Kalau beberapa konglomerat Indonesia memang memiliki kekayaan lantaran mengembangkan usaha warisan orang tuanya, berbeda dengan Eka Tjipta Widjaja. Satu dari sekian orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes ini benar-benar mengawali karirnya dari nol. Ya, untuk bisa sesukses hari ini, Eka menjalani hidup yang benar-benar berat.
Sejak kecil, Eka Tjipta Widjaya harus menjalani hidup yang susah. Tak hanya harus putus sekolah, kesehariannya pun dilalui dengan lumayan nestapa. Tapi, berkat tekad berubah, pada akhirnya pria ini mampu memutar roda nasibnya sendiri. Dan berikut ini fakta dan perjalanan hidup Eka Tjipta, sang salah satu orang terkaya NKRI.
Orang Terkaya Ketiga di Indonesia dengan Kekayaan Fantastis
Tahun ini, Majalah Forbes melansir peringkat kekayaan orang Indonesia. Dan Eka Tjipta Widjaja masuk pada urutan ketiga. Pendiri dan pemilik Sinarmas Group ini sempat memiliki total kekayaan sekitar 5.6 dollar US. Dengan bisnis yang bergerak pada pengelolahan agribisnis, properti, jasa keuangan, kertas, dan lainnya.
Hanya Lulus Sekolah Dasar (SD)
Laki-laki yang memiliki nama asli Oei Ek Tjhong ini meninggalkan China dan menuju daerah Makassar ketika berusia 9 tahun. Bersama sang ibu, ia melakukan perjalanan selama tujuh hari tujuh malam dengan uang dari pinjaman rentenir sebesar 150 dollar. Kondisi yang teramat miskin membuat Eka Widjaja dan ibunya harus duduk di bagian kapal yang tak layak.
Sesampainya di Makassar, Eka kecil lantas bertemu ayahnya yang telah lebih dulu sampai di sana. Keluarga kecil ini pun bahu membahu berjualan untuk melunasi hutang rentenir. Berkat hidup yang teramat prihatin, setelah dua tahun hutang itu pun terselesaikan. Selama ini banyak yang menyangka bahwa kesuksesan Eka dalam membangun Sinarmas adalah karena dirinya lulusan universitas luar negeri. Padahal kenyataannya, keterbatasan ekonomi membuat Eka hanya bisa menyelesaikan pendidikan hingga sekolah dasar.
Bersepeda Melewati Hutan-Hutan Lebat untuk Berjualan
Selepas tak bersekolah lagi, Eka Widjaja mulai menjajakan makanan ringan dari satu rumah ke rumah lainnya. Barang-barang yang dijajakannya adalah biskuit, permen, kembang gula, dan jajanan lainnya. Eka harus bersepeda melewati hutan lebat untuk mengambil pasokan barang yang akan dijual. Meski sulit, tapi usaha ini lumayan menghasilkan keuntungan. Akhirnya, Eka pun bisa membeli becak untuk memuat barang dagangan.
Menjual Barang-Barang Bekas Penjajahan
Saat usaha Eka Widjaja mulai tumbuh, tiba-tiba Jepang memasuki Makassar. Alhasil, usahanya pun gulung tikar dan terpaksa harus menganggur selam beberapa waktu. Modal usahanya pun habis untuk keperluan sehari-hari. Suatu ketika, Eka menikmati keputusasaan dengan mengayuh sepeda berkeliling Makassar. Dan sampai pada tempat dimana ia melihat tentara Jepang sedang mengawasi pasukan Belanda. Selain itu, Eka juga melihat tumpukan terigu, semen, dan gula yang masih terlihat baik tapi ditelantarkan.
Melihat hal ini, otak bisnis Eka pun melihat adanya peluang. Ia pun mendekati tentara-tentara Jepang dan memberikan makanan minuman gratis pada mereka. Setelahnya, Eka pun meminta terigu, semen, dan gula tak terpakai itu untuk dirinya. Tentara Jepang pun mengizinkan. Kemudian Eka membayar para tetangganya untuk mengangkut barang-barang dengan jumlah besar itu ke rumahnya. Selanjutnya Eka pun memilah barang-barang yang masih bisa dijual. Keuntungan besar pun datang padanya.
Jatuh Bangun Usaha Eka Widjaja, Sempat Bangkrut Total
Setelah berjualan barang sisa penjajahan, Eka pun sempat menjadi kontraktor kuburan dengan berbekal semen yang dipunyainya. Setelah berhenti, ia pun berlayar ke daerah Selayar untuk membeli kopra murah. Keuntungan besar pun diraupnya. Namun tak diduga Jepang mengeluarkan peraturan baru yang menyebabkan lelaki berdarah Tionghoa ini bangkrut total. Meski sempat lemas, Eka pun kembali mencoba berdagang. Kala itu ia mencoba berdagang gula, wijen, dan kembang gula. Saat mulai berhasil, harga gula jatuh dan menyebabkan Eka rugi besar. Bahkan ia harus menanggung hutang. Untuk melunasinya, Eka sempat menjual mobil jip, dua sedan, bahkan perhiasan keluarga.
Kebangkitan Eka Widjaja
Sempat beberapa kali jatuh bangkrut ketika berdagang, dan Eka selalu memilih untuk kembali bangkit memulai lagi. Sampai pada tahun 1980, Eka pun menggunakan apa yang dimilikinya untuk membeli perkebunan kelapa sawit lengkap dengan mesin pabrik di Riau. Bisnis yang didirikannya berkembang pesat. Tahun 1981, Eka pun membeli perkebunan dan pabrik teh yang luasnya 1000 hektar. Semakin lama bisnisnya berkembang, Eka pun merambah bidang-bidang lain di bawah naungan Sinar Mas Group. Kecerdasannya dalam membaca peluang dan memanfaatkan kesempatan mengantarkannya pada kesuksesan.
Sosok Eka Widjaja memang patut menjadi teladan di dunia bisnis. Kepekaan membaca peluang dan belajar dari pengalaman membuatnya berhasil sukses. Keberanian mengambil resiko dan ketahanan mental saat gagal pun sangat mengagumkan. Hal-hal itu bukan didapatkannya di bangku kuliah, tetapi di panggung kehidupan nyata.