Suku Nias adalah salah satu suku asli Indonesia yang masih mempertahankan adat dan budayanya di era modern seperti sekarang. Penduduk yang hidup di Pulau Nias ini menjalani kehidupannya seperti yang dilakukan oleh nenek moyang agar tradisi tidak hilang dimakan oleh zaman dan juga modernisasi.
Baca Juga :5 Tempat Wingit Penuh Misteri yang Dijadikan Lokasi Bertapa Tokoh Besar Indonesia
Penduduk di Pulau Nias dikenal akan budaya berperangnya, atau dalam situlah yang lebih keren adalah warrior mirip seperti kaum Sparta dan Mongol. Di masa lalu, para Nias Warrior berjuang mati-matian untuk mempertahankan wilayah dan juga harga diri kelompoknya hingga perang yang besar kerap terjadi. Berikut lima fakta kegarangan Suku Nias yang kerap dijuluki sebagai bangsa Sparta asli Indonesia.
Catatan paling tua tentang kebudayaan yang ada di Pulau Nias dilakukan oleh pedagang dari Persia. Perdagangan ini datang di kawasan Nias sekitar tahun 851 Masehi untuk menjalin kerja sama dengan penduduk lokal yang memiliki banyak sekali kerajinan dalam bentuk perhiasan maupun dalam bentuk kain dan tenun yang memukau.
Harga diri dari Suku Nias di masa lalu sangatlah tinggi. Mereka akan melakukan pertarungan dengan sepenuh jiwa jika merasa dilecehkan. Di masa lalu, para marga atau desa di kawasan Pulau Nias kerap melakukan peperangan untuk mempertahankan wilayah dan juga kehormatan dari suatu desa atau marga.
Selain untuk menjaga harga diri dari marga atau pun desa, budaya bertarung yang dilakukan oleh Suku Nias juga dilakukan untuk mempertahankan warga. Di masa lalu, perbudakan banyak sekali terjadi di kawasan Sumatra bagian utara. Orang-orang yang berasal dari kawasan Pulau Nias kerap ditangkap lalu dibawa ke Aceh atau Padang untuk dijual.
Barangkali kawasan Pulau Nias lebih kecil ketimbang wilayah lain seperti Jawa dan Sumatra. Namun, kawasan ini adalah kawasan paling susah dijinakkan oleh Belanda selama melakukan kolonialisasi di Indoensia. Setidaknya selama ratusan tahun berada di pulau ini, Belanda baru mampu menjinakkan Nias dan memaksakan kekuatannya pada tahun 1914.
Di era modern seperti sekarang, peperangan yang dilakukan oleh warrior atau kesatria tentu sudah tidak ada lagi. Orang di Nias tidak melakukan lagi apa yang namanya berburu musuh lalu mempersembahkan kepalanya pada pemimpin. Perang yang terjadi di masa lalu akhirnya diubah menjadi sebentuk tarian perang yang diberi nama dengan Foluaya.
Baca Juga :5 Fakta Panglima Burung, Sosok Sakti yang Sangat Dihormati Oleh Suku Dayak
Demikianlah lima fakta kegarangan dari Suku Nias yang merupakan bangsa petarung asli Indonesia. Mereka tak tak ubahnya Sparta yang berjuang tanpa henti dengan nyawa sebagai taruhannya. Anyway, pernah datang ke Pulau Nias?
Senin (17/2/2025), situasi di Indonesia tiba-tiba mencekam bersamaan dengan munculnya aksi-aksi demo yang digelar oleh…
Sedang heboh tagar #KaburAjaDulu di berbagai media sosial. Sebuah ajakan untuk meninggalkan Tanah Air demi…
Nama Abidzar Al-Ghifari kembali menjadi sorotan setelah pernyataannya tentang drama Korea dalam sebuah podcast menuai…
Ketika wajib pajak susah bayar pajak, siapa yang dirugikan? Bukan hanya pemerintah tetapi juga masyarakat…
Nama Iris Wullur mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah ia membongkar dugaan perselingkuhan…
Sudah saatnya untuk selalu waspada terhadap tawaran kerja yang menggiurkan. Seperti kisah tentang 100 wanita…