Membicarakan masalah Korea Utara memang tidak ada habis-habisnya. Selain aksi nyeleneh sang pemimpin agungnya, Kim Jong Un, di sana juga dikenal sebagai negara yang luar biasa ketat aturannya. Salah sedikit saja bisa-bisa nyawa melayang, tidak pandang bulu, bahkan para kerabat Kim Jong Un pun bisa dieksekusi kalau ketahuan melanggar.
Tapi bagaimana ya keadaan penjara di sana? Apakah sama ketatnya dengan keadaan hukum yang berlaku di masyarakat atau malah sebaliknya. Ternyata penjara bagi para tahanan ibarat dua sisi yang berbeda, bisa jadi seperti penjara biasa atau jadi neraka. Penasaran?Dilansir dari Viva dan Liputan 6, Simak ulasan berikut.
Dari pada fisik, psikologis yang lebih tertekan
Berdasarkan pengakuan para narapidana yang berhasil lolos dari penjara Korut, rupanya bagi mereka, tekanan psikologis lebih banyak didapat ketimbang fisik. Bayangkan saja, sejak saat pertama kali masuk di penjara, mereka bakal diintrogasi mulai dari pagi hingga malam sampai mengakui kesalahan yang diperbuat.
Hal itulah yang membuat mental para narapidana jadi hancur bahkan sebelum menerima hukuman. Terlebih lagi untuk para narapidana politik dan hukuman berat juga harus siap-siap melihat tontonan video eksekusi mati yang bakal diulang-ulang setiap hari, hal ini bertujuan untuk memberikan efek takut saat melanggar hukum. Mulai dari ditembak mati hingga dimakankan pada anjing menjadi agenda wajib yang harus ditonton.
Kerja paksa menjadi rutinitas yang tidak bisa dielakan
Terutama para narapidana politik dan hukuman berat, kerja paksa adalah salah satu agenda rutin yang harus dikerjakan. Mulai dari pagi hingga malam, para tahanan ini mesti mengeruk hasil alam korut tanpa bayaran dan hanya diberikan makan. Akhirnya banyak para tahanan yang mengalami nasib miris, mulai dari sakit-sakitan hingga meregang nyawa.
Memang ada perawatan medis, namun sayang tidak cukup membantu. Bagi mereka yang penyakitnya terlanjur parah, makan bebas adalah pilihannya. Namun jangan main-main, kalau ketahuan pura-pura sakit ataupun kabur, bakal tanggung sendiri resiko besar akan menanti.
Kamp-kamp yang dijuluki kematian
Ternyata di Korea Utara, ada beber kamp yang dianggap paling sadis ketimbang yang lainnya. Sudah banyak korban jiwa yang meninggal karena penyakit ataupun jadi korban eksekusi. Misalnya saja kamp 22. Ya, rupanya di daerah tersebut para tahanan diperlakukan sangat tidak manusiawi, hampir setiap hari ada adegan kekerasan yang terjadi di sana.
Mulai dari penyiksaan secara fisik, pemerkosaan dan tindakan keji lainnya sudah jadi tontonan sehari-hari. Mirisnya kadang para sipir atau para penjaga juga bersikap acuh dengan keadaan tersebut, yang mereka ketahui hanyalah patuh atas perintah negara untuk mengamankan keadaan. Alhasil para pensiunan sipir itu kadang mengaku menyesal melakukannya.
Lari adalah jalan keluar satu-satunya namun beresiko
Kalau hukuman yang diperoleh tidak berat sih tinggal menunggu waktu selesai masa pidana. Akan tetapi jika ternyata tahanan politik atau kejahatan besar, maka hidup di tahanan sama halnya dengan menyetor nyawa. Alhasil melarikan diri adalah satu-satunya jalan buat para tahanan dengan hukuman berat ini, meskipun resikonya juga sama besarnya, nyawa.
Beberapa berhasil, namun sebagian hanya tinggal nyawa. Ya, kebanyakan mereka yang berhasil umumnya meminta bantuan dari tetangga sebelah, Korea Selatan dengan meminta perlindungan setelah melewati perbatasan. Tentu para tahanan atau orang-orang yang kabur ini bakal kapok kembali ke korut, karena nyawa bisa melayang.
Memang begitulah keadaan penjara Korea Utara, memiliki dua sisi berbeda. Bagi yang hukuman ringan ya sama seperti sebuah penjara selayaknya, namun para tahanan politik atau pelaku pidana berat, masuk ke sana ibarat sebuah neraka.