Indonesia tidak hanya memiliki desa yang seluruh penduduknya wanita, desa yang seluruh warganya jadi pengemis atau seluruh penduduk prianya menjadi pembuat keris saja. Indonesia masih memiliki desa yang hampir seluruh penduduknya membuat mainan tradisional dan juga penjagal ular. Ya, Anda tidak sedang salah dengar, penjagal ular.
Sebuah desa bernama Kertasura di Cirebon, Jawa Barat dikenal sebagai sentra ular di Indonesia. Di desa ini, kamu bisa menyaksikan ular-ular disembelih dengan jumlah ratusan lalu dijemur hingga kering. Sepanjang jalan Anda memandang, ular-ular yang kadang sangat berbisa itu tunduk dan tidak bisa melakukan apa-apa.
Oh ya, ngomong-ngomong buat apa sih penduduk Kertasura membantai begitu banyak ular. Yuk, ah simak cerita selengkapnya di bawah ini.
Kertasura dan Bisnis Kulit Ular
Kertasura sebenarnya hanya desa kecil yang berada di Cirebon, Jawa Barat. Awalnya desa ini hanya desa biasa saja selama beberapa tahun. Namun, setelah banyak penduduk desa yang mulai mencari ular untuk diperdagangkan, desa ini menjadi pusat industri kulit ulat di Jawa Barat, bahkan mungkin Indonesia.
Setiap hari, penduduk di desa ini menampung ular-ular yang sengaja ditangkap oleh pemburu. Ular itu akan dipelihara selama beberapa saat atau langsung diproses untuk diambil kulitnya yang bermotif indah. Kulit yang dihasilkan oleh desa ini nantinya akan digunakan untuk kerajinan tangan berupa sabuk atau tas yang memiliki harga cukup fantastis.
Metode Pengambilan Kulit Ular
Metode pengambilan kulit yang dilakukan oleh sebagian besar penduduk di sini cukup mengerikan. Bahkan, salah satu media asing mengatakan kalau tempat pembantaian ular paling mengerikan ada di desa ini. Demi mendapatkan kulit yang baik dan tidak rusak, penduduk melakukan penggelonggongan ular hingga menjadi gelembung besar.
Mulut ular akan dimasuki selang panjang selama beberapa menit hingga tubuhnya menggelmbung. Dengan tubuh yang menggelmbung ini, kulit dari ular ini akan mudah diambil. Penjagal hanya perlu memotong bagian kulit di kepala lalu menarik ke bawah dengan kuat hingga kulit terlepas. Ular yang hanya bersisa kulit itu akan dibiarkan begitu saja hingga mati atau diolah untuk kuliner anti gatal dan penyakit lain yang memanfaatkan organ dalam dari ular.
Pasar Kulit Ular Dalam dan Luar Negeri
Setelah kulit dari ular lepas dari badannya, kulit akan mulai dijemur di bawah terik matahari hingga kering. Kalau tidak ada panas da khawatir kulit akan rusak dan membusuk, penjagal akan memasukkannya ke dalam pemanas hingga benar-benar kering untuk bisa dijual dalam bentuk kulit mentah atau pun diolah terlebih dahulu menjadi benda kerajinan.
Kulit-kulit ular yang berasal dari desa ini biasanya akan dijual kepada pengrajin di dalam negeri dan luar negeri. Pengepul biasanya datang untuk memilih kulit-kulit terbaik yang bisa digunakan untuk membuat benda kerajinan terbaik dengan harga yang mahal. Tas-tas dari bahan kulit ular bisa menembus jutaan rupiah jika dikerjakan dengan sangat profesional.
Antara Kebutuhan dan Kekejaman
Melihat kekejaman yang terjadi di kawasan Kertasura bisa membuat banyak orang tidak mau berkunjung di sana. Bagi pencinta satwa terutama ular akan merasa melihat neraka di mana hewan yang bisa dipelihara denganbaik itu justru dibantai dengan cara yang mengerikan dan membuat hewan itu mati kesakitan sebelum dipanen kulitnya.
Meski apa yang dilakukan oleh para penjagal ular di sini sangat kejam, mereka tidak bisa menghentikan aksi ini. Hampir sebagian besar penghasilan dari penduduk didapat dengan menjual kulit ular. Kalau usaha ini mendadak ditutup, mereka tidak akan memiliki pekerjaan yang telah ditelateni selama bertahun-tahun.
Oh ya, selain ular yang menjadi komoditas unggulan, di kawasan ini Anda juga bisa mendapatkan hewan lain seperti kodok hingga kadal. Desa Kertasura mirip dengan pasar Tomon tapi minus paniki atau kelelawar besar dan tikus tanah. Bagaimana pendapat Anda dengan praktik penjagalan ini?