Pekan lalu, jagad Indonesia baru saja digemparkan dengan penyataan Indonesia akan musnah alias bubar pada 2030. Pernyataan ini dikeluarkan oleh ketua umum Gerindra, Prabowo Subianto memantik berbagai tanggapan dari warganet bahkan politisi tanah air. Pernyataan dalam sebuah video yang diupload pada 19 Maret oleh akun resmi Gerindra ini sudah ditonton oleh 94 ribu orang, serta dibagikan hampir tiga ribu kali.
Usut punya usut, pernyataan tersebut dikutip dari sebuah novel fiksi berjudul ‘Ghost Fleet’ karya dua pengarang asal Amerika, Peter W. Singer dan August Cole, konsultan Departemen Pertahanan Amerika. Lalu, karena hal ini seolah menjadi sangat menghebohkan jagad nusantara dan disampaikan secara berapi-api oleh Prabowo, seperti apakah novelnya? Nah, untuk lebih lengkapnya simak ulasan berikut.
Sebuah karangan fiksi layaknya novel kebanyakan
Terlepas dari pidato Prabowo yang mengundang ribuan tanggapan, novel ini membuat banyak orang penasaran seperti apakah cerita di dalamnya. Untuk informasi, novel ini merupakan karya fiksi dari dua orang intelejen Amerika. Diterbitkan oleh Houghton Mifflin Harcour di New York, novel setebal 400 halaman ini tentu sama saja seperti fiksi kebanyakan. Menceritakan hal yang tidak benar-benar terjadi alias hanya imajinasi penulisnya. Sayang, novel terbitan tahun 2015 ini belum ada versi Bahasa Indonesia dan juga belum beredar di tanah air. Berbagai opini tentang bagaimana isi bacaan fiksi ini didapatkan dari mereka yang sudah membaca versi aslinya.
Mengisahkan tentang perang antara Amerika melawan Rusia dan Tiongkok
Petualangan dalam novel ini dimulai di Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS, yang terdiri dari 2 bagian, milik Amerika dan Rusia. Meletusnya perang diawali karena Rusia memilih bersekutu dengan Tiongkok. Pengambilalihan ISS ini memungkinkan untuk Rusia dan Tiongkok melumpuhkan kekuatan Amerika, terutama dari segi militernya. Amerika yang tidak mau tinggal diam tentu juga melakukan upaya terakhirnya, yaitu mengerahkan Armada Angkatan Laut mereka yang kemudian disebut dengan Ghost Fleet atau ‘armada hantu’.
Novel fiksi yang terkesan sangat nyata
Layaknya cerita-cerita dalam film besutan Amerika, novel ini mengisahkan perang negara adikuasa, ketika dibaca akan terasa sangat nyata. Mulai dari tokoh Jamie Simmons yang menjadi central dari cerita novel, dalam cerita ini ia adalah seorang kapten sebuah kapal laut Amerika yang dikerahkan untuk melawan Tiongkok dan Rusia. Satu tokoh rival bernama Laksamana Zheng He, komandan kapal perang Tiongkok, nama ini kembali mengingatkan kepada sosok Cheng Ho yang pernah singgah di Nusantara. Tak ketinggalan, sosok perempuan pembunuh freelancer asal Hawaii yang akan membuat cerita ini terasa sangat nyata.
Indonesia hanya bahasan numpang lewat saja
Nah, sekarang bagaimana dengan nama Indonesia yang disebut Prabowo akan hancur pada tahun 2030? Sebenarnya, posisi Indonesia di sini tidaklah mengambil porsi banyak di dalam novel. Diceritakan Indonesia hanyalah tempat melintasnya pelayaran dunia, setiap titiknya bisa membahayakan, seperti yang dikatakan oleh kapten Simmons dalam novel tersebut. Namun, dalam novel tersebut Indonesia bukanlah sebuah negara berpenduduk seperti sekarang, Indonesia tinggal puing-puing sisa ‘bekas negara’ yang hancur karena perang Timor ke-2. Dalam novel sama sekali tidak dijelaskan secara rinci bagaimana Indonesia dihancurkan. Ya, bisa disimpulkan jika Indonesia hanya numpang lewat saja Saboom.
Teknologi super canggih, serta latar yang disebut dengan jelas itulah membuat semua adegan terasa nyata. Namun, ada sebagian pengulas merasa novel ini biasa saja mengingat kedua pengarang merupakan orang Amerika dan bekerja di Departemen Pertahanan. Ya, tidak asing lagi dong jika mereka menguasai segala istilah yang berkaitan dengan teknologi canggihnya peperangan. Mengenai Indonesia yang sedikit disentil dalam novel dan akan bubar 2030, tenang Saboom, negara kita hanya pemeran figuran saja. seperti kata penulisnya ‘cerita ini hanya fiksi, bukan prediksi’.