Bukan tanpa alasan kenapa Adolf Hitler, Josef Stalin, dan sederetan orang dengan kelakuan serupa, dianggap sebagai manusia paling buruk sepanjang masa. Tentu saja karena mereka semua telah membantai hampir sebagian besar manusia di zaman itu. Makian dan kutukan pun masih kerap terdengar meskipun pelakunya sudah meninggal beberapa dekade lalu. Mao Zedong, ia tercatat pernah melakukan kejahatan serupa, tapi justru dipuja hingga kini khususnya oleh orang-orang China.
Baca Juga : 7 Fakta Tentang Hitler yang Jarang Diketahui Orang
Jika kamu menengok kembali buku-buku sejarah, maka kamu akan terkejut jika dalam masa kepemimpinannya dari tahun 1949-1976, Mao setidaknya sudah menghabisi 50-70 juta nyawa. Entah itu karena perang, bunuh diri, atau memang sengaja dibunuh karena diduga akan membahayakan pemerintah. Namun berkatnya, China perlahan tumbuh menjadi negara besar seperti sekarang.
Hitler dan Stalin mungkin sudah cukup banyak orang yang mengetahuinya. Namun hanya segelintir orang saja yang tahu seluk beluk Mao Zedong. Berikut ulasan unik tentang sang diktator paling mematikan sepanjang sejarah.
Menjadi penguasa besar bangsa China, siapa yang menyangka Mao ternyata lahir dari keluarga miskin. Ayah dan ibunya bekerja sebagai petani di Shaoshan, Hunan. Mao lahir dengan bimbingan Buddha dan Confusianis, ia diasuh oleh keluarga yang lemah lembut, meskipun sang ayah kadang sangat tegas. Meskipun miskin, namun Mao rupanya cukup beruntung. Berkat usaha sang ayah dengan membeli tanah-tanah di sekitar desanya, hidup keluarga pun makin mapan.
Sehingga tak heran di kala keluarga lain di desa miskin ini hidup kekurangan, Mao malah sudah bisa bersekolah. Semasa kecilnya, pria yang lahir 26 Desember 1893 ini punya perangai yang kasar dan suka berkelahi. Namun minat baca dan belajarnya luar biasa. Meskipun sempat dikeluarkan dari sekolah dan kemudian masuk sekolah lain, Mao tumbuh jadi pemikir hebat dan mungkin bisa dibilang agak sedikit culas.
Selama hidupnya Mao tercatat menikah sebanyak 4 kali, dan yang pertama terjadi ketika ia berusia remaja tepatnya pada tahun 1908. Mao yang saat itu berusia 14 tahun menikahi sepupunya sendiri yang berusia 18 tahun atas pilihan sang ayah, Mao Yichang. Uniknya, Mao sama sekali belum bertemu dengan sang istri bernama Luo Yigu hingga keduanya disandingkan di pelaminan. Sayangnya, rupanya Mao sama sekali tak tertarik dengan Luo dan sebenarnya berharap bisa menikahi sepupunya yang lain bernama Wang Shigu. Keinginan ini ditolak gara-gara Wang tidak cocok dengan Mao dilihat dari horoskopnya.
Kehidupan setelah menikah pun bisa dibilang amburadul. Mao sama sekali tak menganggap keberadaan Luo. Bahkan tak sekalipun keduanya tidur bersama. Hingga puncaknya, Mao kabur dari rumahnya meninggalkan orangtua dan istrinya untuk hidup bersama teman-temannya. Ini bisa dibilang adalah pertama kalinya pria bermata tegas itu bikin onar. Tak pelak, hal ini pun seperti jadi aib yang harus ditanggung orangtuanya.
Setiap orang selalu punya sisi yang berbeda dari kebiasaan yang dilihat banyak orang. Untuk kasus Mao, siapa yang menyangka jika si diktator kejam ini ternyata punya kemampuan menulis puisi klasik yang bisa dibilang tidak jelek. Hobi cukup aneh mengingat apa yang telah dilakukannya sepanjang sejarah.
Seperti yang dikatakan buku sejarah, Mao mulai menulis puisi pada usia yang masih kecil. Namun, pria ini baru berani mempublikasikannya pada tahun 1957. Benar saja, puisi ini jadi sangat populer seantero China. Bahkan puisi klasik ini mulai ajarkan di sekolah-sekolah dan sebisa mungkin harus dihafalkan oleh para siswa. Entah ini propaganda atau memang isinya bagus, tapi hal ini membuktikan bahkan seorang diktator kejam punya sisi lain yang sangat berkebalikan.
Mungkin kita tidak heran kenapa injil bisa jadi buku yang paling banyak dicetak dunia mengingat umat Kristiani adalah mayoritas di dunia. Namun yang bikin kagum campur bingung adalah kenapa hal yang sama juga berlaku untuk buku Mao? Apakah istimewanya buku ini?
Quotations From Chairman Mao Tse-Tung atau yang dikenal di barat dengan nama The Little Red Book ini berisi semua pemikiran Mao. Buku ini dicetak hingga lebih dari semiliar kali hanya dalam rentang waktu singkat, mulai 1966-1971. Buku ini juga diterjemahkan ke berbagai negara dan sukses menginspirasi banyak orang.
Baca Juga : 8 Negara Terkecil di Dunia yang Bisa Dijelajahi Dalam Sehari Saja
Uniknya, buku ini juga harus diperlakukan sangat hati-hati. Selain wajib dimiliki setiap warga China, mereka juga tak boleh sembarangan dalam merawat buku yang ukurannya pas dengan kantong ini. Jika ketahuan merusak buku merah ini, maka pelakunya akan dihukum penjara dalam waktu yang cukup lama. Mirip kitab suci, buku ini juga dianjurkan untuk dihafalkan setiap orang.
Siapa yang berani mengkritisi Hitler atau Stalin? Bisa-bisa itu bakal jadi argumen yang mengantar mereka ke liang lahat. Namun Mao berbeda, ia menerima kritikan apa pun soal kepemimpinannya dan juga bagaimana jalannya pemerintah. Sayangnya, tidak seorang pun berani melakukannya. Hingga Mao kembali menegaskan jika tidak masalah untuk memberikan kritik asal juga menyematkan solusi yang bagus. Alhasil, satu juta surat pun akhirnya terkumpul di meja kerjanya.
Mao sepertinya salah langkah dengan ini dan akhirnya ia melarang siapa pun untuk menuliskan lagi surat-surat kritikan. Bahkan setahun setelah ia mengumumkan siapa pun boleh mengkritik terutama kaum intelek, ia malah mengeluarkan kampanye anti kritisi. Program ini pun menghasilkan sekitar 550 ribu orang yang diduga melakukan kritik keras. Mao takut jika hal-hal semacam ini akan memunculkan gerakan oposisi yang merupakan hal paling dibencinya.
Jutaan orang mengikuti setiap kata-katanya dalam buku merah kecil itu, namun siapa sangka kebiasaan Mao jauh dari kesan patriotik dan tegas yang selalu ditunjukkannya. Yup, ia ternyata tak lebih dari pemimpin yang gemar sekali main perempuan. Pada tahun 1994, seorang dokter pribadi Mao bernama Li Zhisui menerbitkan sebuah buku kontroversial berjudul The Private Life of Chairman Mao.
Buku ini berisi kebiasaan buruk Mao termasuk juga kebiasaannya main perempuan. Dikatakan di dalam buku setebal 663 halaman itu jika sang diktator ini jarang mandi, gosok gigi dan juga tidak pernah mencuci tangannya. Lebih parahnya lagi Mao juga dikatakan sudah tidur dengan banyak wanita. Siapa pun yang menarik perhatiannya, sebisa mungkin harus berakhir di ranjang. Mulai dari remaja, penari, pelayan sampai tentara wanita.
Lebih mencengangkan lagi dikatakan dalam buku tersebut jika Mao ternyata mengidap penyakit menular bernama Trichomoniasis. Ini adalah semacam parasit yang bersemayam di daerah vital dan hanya dirasakan para wanita saja. Menurut Li, para wanita yang tertular ini justru bangga. Penyakit bawaan Mao dianggap sama membanggakannya seperti menerima sebuah lencana penghargaan. Juga sekaligus sebagai bukti kedekatan mereka dengan sang penguasa.
Ya, dengan segala hal gila yang dilakukannya, pada akhirnya Mao benar-benar berhasil mengangkat rakyat China menjadi negara yang berbeda. Pada tahun 1949, rata-rata hidup orang China hanya 36 tahun. Mengingat ketika itu sangat jarang ditemui akses kesehatan. Ketika Mao berkuasa, ia pun melakukan revolusi besar-besaran termasuk membangun fasilitas kesehatan dan juga poliklinik. Alhasil, rata-rata hidup orang-orang China pun naik hingga usia 64 tahun pada akhir 1970an.
Berkat Mao pula masyarakat China terbebas dari buta huruf. Pada tahun hanya sekitar 20 persen saja dari 540 juta orang China yang melek aksara. Mao melakukan perubahan besar-besaran termasuk juga melakukan standarisasi ejaan China yang sulit itu. Hingga pada tahun 1979, jumlah 20 persen tersebut meningkat menjadi 66 persen.
Baca Juga : 10 Negara Paling “Korup” Tahun 2015 (Indonesia Masuk Nggak, Ya?)
Mao adalah pahlawan orang-orang China. Namanya sangat harum sebagai salah satu pemimpin paling membanggakan negeri Tirai Bambu. Bahkan wajahnya juga tersemat di lembaran-lembaran Yuan. Namun begitu, masa lalunya tak lepas dari deretan peristiwa buruk. Bahkan namanya kerap disandingkan bersama Hitler, Stalin dan lainnya dalam daftar pembantai paling kejam.
Akhirnya kejadian, seorang petugas pemadam kebakaran Depok gugur ketika melakukan tugasnya. Dia adalah Martin Panjaitan,…
Menjelang pemilu yang semakin dekat, sejumlah daerah mengadakan debat calon kepala daerah untuk memperkenalkan visi…
Kasus penahanan seorang guru bernama Supriyani di Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara, menjadi sorotan publik. Perempuan…
Solo yang dikenal dengan kota yang tenang, baru-baru ini terdapat kejadian yang menghebohkan. Kota Solo…
Fomo (fear of missing out) adalah rasa takut ketinggalan akan sesuatu hal yang sedang tren.…
Drama Korea sering kali memberikan kisah-kisah yang tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pelajaran hidup…