Siapa yang tidak mengenal Yakuza, sebutan untuk sindikat mafia terbesar di Jepang. Organisasi kejahatan terorganisir ini bergerak di berbagai bidang di antaranya obat-obatan terlarang, prostitusi, pemerasan, pornografi hingga penyelundupan senjata. Meski dominan dengan anggota laki-laki, namun eksistensi wanita juga tak lepas dari kehidupan Yakuza . Dan kaum hawa pun menduduki peran-peran penting meski tidak secara langsung.
Peran para wanita dalam Yakuza baru terungkap ketika salah satu putri seorang pimpinan Yakuza bernama Shoko Tendo menceritakannya dalam sebuah buku. Berjudul Yakuza Moon, terungkap sudah bagaimana kehidupan wanita-wanita yang terlibat dalam dunia Yakuza.
Tugas Wanita Yakuza Yang Mengerikan
Menilik sejarah yang ada, pada jaman dahulu tepatnya masa sebelum dan sesudah Perang Dunia II, sempat ada beberapa pemimpin Yakuza wanita. Konon di area Yokohama dan Tokyo. Biasanya, hal semacam ini terjadi karena si perempuan menggantikan posisi suaminya yang telah meninggal. Dan kini, tidak ada lagi pemimpin Yakuza dari kalangan wanita. Tugas wanita Yakuza saat ini menurut Shoko Tendo adalah menemani para pembesar atau menjadi wanita simpanan Yakuza.
Karena itu kehidupan wanita Yakuza dekat dengan dunia malam, asmara dan seks bebas. Tak hanya itu, konsumsi narkoba pun jadi hal wajar di lingkungan wanita Yakuza. Karena amat dekat dengan para Yakuza, para wanita ini pun juga mengetahui informasi dengan kode A1 (terpercaya). Meski begitu, para wanita tak memiliki peran langsung pada perseteruan atau perang antar kelompok. Perempuan-perempuan ini hanya terkadang dipakai sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu. Dan menjadi wanita di antara Yakuza, kaum hawa harus siap dengan pelecehan seksual maupun pemerkosaan oleh para anggotanya.
Wanita Yakuza Berasal Dari Keluarga Atau Gadis Broken Home
Bukan hal yang mudah bagi seorang wanita untuk terlibat dalam dunia Yakuza. Terlebih organisasi ini sangat rahasia, maka perempuan yang terlibat pasti berasal dari keluarga Yakuza. Jika tidak begitu, biasanya gadis-gadis muda korban broken home atau kurang kasih sayang keluarga. Sehingga saat bertemu dengan laki-laki yang merupakan anggota Yakuza, akhirnya berhubungan dekat hingga menikah. Otomatis, sedikit banyak mereka akan terlibat dalam Yakuza meski tidak secara langsung.
Memiliki Otoritas dan Perintah Absolut Terhadap Bawahan Laki-Lakinya
Para wanita Yakuza memang tak memiliki suara yang berkaitan dengan organisasi. Namun, wanita Yakuza dalam hal otoritas kepada bawahan dianggap sama dengan lelakinya. Dijelaskan dalam tesis yang dibuat Rie Alkemade, seorang wanita Yakuza memiliki perintah mutlak yang wajib diikuti oleh bawahan lelaki atau suaminya. Dikatakan, para calon anggota Yakuza baru akan dianggap sebagai anggota resmi jika sudah dikenal resmi oleh bos Yakuza dan orang terdekatnya. Termasuk jika menjalankan perintah-perintah wanita Yakuza dengan baik.
Wanita Yakuza Tak Bisa Mencampuri Urusan Suaminya
Seorang lelaki yang berada dalam kehidupan Yakuza akan menempatkan harta dan kekuasaan di atas segalanya. Para istri (wanita) mereka memang mempunyai perintah yang wajib dituruti oleh bawahan suami (lelaki)nya. Meski begitu, peraturan Yakuza menempatkan wanita pada prioritas terakhir sehingga mereka tak boleh menentang apa yang dilakukan para lelaki. Jadi wanita-wanita ini tidak bisa berkutik meski suaminya membawa perempuan lain di hadapannya ataupun melakukan hal yang lebih.
Seluruh Tubuh Berlukiskan Tato
Tatto adalah ciri khas setiap orang yang menceburkan diri ke dalam dunia Yakuza. Tak terkecuali bagi para perempuan. Maka setiap jengkal tubuhnya akan bertatto, kecuali wajah dan telapak tangan. Tatto yang tergambar seringkali terlihat hanya sebagai karya seni biasa. Namun sebenarnya, setiap tattoo yang terlukis pada diri seorang Yakuza konon memiliki cerita dan nilai historis sendiri bagi orang tersebut.
Begitulah kehidupan wanita-wanita yang bergelut dalam salah satu organisasi paling menakutkan di dunia. Mereka harus terbiasa dengan narkoba, seks bebas, dan kehidupan abnormal lainnya. Dan sekali masuk, hampir mustahil untuk keluar dari organisasi ini.