Bidang ekonomi, memang menjadi salah satu pilar kekuatan bagi suatu bangsa agar sanggup berdiri tegak di antara bangsa-bangsa dunia. Untuk itu, diperlukan sosok yang ahli untuk menanganinya. Jika di era saat ini masyarakat lebih familiar dengan sosok Sri Mulyani, di masa lalu ada figur Sumitro Djojohadikusumo yang dijuluki sebagai Begawan Ekonomi Indonesia.
Sosok Sumitro yang merupakan ayahanda dari Prabowo Subianto tersebut, merupakan figur yang besar di masanya. Selain menjabat berbagi posisi penting di Tanah Air, ia juga seorang pemikir besar di bidang ekonomi yang banyak melahirkan buku-buku berkualitas. Berbekal sederet pengalaman profesional dan pendidikan tinggi, tak salah bila ia akhirnya dijuluki sebagai salah satu pakar ekonomi bangsa pada masanya.
Sosok cerdas yang berpendidikan tinggi
Dilansir dari tirto.id, Sumitro yang kala itu baru lulus dari Hogere Burger School (HBS), kemudian berangkat ke Rotterdam, Belanda pada 1935 untuk melanjutkan pendidikan. Hebatnya, ia sanggup meraih gelar Bachelor of Arts (BA) hanya dalam tempo dua tahun tiga bulan saja. Alhasil, pencapaian itupun ditulis sebagai rekor waktu tercepat di Netherlands School of Economics. Tak lama, Sumitro kembali disibukkan dengan kelanjutan studinya di studinya di Universitas Sorbonne, Paris (1937-1938).
Duduki berbagai jabatan penting di era Orde Lama dan Orde Baru
Setelah Presiden Soeharto berkuasa, sebuah kursi pejabat tinggi tengah menanti dirinya untuk segera diambil. Dilansir dari tirto.id, Sumitro yang berpengalaman sebagai Menteri Perdagangan dan Perindustrian (1950-1951) dan Menteri Keuangan (1952-1953, 1955-1956) di era Sukarno, ditunjuk untuk menduduki jabatan strategis. Seperti Menteri Perdagangan (1968-1973) dan Menteri Riset (1973-1978). Posisinya yang kerap bersinggungan dengan kondisi moneter di Tanah Air, membuat dirinya dijuluki sebagai Begawan Ekonomi Indonesia.
Prestasi dan gelar akademi yang pernah diterima
Sumitro yang berpikiran kritis, akhirnya berhasil meraih gelar doktor di Nederlandse Economise Hogeschool, Rotterdam, Belanda pada tahun 1943. Dilansir dari tirto.id, ia telah membuat sebuah disertasi yang berjudul Het Volkscredietwezen in de Depressie (Kredit Rakyat di Masa Depresi). Selain itu, perannya terhadap ekonomi bangsa juga berbuah penghargaan dari dalam dan luar negeri. Seperti Bintang Mahaputra Adipradana (II), Panglima Mangku Negara, Kerajaan Malaysia, Grand Cross of Most Exalted Order of the White Elephant, First Class dari Kerajaan Thailand, dan Grand Cross of the Crown dari Kerajaan Belgia.
Pemikir berkualitas yang menjadi panutan bagi keluarga
Kemampuan Sumitro di bidang Ekonomi, banyak dituangkan dalam sebuah buku. Dilansir dari tirto.id, selama kurun tahun 1942-1994, ia menulis sebanyak 130 buku dan makalah dalam bahasa Inggris. Salah satu karya terakhirnya adalah Jejak Perlawanan Begawan Pejuang terbitan Pustaka Sinar Harapan, April 2000. Tak salah bila sosoknya menjadi panutan dalam keluarga. Anak-anaknya pun ikut menjejakkan sukses sang ayahanda. Seperti Prabowo Subaianto yang berhasil dalam karirnya di militer hingga politik, serta Hasyim Djojohadikusumo sebagai pengusaha besar di Tanah Air.
Sebagai sosok yang dijuluki Begawan Ekonomi Indonesia, keberadaan Sumitro Djojohadikusumo juga banyak mempengaruhi perjalanan ekonomi bangsa. Dengan banyaknyaa buku dan sumbangsih yang diberikan, sudah selayaknya agar kita sebagai anak bangsa meneladani perjuangan sekaligus prestasinya. Khususnya di bidang ekonomi. Gimana menurutumu Sahabat Boombastis?