Tak hanya imbauan untuk selalu mencuci tangan saja, pemerintah sudah lakukan lakukan berbagai cara untuk bisa menghambat penyebaran virus corona. Untuk para siswa dan mahasiswa, mereka sudah belajar dari rumah. Pekerja pun dialihkan dengan bekerja dari rumah. Beberapa daerah melakukan lockdown lokal.
Dengan bantuan para pemerintah di kelurahan dan kecamatan, pemerintah juga menyemprotkan desinfektan ke jalan-jalan dan perumahan warga, bahkan ada yang sampai ruang kamar juga disemprot. Penggunaan desinfektan ini memang bisa membunuh kuman, namun tak boleh berlebihan juga loh. Mengapa? Simak dalam ulasan di bawah ini ya!
Penyemprotan desinfektan ini dilakukan pada permukaan benda-benda mati, seperti dinding, pintu, lantai, dan sebagainya. Melansir laman itb.ac.id, dijelaskan bahwa “Disinfeksi didefinisikan sebagai penggunaan bahan-bahan kimia yang dapat membunuh kuman/mikroba (bakteri, fungi, dan virus) yang terdapat di permukaan benda mati (non-biologis, seperti pakaian, lantai, dinding) (Centers for Disease Control and Prevention, CDC),”.
Penelitian juga sudah dilakukan di ITB, beberapa bahan yang bisa digunakan untuk desinfektan ini bisa dibuat sendiri di rumah. Bahannya bisa dari diluted bleach (larutan pemutih/natrium hipoklorit), kloroksilenol, amonium kuarterner (seperti benzalkonium klorida), klorin dioksida, etanol 70%, electrolyzed salt water, glutaraldehid, hidrogen peroksida (H2O2), serta beberapa bahan lain.
Namun, apakah penggunaan desinfektan ini sepenuhnya aman? Nah, terkait dengan pertanyaan ini, ternyata ada beberapa hal yang perlu Sahabat Boombastis perhatikan. Environmental Protection Agency (EPA) menyarankan untuk menggunakan bahan desinfektan yang memang sudah teruji efikasinya untuk yang mau menggunakan dalam bentuk fogging, electrostatic sprayer atau penyemprotan. Selain itu, World Health Organization (WHO) juga tak menyarankan penggunaan klorin serta alkohol ke seluruh permukaan tubuh, karena hal itu akan membahayakan pakaian dan membran mukosa tubuh seperti mata dan mulut.
Berdasarkan penelitian JAMA Network Open Oktober 2019, orang yang sering menyemprotkan desinfektan, lalu terhirup maka akan lebih besar risikonya untuk mengalami kerusakan paru-paru. WHO juga mengeluarkan pernyataan bahwa inhalasi (penghirupan) gas klorin (Cl2) dan klorin dioksida (ClO2) dapat mengakibatkan iritasi parah pada saluran pernapasan (WHO).
Tak hanya itu, penggunaan yang sering, maka bisa menyebabkan iritasi serta kerusakan pada kulit. Akibat dari penyemprotan cairan desinfektan yang terlalu sering dan banyak juga bisa membuat seseorang meninggal dunia. Jadi, sekarang lebih hati-hati ya guys. Untuk beberapa alasan memang penyemprotan ini diperlukan untuk membunuh kuman atau bakteri yang menempel di benda mati di sekelilingmu.
BACA JUGA: Percepatan Tangani Corona, 5 Rencana Pemerintah RI Ini sedang Disiapkan untuk Masyarakat
Namun, perlu dicatat juga kalau penggunaan berlebih akan berdampak pada kesehatan. Padahal kan, tujuan utama kita adalah menghindari terkena virus corona. Akan tidak lucu, kalau tidak sakit karena virus corona, melainkan terkena cairan desinfektan. Jadi, gunakanlah sewajarnya saja!
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…