Sepak terjang Israel memang tak pernah lepas dari kontroversi yang mengiringi setiap gerak-geriknya. Tak hanya urusan yang berkaitan soal pelanggaran kemanusiaan di Palestina, negeri Zionis itu juga tersandung kasus pembobolan yang sempat menghebohkan dunia beberapa waktu lalu.
Hal ini terjadi lewat NSO Group, sebuah perusahaan keamanan yang berpusat di Tel Aviv, Israel. Dilansir dari CNNIndonesia.com, Facebook melayangkan gugatan karena menuduh NSO menyebarkan sebuah malware dengan menggunakan server WhatsApp untuk meretas 1.400 ponsel milik tokoh berpengaruh. Lantas, seperti apa sepak terjang dari NSO Group sendiri?
Perusahaan yang dikembangkan dengan teknologi tinggi untuk mencegah kejahatan siber
Eksistensi NSO Group berawal dari Shalev Hulio, Omri Lavie, dan Niv Carmi yang kemudian membentuk perusahaan tersebut pada Juni 2009. Tak seperti perusahaan teknologi kebanyakan, NSO difokuskan untuk mengembangkan teknologi mutakhir demi mencegah terorisme dan kejahatan siber. Hal ini pun tertulis secara jelas pada website resmi mereka.
Berafiliasi dengan pemerintah dengan menyediakan teknologi canggih untuk mereka
Seiring waktu berjalan, NSO telah dibeli oleh sebuah perusahaan ekuitas asal AS yang bernama Fransisco Partners Management senilai US$120 juta pada 2014. Dilansir dari CNNIndonesia.com, perusahaan ini diketahui telah mengembangkan alat intelijen siber khusus untuk pemerintah.
Perusahaan yang berada di balik perangkat mata-mata khusus
Ability Inc yang merupakan perusahaan yang mengembangkan teknologi Unlimited Interception System (ULIN), memiliki hubungan yang erat dengan NSO. Firma pengawas Israel tersebut, menggunakan ULIN untuk mengeksploitasi bagian penting dari infrastruktur telekomunikasi global atau SS7. Alhasil, hal ini memungkinkan mereka melakukan penyadapan lewat panggilan telepon dan pesan teks.
Spyware Pegasus menjadi salah satu bukti kehebatan NSO di bidang penyadapan
Salah satu produk terhebat yang diciptakan oleh NSO adalah sebuah perangkat lunak mata-mata (spyware), yang bernama Pegasus. Cara kerjanya sendiri dengan cara menginfeksi melalui tautan yang dikirim lewat SMS. Tak heran jika alat yang satu ini menjadi favorit yang digunakan oleh pemerintah dan badan intelijen. Bahkan menurut peneliti keamanan siber dari Kaspersky, John Snow mengatakan, spyware Pegasus menginfeksi perangkat ponsel iOS dan Android.
Sederet kasus yang menuduh NSO Group sebagai dalang dari peristiwa besar di dunia
Facebook menjadi salah satu perusahaan yang menggugat NSO lantaran dugaan aksi peretasan Whatsapp pada sejumlah ponsel milik tokoh-tokoh penting. Tak hanya itu, kasus kematian jurnalis Arab Saudi bernama Jamal Khashogi juga tak lepas dari peran NSO yang menggunakan Pegasus untuk menguntit wartawan senior tersebut.
BACA JUGA: Mengenal Mossad, Agen Super Rahasia Israel yang Ingin Rekrut Warga Indonesia Jadi Mata-mata
Kemajuan dan kecanggihan sebuah teknologi yang ada saat ini, bagaikan dua sisi mata uang yang berlainan. Selain memudahkan kehidupan manusia di era modern ini, hal tersebut secara tak terduga juga memunculkan teror terselubung berupa penyadapan hingga mata-mata secara ilegal, seperti yang dilakukan oleh NOS Group di atas.