in

Profesor Jackie Ying, Muslimah Pencipta Alat Tes COVID-19 Tercepat di Dunia

Alat uji virus corona (COVID-19) atau yang biasa dikenal sebagai rapid test menjadi barang yang paling dicari selama pandemi berlangsung. Kabar baiknya, Singapura dikatakan menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang berhasil menciptakan alat tersebut. Hebatnya, rapid test yang diciptakan diklaim bisa memberikan hasil dalam waktu 5 menit saja.

Seorang ilmuwan cerdas yang bernama Profesor Jackie Ying, berada di balik alat deteksi tersebut. Dilansir dari Liputan 6 (20/04/2020), muslimah asal Singapura itu merupakan kepala dari Lab NanoBio di Agency for Science, Technology and Research. Seperti apa kisahnya? Simak ulasan berikut ini.

Bekerja keras menciptakan alat uji virus corona yang fenomenal

Profesor Jackie Ying yang mengepalai Lab NanoBio di Agency for Science, Technology and Research memang benar-benar bekerja keras untuk menghasilkan alat tes corona, yang mampu mendeteksi apakah seseorang memiliki Covid-19 hanya dalam lima menit. Tes ini mencari bahan genetik virus dalam sekresi pasien yang dikumpulkan dari kapas.

Bersama para ilmuwan lainnya di laboratorium [sumber gambar]
Setelahnya, sampel dimasukkan ke dalam perangkat portabel yang akan memberikan hasil dalam waktu sekitar lima hingga sepuluh menit. Kerja keras untuk mewujudkan alat ini memang luar biasa. Dilansir dari Straittimes (26/03/2020) Profesor Ying dan tim ilmuwannya telah bekerja tanpa lelah selama sekitar enam minggu untuk melakukan tes menggunakan metode amplifikasi yang disebut “cepat”.

Sosok cerdas yang memiliki beragam prestasi di bidang kesehatan

Profesor Ying yang lahir di Taiwan pada 1966 ini, bergabung dengan fakultas teknik kimia di Massachusetts Institute of Technology (MIT) pada tahun 1992, dan dinobatkan menjadi profesor termuda pada usia 35 pada tahun 2001. Di tahun 2008, namanya masuk jadi salah satu delapan insinyur perempuan dalam daftar 100 Insinyur di era modern versi American Institute of Chemical Engineers.

Profesor Jackie Ying (keempat dari kiri), kepala Lab NanoBio A Star [sumber gambar]
Dari The Cooper Union dan Princeton University, masing-masing memberikannya gelar B.E. dan Ph.D. dan menjadi Professor Teknik Kimia tahun 2005 di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Di Singapura sendiri, Profesor Ying diangkat sebagai induk untuk Hall of Fame Wanita Singapura pada 2014. Tumbuh dewasa di Singapura, membuat Profesor Ying memutuskan untuk menjadi seorang mualaf.

Menjadi mualaf saat tinggal di Singapura

Perjalanannya menjadi mualaf bermula saat ia dan keluarganya pindah ke Singapura. Kala itu, Ying masih berusia 7 tahun. Sang ayah sendiri merupakan dosen Sastra Cina yang mengajar di Nanyang University, kampus ternama di Negeri Singa tersebut. Karena banyak berteman dengan etnis melayu Singapura yang notabene muslim, membuatnya tertarik untuk mendalami ajaran agama tersebut.

Tinggal di Singapura dan menjadi seorang mualaf [sumber gambar]
Pada usia 30 tahun, Ying kemudian memutuskan untuk menjadi seorang mualaf dengan memeluk agama Islam. Selain sisi religius sendiri, ia merasa bahwa kepercayaannya itu tak terpisahkan dengan ilmu pengetahuan. ” Setiap kali mempelajari ilmu pengetahuan, selalu merujuk kepada keberadaan Allah SWT. Jadi, saya tidak berpikir bahwa keduanya (agama dan sains) bertentangan satu dengan yang lain,” kata Profesor Ying yang dikutip dari About Islam.

Dianugerahi sederet penghargaan atas jasanya sebagai ilmuwan

Atas jasa-jasa dan penelitiannya di bidang sains, Profesor Ying mendapatkan beragam penghargaan, yakni American Chemical Society di Solid-State Kimia, American Institute of Chemical Engineers (AIChE) Allan P. Colburn Award, penghargaan Teknologi Inaugural TR100 Young Innovator Award, International Union of Biokimia, dan Masyarakat Keramik Amerika Ross C. Purdy Award.

Soso cerdas dengan sederet penghargaan [sumber gambar]
Profesor Ying yang memiliki paten utama sebanyak 180 buah dan aplikasi paten, telah melisensikan 32 paten tersebut ke sejumlah perusahaan multinasional dan perusahaan rintisan (start-up) di bidang yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan. Seperti, rekayasa sel dan jaringan, implan medis, bio sensor, sistem pengobatan nano, dan perangkat medis.

BACA JUGA:Mengenal Ilmuwan Asal Mesir yang Menjadi Penemu Pertama Virus Corona di Arab Saudi

Alat seperti rapid test untuk memindai gejala corona memang sangat diperlukan pada situasi saat ini. Seperti yang dilakukan oleh Profesor Jackie Ying dan timnya, alat tes ciptaannya nantinya akan menjadi tes Covid-19 tercepat di dunia jika mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang. Hebat ya Sahabat Boombastis.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Hanya Minum Air Galon, Ini Fakta Ibu 4 Anak yang Meninggal Setelah Kelaparan Dua Hari

5 Pahlawan Wanita yang Jasanya Sama Hebatnya dengan Kartini