Pesatnya Dubai sebagai salah satu wilayah yang super sibuk di kawasan Timur Tengah, membuat kota tersebut sangat dikenal akan kemewahan dan penuh kehidupan yang glamour. Namun, tak banyak yang sadar ada sisi lain Dubai yang selama ini tersembunyi di antara tumpukan kemewahan tersebut.
Bisa dibilang, sisi tersembunyi itu adalah potret kemiskinan bagi mereka yang nasibnya kurang beruntung selama berada di Dubai. Hal ini bisa dilihat pada sebuah wilayah yang bernama Sonapur. Kota yang begitu lekat dengan kemiskinan dan kerap dirahasiakan dari wisatawan yang berkunjung ke Dubai
Fenomena tersebut direkam dengan sangat estetik oleh seorang fotografer asal Iran bernama Farhad Berahman. Melalui lensa kameranya, Farhad mengabadikan potret kemiskinan yang diderita oleh mayoritas buruh kasar yang berada di Sonapur. Ada sebuah kisah yang tersirat di balik gambar-gambar tersebut.
Kawasan itu sendiri merupakan salah satu wilayah di sudut kota Dubai yang memang jauh dari hiruk pikuk kemewahan. ‘Sonapur’ nama yang berarti ‘Kota Emas’ dalam bahasa Hindi itu, adalah rumah bagi lebih dari 150.000 pekerja, sebagian besar dari India, Pakistan, Bangladesh, dan Cina. Sungguh ironis!
Uniknya, pemerintah Dubai menganggap ‘Sonapur’ sebagai sebutan yang tidak resmi untuk menamai wilayah tersebut. Menurut Farhad, kawasan tersebut diisi oleh para pekerja Asia Selatan yang rela merantau jauh-jauh ke Dubai dengan harapan membangun masa depan bagi keluarga mereka.
Dalam benak para pekerja tersebut, Dubai adalah negara kaya yang terlihat menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Sayang, nasib mereka ternyata berakhir di Sonapur yang penuh dengan suasana kemelaratan, upah rendah, dan pekerjaan melelahkan serta panas yang mencekik.
Farhad menjelaskan bahwa paspor milik beberapa pekerja di Sonapur ternyata disita di bandara. Mereka kemudian dipaksa untuk bekerja selama 14 jam sehari dalam panas terik dengan upah yang sangat rendah. Padahal, suhu di Dubai bisa mencapai 50 derajat celcius.
“Majikan biasanya mengambil paspor mereka segera setelah mereka tiba di bandara Dubai dan mereka semua dikirim ke Sonapur. ‘Para pekerja juga biasanya bekerja selama 14 jam di mana di musim panas suhunya lebih dari 50 derajat celcius. Ucap Farhad yang dikutip dari Dailymail (01/02/2016).
Ironisnya, pemerintah setempat memberlakukan aturan pada para turis yang datang untuk dilarang berada di luar ruangan lebih dari 5 menit karena suhunya yang sangat ekstrim. Sementara bagi para pekerja di Sonapur, hal semacam itu mustahil di dapat karena tugas mereka banyak dihabiskan di lapangan.
Segala kemewahan di Dunia seperti hotel, bangunan gedung pencakar langit, industri minyak, dan pariwisatanya, sejatinya tak lepas dari jasa para buruh yang hidupnya seolah ‘tersingkir’ di Sonapur. Padahal, mereka datang dengan harapan agar bisa merasakan kemakmuran dari adanya investasi perminyakan yang pesat di Dubai.
Sebagai contoh, Farhad membeberkan kisah seorang pegawai cleaning service bernama Jahangir yang berasal dari Bangladesh. Pria yang telah menggeluti profesinya selama empat tahun terakhir itu, hanya mendapat upah sekitar 800 AED (Rp 2,5 juta) per bulan. Jahangir senantiasa rutin mengirim Rp 1 juta kepada keluarganya tiap bulan.
Sementara sisanya harus ia pakai sehemat mungkin guna membiayai kebutuhan hidupnya di Dubai yang serba mahal. Jelas, hal ini sangat kontras dengan Dubai yang selalu dicitrakan bergelimang kemewahan sebagai kota maju dan modern di tengah padang pasir.
Pada kesempatan lainnya, Farhad dihadapkan pada suasana di mana ia melihat lusinan pria duduk di atas furnitur yang rusak, sembari memasak di dapur-dapur kotor dengan binatang liar yang berkeliaran hilir mudik. Sebagai fotografer, Farhad merasa ia harus mengabarkan hal tersebut ke dunia luar.
Para ekspatriat atau pekerja asing profesional yang menikmati pendapatan tinggi kemungkinan tidak akan pernah mengalami sisi gelap Dubai yang ada di Sonapur. Di mana penderitaan buruh seolah tersembunyi dan tertutup rapat dari media yang cenderung melihat Dubai dari sudut pandang hedon.
BACA JUGA: 10 Hal Gila Yang Hanya ada di Dubai
Apa yang dilihat oleh Farhad lewat lensa fotonya, adalah sebuah ironi yang nyata terjadi pada kota semewah Dubai. Mungkin, cerita di atas mengajarkan pada kita agar jangan menilai sesuatu dari kulit luarnya saja. Di mana kemewahan yang ditampilkan oleh Dubai ternyata dibangun di atas penderitaan orang lain. Kira-kira fenomena timpang seperti ini apakah hanya ada di Dubai? Tentu saja tidak.