menghimbau masyarakat agar tetap tenang, tetapi waspada dan tidak percaya kepada isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarnya. Maka dari itu, penting bagi masyarakat untuk melakukan persiapan sedari dini, sebelum, saat dan setelah terjadi gempa bumi. Bentuknya bisa dengan menyiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, jalur evakuasi dan titik berkumpul saat bencana terjadi.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

5 Hikmah di Balik Mati Listrik, Salah Satunya Udara Ibu Kota Jauh Lebih Bersih

Cerita di Balik Tas UMKM Semarang yang Ditahan oleh Pihak Imigrasi Rusia, Auto Diburu Netizen