Penjajahan Jepang adalah yang terburuk sepanjang sejarah perjuangan Indonesia. Bahkan kata para pejuang dulu, 350 tahun penjajahan Belanda tak lebih kejam dari pada Nippon yang hanya 3,5 tahun. Begitu bengis, para pemuda diperbudak dan dipaksa jadi pasukan perang, wanita dijadikan penghibur dan mereka yang tak sanggup bekerja akan jadi bulan-bulanan untuk kemudian dibantai. Namun, penderitaan tak terperikan ini berakhir saat Soekarno, Hatta, serta para pejuang lain mencapai proklamasi.
Indonesia merdeka di 1945, di tahun yang sama saat Jepang kalah di Perang Dunia II bersama kroni Jermannya. Momen yang jadi titik balik Indonesia adalah tragedi kehancuran Jepang yang belakangan dianggap sebagai kejahatan perang. Ya, peristiwa hancur leburnya Hiroshima dan Nagasaki oleh bom atom sekutu. Secara tak langsung hal ini membawa dampak mudahnya usaha untuk meraih kemenangan bagi bangsa kita.
Bom atom Hiroshima dan Nagasaki sendiri memang membawa dampak besar. Meskipun begitu, kejadian ini tak selamanya disikapi dengan buruk. Berikut adalah fakta-fakta tentang bom atom tersebut yang mungkin kamu belum mengetahuinya.
1. Apakah Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki Masih Memiliki Radiasi Saat ini?
Dampak bom atom di dua kota itu memang sangat gila. Tak hanya menghancurkan peradaban dan juga manusianya. Tapi, pasca kejadian ternyata juga masih membawa dampak yang buruk. Memang benar ada yang berhasil selamat, namun tak berarti mereka lepas dari penderitaan. Ancaman radiasi yang menyebabkan kanker sudah jelas mereka alami.
Alasan utamanya, karena pada saat kejadian, bom atom tersebut tidak meledak saat menghantam daratan. Sesaat sebelum clash bom ini sudah meledak. Kalau seumpama skenarionya terbalik, maka mungkin saja Hiroshima dan Nagasaki sama berbahayanya seperti tempat-tempat uji coba bom atom lainnya yang bahkan hari ini masih sangat berbahaya.
2. Ada Pria yang Berhasil Bertahan dari Dua Ledakan Mematikan ini
Secara logika, sangat kecil kemungkinan seseorang bisa selamat dari bom mengerikan semacam ini. Apalagi jika seseorang berada tidak terlalu jauh dari ledakannya. Namun, hal logis ini ternyata tidak berlaku untuk seorang pria Jepang bernama Tsutomu Yamaguchi. Bagaimana tidak, orang ini berhasil bertahan dari dua bom paling mematikan sepanjang Perang Dunia II itu.
Yamaguchi adalah segelintir orang yang berhasil mendapatkan keajaiban mustahil seperti ini. Pria ini pada akhirnya meninggal di usia 93 tahun karena sakit lambung.
3. Shigeki Tanaka, Korban Hiroshima yang Jadi Juara
Nama Tsutomu Yamaguchi mungkin fenomenal, tapi tak banyak yang kenal dengan Shigeki Tanaka. Padahal ia juga salah satu orang berhasil selamat dari bom paling mengerikan sepanjang zaman ini. Tanaka tinggal tak jauh dari pusat bom di Hiroshima. Ketika itu ia masih 13 tahun dan tak mengerti apa pun. Tiga hari setelah kejadian, barulah Tanaka mengerti apa yang sedang terjadi dan ia langsung ngilu di sekujur tubuhnya.
4. Fat Man, Biang Kerok Kehancuran Nagasaki
Fat Man adalah nama kode yang dilabelkan oleh sekutu kepada bom atom yang dijatuhkannya di Nagasaki. Dinamai seperti itu karena bom atom ini memang gemuk mirip dengan pria gendut. Dilihat dari dimensinya, Fat Man memiliki diameter 1,5 meter dengan panjang 3,3 meter. Ia dilapisi semacam besi berkualitas tinggi sebagai wadah untuk membawa sekitar 6,2 kilogram plutonium sebagai inti.
5. Kokura Sebenarnya Jadi Target, Bukan Nagasaki
Seperti penjelasan sebelumnya, Fat Man mengalami kesalahan sehingga ia jatuh melenceng sejauh 2 mil dari target. Target sekutu tersebut pada awalnya adalah sebuah kota bernama Kokura. Dipercaya jika di tempat inilah Jepang membangun pabrik senjatanya. Kokura sendiri memang berjarak sangat dekat dengan Nagasaki.
Sebagai manusia biasa kita memang harus merasa prihatin dengan bencana yang menimpa Jepang ini. Namun, jika bukan karena pengeboman ini, maka Indonesia mungkin selamanya takkan lepas dari penjajahan. Dilematis memang jika menghubungkan dua hal yang kontradiktif seperti ini. Namun, pada akhirnya semuanya telah terjadi, bahkan sudah lewat lebih dari beberapa dekade. Hal ini harus jadi pelajaran, bagi siapa pun, agar tidak lagi melakukan sesuatu yang mengerikan seperti itu.