Konflik etnis Rohingya yang semakin hari tambah memanas menuai perhatian khusus dari banyak negara. Pasalnya, sudah berbulan-bulan aksi brutal militer Myanmar masih berlanjut dalam penyerangan etnis minoritas yang bermukim di Rakhine State tersebut. Dikabarkan juga sudah ditemukan 20 jenazah yang terdiri dari perempuan dan anak-anak selama 2 minggu terakhir. Namun, hingga saat ini belum ada penyelesaian jelas akan etnis yang memeluk agama Islam itu.
Disebut-sebut satu kunci yang bisa membuat perubahan dari konflik ini adalah penasehat negara, Aung San Suu Kyi. Ia dipercaya bisa menghentikan genosida yang terjadi di Rakhine serta membuat etnis Rohingya kembali memiliki pengakuan dan tempat tinggal di Myanmar. Siapa sebenarnya Aung San Suu Kyi ini? Mari simak ulasan berikut.
1. Seorang Putri Jenderal Besar Burma
Aung San Suu Kyi merupakan seorang putri dari Jenderal Aung San, seorang pahlawan nasional Burma (yang berganti nama menjadi Myanmar sekarang). Jasanya sangat besar di balik kemerdekaan yang diraih Myanmar atas Inggris pada tahun 1947. Ia bertugas dalam pengamanan negara sebelum kemerdekaan. Namun, ia terbunuh enam bulan sebelum Myanmar merdeka.
Suu Kyi lahir ketika jaman kolonial pada tanggal 19 Juni 1945 di Yangon, yang dulunya merupakan ibu kota Myanmar. Bisa dibilang Suu Kyi masih sangat belia ketika kehilangan ayahnya. Usianya masih dua tahun ketika ayahnya wafat.
2. Kedudukannya Sekarang Lebih Tinggi daripada Presiden Myanmar
Meski Suu Kyi hanya menjabat sebagai penasehat negara saat ini, namun secara de facto ia memiliki kekuasaan dalam pemerintahan. Hal ini mungkin dilandasi oleh kepemilikan paspor Inggris atas dua anaknya.
Dalam pemerintahan Myanmar, selain menjabat sebagai penasehat negara dari tahun 2016, Suu Kyi juga menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, Energi, Pendidikan, dan menjadi Menteri di Kantor Presiden. Hal tersebut sudah pasti membuat Suu Kyi memiliki akses untuk menghentikan propaganda atas apa yang terjadi kepada etnis Rohingya. Meski ia tidak bisa secara resmi menghentikan aksi militer, namun semua kalangan setuju bahwa ialah harapan satu-satunya atas permasalahan etnis minoritas di Myanmar itu.
3. Berpendidikan Tinggi
Ia mengemban pendidikan sarjananya di banyak universitas ternama. Pertama, ia mengambil jurusan Politik di Lady Shri Rahm College, New Delhi dan menyelesaikan studinya pada tahun 1964. Selanjutnya ia meneruskan studinya di St. Hugh’s College, Oxford mengambil jurusan Filosofi, Ekonomi, dan Politik. Ia lalu mendapatkan gelar Ph.D di Universitas London pada tahun 1985.
Selain menuntut ilmu setinggi-tingginya, Suu Kyi juga diberi banyak penghargaan. Salah satunya dari Berlin. Namun, meski Suu Kyi mengemban pendidikan yang cukup tinggi, agaknya ia masih belum sepenuhnya terlihat aktif pada persoalan kasus yang sedang dialami negaranya saat ini.
4. Peraih Nobel Perdamaian Tahun 1991
Atas aksi memajukan demokrasi negaranya tanpa menggunakan kekerasan dalam menentang kekuasaan rezim militer, Suu Kyi diberi penghargaan nobel perdamaian pada tahun 1991. Suu Kyi bergabung dengan orang-orang sipil dan berada di garda depan untuk melawan pemimpin Myanmar, Jenderal Ne Win kala itu untuk meminta perdamaian. Namun, untuk problema Rohingya sekarang ini Suu Kyi seakan menutup mata.
Banyak yang menilai wanita 70 tahun ini tidak pantas mendapatkan nobel perdamaian dan sepakat meminta agar penghargaan tersebut dicabut. Tidak banyak yang Suu Kyi lakukan untuk menyelesaikan konflik brutal ini sehingga banyak yang mengecam dirinya yang menyandang peraih nobel perdamaian tersebut. Sungguh miris kenyataan ini.
5. Belakangan seolah menghilang seperti angin
Video etnis Rohingya yang tersiksa tersebar luas dan cepat akhir-akhir ini membuat media asing bergegas untuk datang langsung ke daerah konflik dan meliput apa yang terjadi. Namun, tak disangka-sangka, ternyata media pun dibatasi untuk masuk ke Rakhine. Sempat media Inggris, BBC diberi akses untuk meliput ke sana, namun yang terjadi mereka malah terlantar dan tidak dapat persetujuan meliput.
Berkali-kali Jonah menghubungi juru bicara Suu Kyi untuk mendapatkan akses wawancara. Janji yang telah diberikan ternyata diingkari begitu saja. Asalan demi alasan ditelan pahit oleh Jonah dari pihak BBC. Udah kaya mantan gebetan aja, ya, sulit dihubungi.
6. Merupakan Perempuan Terhormat di Myanmar
Di negaranya sendiri, Suu Kyi merupakan wanita terpandang. Ia memiliki gelar khusus yang digunakan di Myanmar. Biasanya, ia disebut sebagai Daw Aung San Suu Kyi. Daw bukan berasal dari namanya sendiri, melainkan penghormatan di Myanmar untuk wanita yang lebih tua atau mirip dengan “Madam.” Arti harfiah dari Daw sendiri sebenarnya adalah bibi.
Selain itu, ia juga dipanggil Amay Suu, yang secara harfiah berarti Ibu Suu. Mungkin karena pendidikannya yang tinggi serta jabatan di pemerintahan yang membuat warga Myanmar memanggil Aung San Suu Kyi dengan nama panggilan seperti itu.
Memang tak dipungkiri kalau sosok Aung San Suu Kyi sangat luar biasa dan punya pengaruh besar. Tapi, kediamannya atas kasus Rohingya membuat dirinya mendapatkan cibiran dari banyak orang. Ada banyak pihak juga yang menginginkan nobel perdamaiannya dicabut. Kira-kira apa yang bakal dilakukan Suu Kyi nantinya? Posisinya sekarang ini benar-benar dipertaruhkan.