3. Perbudakan dan Mempertahankan Wilayah
Selain untuk menjaga harga diri dari marga atau pun desa, budaya bertarung yang dilakukan oleh Suku Nias juga dilakukan untuk mempertahankan warga. Di masa lalu, perbudakan banyak sekali terjadi di kawasan Sumatra bagian utara. Orang-orang yang berasal dari kawasan Pulau Nias kerap ditangkap lalu dibawa ke Aceh atau Padang untuk dijual.
Demi menjaga keberlangsungan hidup, orang-orang di Pulau Nias akhirnya melakukan perlawanan terhadap menyusup. Mereka tidak segan akan melakukan perang jikalau situasi menjadi buruk dan banyak warga dari desanya diculik untuk dijadikan budak.
4. Wilayah Paling Susah Dijinakkan di Indonesia
Barangkali kawasan Pulau Nias lebih kecil ketimbang wilayah lain seperti Jawa dan Sumatra. Namun, kawasan ini adalah kawasan paling susah dijinakkan oleh Belanda selama melakukan kolonialisasi di Indoensia. Setidaknya selama ratusan tahun berada di pulau ini, Belanda baru mampu menjinakkan Nias dan memaksakan kekuatannya pada tahun 1914.
Penduduk di kawasan Nias bertarung habis-habisan dengan Belanda di masa lalu. Selama puluhan tahun, Belanda tak bisa masuk terlalu dalam karena pasti akan diserang oleh para warrior yang siapa mempertaruhkan apa saja untuk suku dan desanya. Kawasan Pulau Nias adalah neraka bagi Belanda karena kebudayaan bertarungnya yang mengagumkan sekaligus mengerikan.