Mungkin jika bicara mengenai pawang ular, kita teringat beberapa adegan film India, sebuah suling sakti dengan binatang berbisa itu menari-nari dalam keranjang. Itu bukan hal yang aneh karena lahirnya para pawang ular juga berasal dari negeri yang satu itu. Bahkan sampai sekarang, praktek pawang ular seperti di film-film itu pun masih ada.
Masih soal India dan pawang ular, ternyata di sana ada loh desa khusus para penjinak binatang berbisa itu. Bahkan mulai dari orok hingga orang tua pun sudah akrab dengan hewan yang satu ini. Yuk mengintip desa pawang ular, Jogi Dera di India itu.
Sebuah tradisi kuno berumur ratusan tahun yang diwariskan generasi muda
Siapa sangka tradisi menjinakkan ular itu sudah ada sejak ratusan tahun lamanya. Ya apalagi masyarakat India dikenal sangat mengagungkan binatang yang satu ini. Misalnya saja di salah satu desa pawang ular Jogi Dera di India, ya di sana bahkan sejak masa balita anak-anak sudah akrab dengan yang namanya ular sebagai pengenalan awal tradisi menjinakkan binatang berbisa itu.
Diharap nanti saat dewasa, para anak-anak ini bisa meneruskan budaya yang telah ada ratusan tahun namanya. Namun jangan khawatir, ular yang dikenalkan bukan yang berbisa hanya ular kecil yang tidak berbahaya.
Semakin dewasa, makan harus paham masalah ular lebih dalam
Nah, makin berumur para anak-anak tadi (umumnya 12 tahun) , mereka harus lebih memahami ular-ular yang berbeda. Alhasil mulai dari ular tak berbisa hingga sejenis Kobra harus bisa mereka jinakkan. Jadi jangan kaget jika berada di Jogi Dera, makan akan banyak anak-anak bersliweran membawa ular-ular di badannya.
Orang-orang di sana meyakini kalau dirinya telah memahami psikologi binatang berbisa itu sehingga tak mungkin ada kecelakaan terjadi. Meskipun dalam prakteknya ada saja yang cedera saat bermain ular meskipun tidak mengakibatkan dampak yang fatal. Bahkan praktek pawang ular ini sempat diawasi pemerintah karena takut dilakukan pelanggaran oleh warga.
Pro kontra mengenai praktek pawang ular yang masih terjadi hingga sekarang
Dalam praktek pawang ular di salah satu desa di India itu, ada pro dan kontra yang menyelimutinya. Ya, beberapa menganggap dalam prateknya, para penduduk setempat melakukan pelanggaran. Ya ular-ular tersebut disiksa untuk pertunjukan, semisal dipotong taringnya hingga dihilangkan bisanya dari tubuh.
Alhasil pemerintah setempat pernah melarang praktek ini dilakukan lagi di desa itu. Namun penduduk setempat menolak dugaan itu, ya menurut mereka tidak ada penyiksaan pada binatang melata yang satu itu pasalnya mereka menggunakan cara tradisional yang sama sekali tidak melukai. Alhasil desa ini sempat diawasi ketat oleh pemerintah.
Makin punahnya tradisi dan hilangnya masa depan mereka
Lantaran adanya undang-undang perlindungan satwa di India, profesi pawang ular jadi semakin menipis. Alhasil para pawang yang ada di kota-kota besar harus kembali ke Jogi Dera atau menetap di desa terpencil yang lainnya. Mirisnya lagi kebanyakan profesi mantan pawang itu hanya jadi pengemis lantaran beberapa praktek tidak diperbolehkan.
Sedangkan di sisi lain, hal itu berarti tradisi ini bisa mulai punah dari desa penjinak ular itu. Apalagi mengingat kini para pawang ular sangat dibatasi agar tidak menangkap ular liar hanya diperbolehkan menjinakkan beberapa ekor saja. Ya, mungkin kita masih bisa melihat di kampung unik itu, namun tidak sebanyak yang dulu.
Terlepas dari segala kontroversi yang ada, ternyata salah satu tujuan para penduduk Jodi Dera dalam menjinakkan ular adalah mempertahankan tradisi yang ada. It is Ok, selama tidak melukai binatang yang satu itu. Nah di saat itulah perlu kebijaksanaan dari pemerintah untuk menengahi masalah ini, budaya tidak hilang namun juga tidak melukai para satwa.