Oman kini tengah berduka lantaran ditinggal oleh pemimpinnya, Sultan Qaboos bin Said Al Said yang tutup usia pada umur 79 tahun. Tak hanya menyisakan kesedihan bagi rakyatnya, kepergian Sultan Qaboos juga membuat Oman mengalami kekosongan pemimpin baru lantaran dirinya tak memiliki penerus takhta.
Semasa hidupnya, Sultan Qaboos dinilai sangat berjasa lantaran memberikan kehidupan yang lebih baik pada jutaan rakyatnya. Lewat dirinya pula, Oman bersalin rupa dari negeri kumuh di kawasan Timur Tengah, menjadi modern dan berlimpah harta. Seperti apa kisah Sultan Qaboos? Simak ulasannya berikut ini.
Naik ke tampuk kepemimpinan dan mengubah wajah Oman
Sultan Qaboos diketahui telah merebut kekuasaan dari tangan sang ayah lewat kudeta berdarah pada 1970 silam. Hal tersebut dilakukan demi mengakhiri pemerintahan ‘tradisional’ yang membuat Oman terisolir dan jauh dari kata modern. Setelah naik ke puncak kekuasaan, Sultan kelahiran 18 November 1940 itu langsung mengambil kebijakan yang untuk memajukan negaranya.
Gunakan kekayaan negara untuk sejahterakan rakyatnya
Layaknya negeri di Timur Tengah yang berlimpah minyak, Sultan Qaboos menggunakan kekayaan SDA tersebut untuk sejahterakan rakyatnya. Oman yang dulu dikenal miskin dan tertutup, kini tampil menjadi negara modern dan memiliki pengaruh di antara negara-negara teluk. Dilansir dari Dunia.tempo.co (11/01/2020), Sultan Qaboos juga berhasil meningkatkan standar hidup rakyat Oman dan memajukan sektor pariwisata.
Memberikan hak-hak lebih pada kaum perempuan di negerinya
Tak hanya mensejahterakan rakyat, pemimpin yang telah berkuasa selama empat dekade itu juga menaruh perhatian pada kaum perempuan Oman. Hal ini dilihat dari kebijakannya yang memberikan kesempatan pada mereka di dunia politik. Salah satunya dengan menempatkan perempuan pada posisi sebagai Duta Besar Oman untuk AS.
Mediator ulung yang menjadi ‘jalan damai’ antara AS dengan Iran
Jasa lain yang tak kalah pentingnya dari Sultan Qaboos adalah, membantu ‘jalan damai’ dengan menjadi mediator berupa pembicaraan rahasia antara AS dan Iran, setelah hubungan diplomatik kedua negara tersebut hancur pada 1979. Bahkan saat perang Irak-Iran (1980-1988) berkecamuk, negeri kaya minyak itu bersikap netral dan tetap menjaga hubungan dengan pemerintahan Baghdad maupun Teheran.
Sosok pemimpin yang merupakan lulusan Akademi Militer Kerajaan Inggris
Di balik pesonanya sebagai Sultan Oman yang telah berkuasa selama empat dekade (1970-2020), pemimpin bernama lengkap Sayyid Qaboos bin Sa’id Al Bu Sa’id itu merupakan lulusan dari Akademi Militer di Sandhurst, Kerajaan Inggris. Saat kembali ke Oman pada tahun 1964, ia banyak mempelajari tentang hukum Islam dan kebudayaan negerinya sendiri.
BACA JUGA: Fakta-Fakta Enaknya Kehidupan Sultan Brunei yang Bikin Ngiri
Tak salah bila Sultan Qaboos dianggap sebagai bapak Oman Modern karena inovasinya saat menjadi pemimpin negara. Alih-alih memperkaya diri, ia justru menggunakan kekayaan dalam negeri berupa minyak untuk mensejahterakan rakyat. Oman yang dulu dianggap miskin, kini telah menjadi kosmopolitan baru dengan segala kerendahan hatinya. Selamat jalan Sultan Qaboos.