in

“Coach Kenapa Aku Berbeda?” Kisah Eman Sulaeman Melawan Keterbatasan dengan Sepak Bola

Eman Sulaeman bukanlah pemain terhebat di jagad sepak bola tanah air. Pria ini juga bukanlah top skor atau pemenang di kompetisi tanah air. Meski bukan yang terbaik dan terkenal, namun semangatnya melawan keterbatasan bisa katakan patut diacungi jempol. Tumbuh tidak normal sejak kecil membuatnya enggak pernah patah semangat untuk berusaha meniti karier di sepak bola.

Menurut ia olahraga ini adalah sumber kebahagiaan kedua dalam hidupnya. Eman Sulaeman sendiri sudah memainkan kulit bundar sejak kecil. Melalui bantuan saudaranya dirinya mengenal sepak bola. Bahkan dengan bermain olahraga paling dicinta di dunia ini, pria 27 tahun bisa dikenal oleh dunia saat ini. Dan beginilah kisah Eman Sulaeman melawan keterbatasan dengan si kulit bundar.

Potensi diri menjadi kekuatan melawan keterbatasan

Potensi Eman [Sumber Gambar]
Sebagai seorang pemain sepak bola pastinya Eman Sulaeman bukanlah yang terbaik. Banyak kekurangan layaknya manusia normal bermain olahraga ini. Meski bukanlah yang sempurna, pria 27 tahun ini menunjukkan kepada kita bagaimana menutupi kekurangan dengan potensi. Lelaki asal Majalengka ini memulai karier bola dengan dilatih saudaranya. Berkat kerja keras dan kegigihan dirinya mampu manyabet gelar pertamanya pada tahun 2010. Dilansir dari laman PanditFootball, Eman menjuarai kejuaraan futsal di daerah asalnya Majalengka.

Skotlandia menjadi saksi kehebatan kiper tak sempurna ini

Prestasi Eman [Sumber Gambar]
Menjadi pemain sepak bola Eman Sulaeman bisa dikatakan memiliki sikap tak gampang berpuas diri. Setelah menjuarai kopetisi tadi, ia terus giat berlatih hingga terbang ke Eropa. Bermain pada kejuaraan Homeless World Cup (HWC) di Skotladia. Di sana pria tujuh bersaudara ini menjadi pemain satu-satunya memiliki kebutuhan khusus. Hal tersebut tidak menghalangi dirinya untuk mengeluarkan bakatnya. Sebagai kiper memiliki keterbatasan ia tampil sangat baik dengan hanya dua kali diganti. Bahkan ketangguhannya menjaga gawang tim merah putih membuatnya terpilih jadi kiper terbaik HWC.

Merupakan seorang sarjana teknik elektro

Pekerjaan Eman [Sumber Gambar]
Kisah pria yang masih bujang ini ternyata tidak hanya hebat di lapangan saja. Dilansir dari laman Liputan6, kiper terbaik kompetisi HWC tersebut, juga lihai dalam urusan elektronik. Di rumahnya di Majalengka selain sibuk bermain bola Eman juga membuka service benda-benda perangkat listrik. Kemampuannya menyulap barang tersebut didapatkan dari empat tahun kuliah di Universitas 17 Agustus Cirebon. Berkat tempat tersebut jugalah bakatnya menjadi penjaga gawang terus berkembang.

Cemooh dan diskriminasi menjadi makanan sehari-hari

Eman Sulaemen [Sumber Gambar]
Sebelum mendapatkan semua prestasi hebat tersebut, kiper 27 tahun ini sebelumnya harus lewat masa-masa yang amat kelam. Terlahir dengan kondisi tidak normal dengan kaki kanan sebatas pegelangan dan kirinya sampai lutut menjadikan sering sekali alami tindakan diskriminasi. Seperti dilansir laman PanditFootball, Eman kecil harus hidup dengan cemooh dari para tetangganya. Bahkan saat menjalani kejuaraan pertama ia di lecehkan dengan keras oleh lawannya bertanding futsal. Meski alami hal-hal buruk tersebut, namun di bertambahnya usia ia tersadar dan bisa bangkit.

Keluarga Eman Sulaeman adalah sumber tenaga melawan kerasnya hidup

Keterbatasan Eman [Sumber Gambar]
Selain rekan tim yang selalu mendukungnya, keluarga Eman Sulaeman juga memiliki pengaruh yang begitu besar. Hal ini dibuktikan dengan orang tua yang selalu mendukungnya dalam segala urusan di hidupnya, baik itu pendidikan atau karier dalam bermain sepak bola. Kakak Eman yang bernama Jaja juga memiliki peran tidak kalah penting dengan menjadi orang pertama yang mengajarinya sepak bola. Mari kita doakan bersama agar karier pria asli Majalengka ini akan lebih sukses dari sekarang.

Kisah Eman Sulaeman ini menjadi suatu hal yang langka dan sangat layak untuk ditirukan oleh orang lain yang bernasib sama. Dirinya juga menunjukkan kepada kita bahwa kekurangan bukan hal penghalang untuk kita bisa berprestasi. Selagi ada usaha pasti ada jalan keluar yang akan kita peroleh. Besar harapan apabila kisah pria 27 tahun ini juga dapat memotivasi oleh para penyandang disabilitas lainnya.

Written by Galih

Galih R Prasetyo,Lahir di Kediri, Anak pertama dari dua bersaudara. Bergabung dengan Boombastis.com pada tahun 2017,Merupakan salah satu Penulis Konten di sana. Lulusan Pendidikan Geografi Universitas Negeri Malang. Awalnya ingin menjadi pemain Sepak Bola tapi waktu dan ruang justru mengantarkan Ke Profesinya sekarang. Mencintai sepak
bola dan semua isinya. Tukang analisis Receh dari pergolakan masyarakat Indonesia.

Leave a Reply

Jadi Ratu Sinetron Masa Kini, Fashion Prilly Latuconsina Ada yang Harganya Rp60 Ribuan Saja!

Semakin Bobrok, Inilah Alasan Mengapa Guru Zaman Dulu Lebih Pantas Dijadikan Teladan