Tak banyak yang tahu bahwa Indonesia sejatinya telah memiliki program nuklir mandiri sejak era Presiden Sukarno. Saat itu, dirinya mengeluarkan Keppres No 230/1954 tentang pembentukan Panitia Negara, di mana tugasnya adalah menyelidiki aktivitas radiasi (Penjelidikan Radio-Aktivitet) pada 23 November 1954.
Hal ini terjadi setelah Sukarno khawatir akan dampak radiasi yang berasal dari uji coba bom hidrogen (termo nuklir) Amerika Serikat di Kepulauan Marshall (Pasifik) pada 1954. Hingga berjalannya waktu, Indonesia kemudian membentuk Dewan Tenaga Atom dan Lembaga Tenaga Atom (LTA) dan berhasil membuat reaktor nuklir pertamanya, Triga-Mark II, pada April 1961. Lantas, seperti bentuknya?
Reaktor nuklir hasil kerjasama antara Indonesia dengan Amerika Serikat
Setelah LTA terbentuk, Indonesia kemudian mengadakan kerjasama dengan Amerika Serikat (AS), di bidang pengembangan nuklir. Hal ini memberikan angin segar pada Indonesia karena AS tak segan mengucurkan biaya untuk mendanai proyek besar tersebut.
Hai Sobat Nuklir..
Sudah pernah berkunjung ke kawasan nuklir Bandung?
Kawasan Nuklir Bandung yg terletak di samping Institut Teknologi Bandung direncanakan oleh pemkot Bandung untuk menjadi objek wisata teknologi#WisataTeknologiBandung pic.twitter.com/KgCphnWtNv— BATAN (@humasbatan) September 18, 2019
Dilansir dari Historia.id, pemerintah AS mengucurkan dana sebesar $350 ribu untuk pembangunan reaktor nuklir, dan $141 ribu untuk keperluan riset. Tak sekedar dana, negeri Paman Sam juga mengirimkan tenaga ahli mereka ke Indonesia. Hingga akhirnya, Triga-Mark II jadi reaktor nuklir pertama yang dibangun Indonesia pada April 1961.
Jenis reaktor yang ditujukan untuk keperluan perdamaian
Indonesia memang sempat memiliki wacana untuk membuat bom atom sendiri di era Sukarno pada tahun 1960-an. Namun, Triga-Mark II yang dibangun tidak ditujukan untuk hal yang demikian. Hal ini sejalan dengan kebijakan “Atoms for Peace” yang disahkan oleh Presiden ke-34 AS, Dwight D. Eisenhower, yang ingin agar tenaga nuklir ditujukan untuk perdamaian.
Reaktor Triga di Indonesia berada di Jl. Tamansari No. 71, Bandung, dan diresmikan oleh Presiden Sukarno pada tahun 1965. Dilansir dari Batan.go.id, reaktor tersebut telah mengalami peningkatan secara kapasitas, yakni dari 250 kw menjadi 1000 kw (1971), dan 2000 kw (1996). Dengan volume tersebut, penamaan reaktor pun berubah menjadi Triga 2000.
Reaktor Triga di Indonesia yang bakal difungsikan untuk mengolah uranium secara mandiri
Keberadaan reaktor Triga 2000 sangat penting untuk memenuhi kebutuhan energi masyarakat Indonesia. Menurut rencana, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) bakal menggunakannya untuk mengolah uranium secara mandiri. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir dalam negeri, seperti yang dikutip dari Nasional.sindonews.com.
Uranium sendiri merupakan senyawa yang sangat berharga di dunia. Oleh negara-negara maju, benda tersebut dimanfaatkan untuk menciptakan bom nuklir dan keperluan yang berhubungan dengan militer. Indonesia sendiri memang belum mengarah ke pengembangan tersebut. Namun bukan tidak mungkin, suatu saat negeri ini bisa membuat bom atomnya sendiri seperti yang hampir terjadi di era Sukarno.
BACA JUGA: Rencana Pembuatan Bom Atom Pada Masa Soekarno Ini Membuat Dunia Kelabakan!
Keberadaan Triga Mark II menjadi bukti bahwa Indonesia telah memiliki pengetahuan yang mumpuni soal teknologi nuklir. Bekerjasama dengan AS yang notabene merupakan negara maju saat itu, Indonesia berhasil membangun Triga Mark II di tanah sendiri. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?