in

Mengenal Rastafarian, Aliran Kepercayaan yang Sering Diidentikkan dengan Ganja

Apa yang ada di benakmu ketika mendengar kata Rastafara atau kaum Rastafarian? Yang jelas, gambaran pria-pria bertubuh kurus dengan rambut gimbalnya menjadi hal utama yang hinggap dipikiran kita. Tak hanya itu, aliran yang dipelopori oleh musisi Reggae Bob Marley ini juga digambarkan identik dengan ganja. Benarkah demikian?

Tak banyak yang tahu, aliran Rastafaria ini sejatinya merupakan kepercayaan filsafat yang disandarkan pada ayat-ayat Al-Kitab umat Nasrani. Menariknya, para penganut Rastafarian ini beranggapan bahwa aliran yang diimani tersebut merupakan sebuah “jalan hidup” layaknya sebuah agama yang ada di dunia. Tidak hanya itu, beberapa fakta tersembunyi di bawah ini akan mengungkapkan jati diri aliran mereka yang sebenarnya.

Raja Ethiopia yang dianggap sebagai “Juru Selamat” mereka

Tak banyak orang awam yang mengenali sosok Halie Selassie. Tapi bagi mereka yang menganut paham Rastafarian, sosok ini begitu dipuja dan dicintai. Bahkan bagi musisi sekelas Bob Marley, kecintaanya ditunjukan dengan memakai sebuah cincin Lion of Judah yang sangat identik dengan Ethiopia, tempat asal Halie Sellasie.

Sebagai tokoh panutan [image source]
Hallie Selassie sendiri dipercaya merupakan seorang raja Ethiopia ke-225 yang mempunyai garis keturunan dari Nabi Sulaiman dan Ratu Saba. Sosok Raja yang aslinya bernama Tafari Makonnen ini, pernah mendapat gelar Ras. Sejak saat itulah, istilah Rastafari muncul. Bagi kaum rasta, Halie Selassie yang menjabat sebagai kaisar Ethiopia sejak 1930 ini, dianggap sebagai junjungan yang dimuliakan.

Mencintai tubuh sendiri selayaknya sebuah kuil persembahan

Bagi penganut “agama” Rastafarian ini, tubuh merupakan elemen penting yang harus dirawat dan “disucikan” sebagaimana layaknya sebuah tempat ibadah. Untuk itu, mereka berkomitmen untuk tidak menato tubuh, menjauhi rokok dan memanjangkan rambut sebagai bentuk kepatuhan. Mereka juga melakukan sebuah diet khusus yang hanya menyantap makanan alami.

Mencintai tubuh sendiri [image source]
Beberapa dari kalangan mereka merupakan penganut vegetarian yang taat. Mereka juga menolak untuk mengonsumsi makanan olahan. Daging merah juga dihindari karena mereka percaya bahwa daging-daging tersebut akan membusuk di dalam tubuh. Namun, masih ada beberapa kaum Rastafarian yang makan daging ikan dengan alasan didukung oleh ajaran Al-Kitab.

Memiliki “doa khusus” berupa dialek dan bait-bait tertentu

Salah satu keunikan dari kaum Rastafarian ini adalah susunan dialek yang dimilikinya tergolong eksklusif dan unik. Pada awalnya, kaum Rastafari pertama di Jamaika, menciptakan sebuah dialek yang merupakan percabangan dari Jamaican Creole. Menariknya, akar bahasa dari dialek tersebut diambil dari bahasa Inggris pada umumnya.

Punya bahasa khusus [image source]
Salah satu contohnya adalah penggunan kata ganti “I” untuk menggantikan “me” dan “you”. Menurut para Rastafarian ini, filosofi dari kata ganti tersebut merupakan sebuah bentuk pengakuan dan ekspresi terhadap individu untuk mengakui sisi kemaunsiaan mereka. Hal ini merupakan bentuk dari semangat posisif dari kaum Rastafarian dalam bentuk kata-kata.

Benarkah mereka selalu identik sebagai penghisap ganja?

Hal negatif yang banyak terjadi adalah, banyaknya mereka yang tertarik menjadi seorang Rastafara hanya sebagai bentuk “legalitas” religius untuk menghisap ganja. Nyatanya, hal tersebut tidak sepenuhnya benar. Menghisap ganja adalah sebuah “pilihan opsional” bahkan tidak diwajibkan bagi seorang Rastafarian. Beberapa bahkan memilih untuk tidak merokok atau menghisap ganja.

Menghisap ganja bukan yang utama [image source]
Salah satu penganut Rastafarian yang dikenal adalah penyanyi Rap, Snoop Dog. Untuk menunjukan kesetiaannya terhadap aliran ini, dirinya mengubah nama menjadi Snoop Lion. Meski begitu, banyak dari kalangan Rastafara yang mempertanyakan tindakannya tersebut. Mereka berpikir bahwa apa yang dilakukan oleh Snoop Dog tersebut tak lebih sebagai dalih untuk mendapatkan “pembenaran” menghisap ganja.

Rastafarian bukan agama, melainkan aliran filsafat

Banyak dari kaum “gimbal’ tersebut tidak setuju dan bahkan menolak dijuluki sebagai Rastafarian. Meski cap tersebut diasosiasikan sebagai “agama” yang mereka anut, para kaum reggae tersebut lebih nyaman jika aliran yang mereka imani disebut sebagai ajaran filsafat.

Jalan hidup mengikuti filsafat [image source]
Mereka menolak dari segala bentuk penindasan ideologi yang sering diartikan sebagai sebuah sistem “isme” yang berarti sebuah aturan baku. Dalam pandangan mereka, hal ini seperti sebuah sistem yang dipaksakan terhadap suatu individu. Jadi, filosofi utama dari aliran Rastafaria ini adalah eksistensi tanpa kepatuhan pada sistem yang menindas.

Setelah melihat fakta diatas, jelas sudah bahwa golongan Rastafara atau Rastafarian bukan hanya sebatas simbol fashion dan musik semata. Lebih dari itu, mereka mendefiniskan gerakan tersebut sebagai ajaran filsafat yang bersumber dari ajaran Al-Kitab. Dari sini , kita akan belajar sebagai individu yang berkewajiban menghargai setiap pilihan hidup seseorang dan tidak mudah untuk memandang negative hanya dari penampilan saja.

Written by Dany

Menyukai dunia teknologi dan fenomena kultur digital pada masyarakat modern. Seorang SEO enthusiast, mendalami dunia blogging dan digital marketing. Hobi di bidang desain grafis dan membaca buku.

Leave a Reply

Pahajatan, Kampung ‘Urang Halus’ yang Dipercaya Bisa Kabulkan Hajat Masyarakat

Di Tengah Derita, Siapa Sangka 5 Kerajinan Suku Asmat Ini Banyak Diminati oleh Dunia