Masa-masa Indonesia mendekati detik-detik kemerdekaannya, sungguh penuh dengan perjuangan dan beragam kejadian yang menarik. Tak hanya pihak di dalam negeri yang sibuk dalam hal tersebut, mereka yang notabene sebagai penjajah juga ikut terlibat di dalamnya. Seperti yang dialami oleh sosok Hisaichi Terauchi. Datang sebagai penguasa Asia Timur di wilayah Indochina, ia merupakan figur penting dalam upaya Indonesia meraih kemerdekaannya.
Semasa bertugas di militer, Terauchi pernah mengenyam gaya perang modern dari negara-negara Barat yang terlibat konflik Perang Dunia I. Tak hanya itu, pria kelahiran 8 Agustus 1879 di Prefektur Yamaguchi, Jepang ini juga sempat diangkat menjadi instruktur di Akademi Angkatan Darat. Kelak, Jenderal inilah yang bertemu dengan Sukarno yang mengubah nasib bangsa Indonesia di masa depan.
Anak Perdana Menteri yang berpengalaman soal militer
Sebelum diangkat sebagai Perdana Menteri, Masatake Terauchi yang merupakan ayah dari Hisaichi Terauchi, adalah seorang perwira Angkatan Darat Jepang pada tahun 1897. Dari sang ayah pula, Terauchi muda memilih dunia militer sebagai karirnya di masa depan dan lulus dari Akademi Tentara Jepang ada 1900. Saat sang ayah diangkat sebagai Perdana Menteri pada 1916, ia menjabat sebagai atase militer di Jerman dan sebagai instruktur Akademi Angkatan Darat.
Jadi pemimpin tertinggi Angkatan Darat Jepang di Asia Tenggara
Jabatan yang diemban oleh Terauchi setingkat dengan Panglima yang membawahi Grup Angkatan Darat Ekspedisi Selatan. Peraih penghargaan Order of the Rising Sun 1st Class pada 1938 ini, sempat bekerja bersama dengan perwira AL Jepang, Laksamana Yamamoto Isoroku yang menyusun rencana perang untuk area Pasifik. Sayang, sang Laksamana akhirnya gugur setelah pesawatnya ditembak jatuh oleh satuan tempur udara AS.
Bertemu Sukarno dan bentuk PPKI yang menjadi jalan Indonesia untuk merdeka
Indonesia yang mengetahui ‘saudara tua-nya’ kalah perang, segera mengambil tindakan. Pada 9 Agustus 1945, Sukarno beserta dokter pribadinya, KRT Radjiman Wedyodiningrat dan Mohammad Hatta, “diundang” ke markas Panglima Angkatan Perang Jepang di Asia Tenggara. Di sana dirinya bertemu dengan Marsekal Terauchi Hisaichi di Vietnam Selatan. alam pertemuan itu, Terauchi menyatakan Jepang ingin melihat Indonesia sudah merdeka pada 24 Agustus.
BACA JUGA: Kisah Kakek Huri dan Samurai yang Kerap Digunakan untuk Menebas Tentara Jepang
Dengan menyerahnya Jepang pada pasukan sekutu, maka habis sudah kekuatan pasukan Dai Nippon di Asia Tengga Termasuk di Indonesia. Sosok Terauchi yang memegang peranan kunci sebagai pucuk pimpinan tertinggi, beruntung memberikan izin membentuk organisasi yang akhirnya mengantarkan Indonesia meraih kemerdekaan.