Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata Rastafara atau kaum Rastafarian? Yang jelas, gambaran pria-pria bertubuh kurus dengan rambut gimbalnya menjadi hal utama yang hinggap dipikiran kita. Tak hanya itu, aliran yang dipelopori oleh musisi Reggae Bob Marley ini juga digambarkan identik dengan ganja. Benarkah demikian?
Tak banyak yang tahu, aliran Rastafaria ini sejatinya merupakan kepercayaan filsafat yang disandarkan pada ayat-ayat Al-Kitab umat Nasrani. Menariknya, para penganut Rastafarian ini beranggapan bahwa aliran yang diimani tersebut merupakan sebuah “jalan hidup” layaknya sebuah agama yang ada di dunia. Tidak hanya itu, beberapa fakta tersembunyi di bawah ini akan mengungkapkan jati diri aliran mereka yang sebenarnya.
Tak banyak orang awam yang mengenali sosok Halie Selassie. Tapi bagi mereka yang menganut paham Rastafarian, sosok ini begitu dipuja dan dicintai. Bahkan bagi musisi sekelas Bob Marley, kecintaanya ditunjukan dengan memakai sebuah cincin Lion of Judah yang sangat identik dengan Ethiopia, tempat asal Halie Sellasie.
Bagi penganut “agama” Rastafarian ini, tubuh merupakan elemen penting yang harus dirawat dan “disucikan” sebagaimana layaknya sebuah tempat ibadah. Untuk itu, mereka berkomitmen untuk tidak menato tubuh, menjauhi rokok dan memanjangkan rambut sebagai bentuk kepatuhan. Mereka juga melakukan sebuah diet khusus yang hanya menyantap makanan alami.
Salah satu keunikan dari kaum Rastafarian ini adalah susunan dialek yang dimilikinya tergolong eksklusif dan unik. Pada awalnya, kaum Rastafari pertama di Jamaika, menciptakan sebuah dialek yang merupakan percabangan dari Jamaican Creole. Menariknya, akar bahasa dari dialek tersebut diambil dari bahasa Inggris pada umumnya.
Hal negatif yang banyak terjadi adalah, banyaknya mereka yang tertarik menjadi seorang Rastafara hanya sebagai bentuk “legalitas” religius untuk menghisap ganja. Nyatanya, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Menghisap ganja adalah sebuah “pilihan opsional” bahkan tidak diwajibkan bagi seorang Rastafarian. Beberapa bahkan memilih untuk tidak merokok atau menghisap ganja.
Banyak dari kaum “gimbal’ tersebut tidak setuju dan bahkan menolak dijuluki sebagai Rastafarian. Meski cap tersebut diasosiasikan sebagai “agama” yang mereka anut, para kaum reggae tersebut lebih nyaman jika aliran yang mereka imani disebut sebagai ajaran filsafat.
Setelah melihat fakta diatas, jelas sudah bahwa golongan Rastafara atau Rastafarian bukan hanya sebatas simbol fashion dan musik semata. Lebih dari itu, mereka mendefiniskan gerakan tersebut sebagai ajaran filsafat yang bersumber dari ajaran Al-Kitab. Dari sini , kita akan belajar sebagai individu yang berkewajiban menghargai setiap pilihan hidup seseorang dan tidak mudah untuk memandang negative hanya dari penampilan saja.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…