Kalau nonton film-film zaman kerajaan Inggris terutama di era Ratu Victoria, kelihatan bahwa bangsawan pada masa itu selalu rapi, sopan dan teratur. Hal itu tidak lain karena adanya etika yang harus diikuti sebagai seseorang dari kelas terpandang.
Etika, kesopanan dan tata krama memang merupakan hal yang penting untuk diikuti sebagai bentuk menghormati dan menghargai orang lain. Tapi etika yang diikuti para bangsawan di era ini sepertinya justru bikin hidup makin ribet.
1. Etika Berpakaian yang Bikin Sesak Napas
Etika berpakaian di zaman ini sangatlah mendetail. Ada pakaian khusus pesta dansa, makan malam, jalan-jalan, naik kereta, gaun malam, gaun berkabung, dan masih banyak lagi. Bahkan ada aturan ketat soal berapa lama seseorang harus memakai gaun hitam saat berkabung untuk anggota keluarga yang meninggal.
Salah satu yang bikin sesak napas adalah penggunaan korset. Demi mendapatkan bentuk tubuh seperti jam pasir, maka korset harus diikat seketat mungkin yang tentu saja bikin susah bernapas. Tidak cuma korset, para wanita juga mengenakan crinoline, semacam sagkar dari metal yang bertujuan agar rok menjadi mengembang. Bayangkan susahnya berjalan dengan mengenakan crinoline, apalagi kalau harus lewat di ruangan dengan banyak barang pecah belah.
2. Etika di Jalan
Ketika sedang jalan-jalan juga ada etikanya. Wanita muda yang belum menikah tidak boleh keluar tanpa pendamping. Mereka juga tidak boleh berhenti dan ngobrol dengan seseorang di keramaian. Ketika seorang gadis bertemu dengan seorang teman laki-laki dan ingin menyapanya, maka si gadis boleh menyapa duluan dengan cara menawarkan atau mengulurkan tangannya.
Si pria harus menunggu agar si gadis mengenalinya lebih dulu sebelum kemudian mengangkat topinya. Jika si gadis mengulurkan tangannya, si pria harus berjalan dengan si gadis tersebut. Percakapan juga harus tenang dan sopan. Tidak boleh bicara terlalu keras, atau dengan menunjukkan gestur atau gerakan tubuh. Wah, ribet ya!
3. Etika Perkenalan dan Gelar Bangsawan
Di era ini, memanggil atau berbicara dengan seseorang yang belum dikenalkan secara formal adalah hal yang tidak sopan. Dalam sebuah perkenalan bangsawan dari kelas yang lebih rendah dikenalkan kepada kelas yang lebih tinggi.
Tapi, seorang wanita selalu dikenalkan kepada seorang pria tidak peduli kelas sosial mereka. Karena itulah, hanya untuk berkenalan dengan seseorang, para bangsawan ini harus tahu urutan kelas sosial dan gelar mereka dan para bangsawan lainnya.
4. Upacara Perkenalan di Istana
Upacara ini adalah untuk memperkenalkan seorang gadis yang sudah siap untuk dinikahi. Para gadis dan pria muda hadir dalam upacara ini dengan etika dan tata cara yang sudah ditentukan. Si pria harus mengenakan sepatu dengan celana selutut, sepatu gesper, dan membawa sebilah pedang.
Si gadis harus memakai bulu di rambutnya yang cukup tinggi agar si ratu bisa melihatnya, dan gaunnya harus sepanjang 2,74 meter dan memperlihatkan bagian leher dan bahu. Si gadis harus memegang buntut roknya yang panjang di tangan kiri sambil menunggu untuk bertemu ratu. Setelah masuk ke ruangan ratu, ia kemudian mencium tangan ratu, menunggu seorang pengawal untuk meletakkan buntut roknya di tangan kirinya lagi, kemudian berjalan keluar ruangan tanpa menoleh ke belakang.
Sementara si pria, berlutut dengan satu kaki, mengulurkan tangan kanannya, kemudian ratu akan memberikan tangannya dan si pria mencium tangan ratu. Setelah perkenalan ini selesai, barulah para pria dan gadis ini bisa mencari pasangan.
5. Mencari Pasangan
Mencari pasangan juga ada etikanya tersendiri. Jika biasanya seseorang menikah karena cinta, para bangsawan ini memiliki lebih banyak hal untuk dipertimbangkan mulai dari ketertarikan kedua belah pihak atau kestabilan keuangan dan status sosial.
Pada masa itu, setiap orang disarankan untuk mencari pasangan dari kelas sosial mereka sendiri karena warisan rumah dan harta hanya akan jauh pada anak laki-laki pertama. Sehingga mereka yang menikah murni karena cinta dipastikan akan memiliki kesulitan dalam hal finansial.
Adalah hal yang wajar bagi seorang wanita untuk mencari seorang pria tertua dalam keluarganya. Atau ketika keluarganya dalam masalah finansial, seorang pria tertua terkadang juga memilih wanita pewaris harta keluarganya bahkan meskipun wanita tersebut dari kelas sosial yang lebih rendah.
Setiap bangsa dan kebudayaan pasti memiliki tata peraturan sosial dan etika yang berbeda-beda. Meski bagi kebudayaan lain terlihat aneh, etika dan tata peraturan tersebut sebenarnya juga dibuat untuk kebaikan masyarakatnya pada masa itu.