Kemajuan teknologi sudah semakin mirip kereta peluru Jepang; cepat dan mewah. Semua sektor teknologi berlomba-lomba melakukan inovasi yang paling fresh. Termasuk jaringan internet. Sekarang ini, mencari koneksi internet yang kenceng dan super ngebut bukanlah perkara sulit. Di mana-mana terdapat Wi-Fi gratisan, entah itu di kafe, kampus, bahkan di jalan-jalan. Operator provider pun juga tak ingin kalah dengan menyediakan jaringan internet yang gak kalah kencengnya dengan jaringan Wi-fi. Pokoknya, jaman sekarang kalau mau internetan mah gampang. Beda dengan jaman dulu yang kalau mau internetan harus pergi ke warnet dulu.
Akibat dari majunya teknologi, usaha warnet jaman sekarang makin kembang kempis dan kelimpungan. Tapi mereka masih ada sampai saat ini, walaupun dengan nafas ngos-ngosan. Si penjaga warnet tetap setia menunggu pelanggan datang dan sambil jadi operator. Sepinya pelanggan, otomatis memadamkan rejeki sang abang warnet perlahan-lahan. Di samping itu, masih ada sederet beban yang harus mereka tanggung saat bekerja, seperti berikut ini.
Jadi penjaga warnet itu kayak jadi tokoh protagonis sinetron, kudu sabar sama klien atau pelanggan yang menjema menjadi tokoh antagonis. Mereka nggak bakal segan-segan bikin penjaga warnet naik darah. Seperti pelanggan yang cerewet. Bilang komputernya lemot lah, koneksinya lelet lah, earphone-nya nggak enak lah. Pokoknya bikin penjaga warnet bawaannya pengen nabok pakek keyboard.
Yah, namanya juga penjaga warnet, gajinya pasti di bawah UMR. Gaji jutaan bagi seorang penjaga warnet ibarat gelandangan pengen nikah sama Aura Kasih; ibarat mahasiswa pengen lulus tanpa harus ngerjain skripsi alias mustahil.
Jadi operator warnet yang kena shift malam itu tak ubahnya karyawan kantoran lagi lembur. Seharian melototin monitor pastinya bikin mata capek. Biasanya, mereka akan toleh kanan, toleh kiri, padahal juga nggak ada yang mau dilihat. Ya cuma sekedar berusaha ngilangin ngantuk. Shift malam bisa berlanjut sampai pagi seperti perawat jaga malam di rumah sakit.
Pas lagi enak-enaknya internetan, pelanggan lagi anteng, tiba-tiba listrik mati. Padahal yang matiin listrik PLN, tapi operator kadang kena semprot juga. Ancaman lain yang bisa aja bikin darah tinggi adalah ISP (internet service provider) yang tiba-tiba menjadi lelet. Kalau buat si penjaga sih nggak masalah. Tapi bakal jadi masalah kalau sampai user protes gara-gara koneksinya lemot.
Menjadi seorang penjaga warnet ibarat belajar hidup di sinetron; banyak adegan yang bikin nangis. Penderitaan datangnya nggak kira-kira dengan gaji seadanya. Tapi pekerjaan yang sering jadi batu loncatan ini, pada akhirnya memberi banyak pengalaman supaya bisa lebih ‘strong’ di level berikutnya. Bersakit-sakit dahulu, dapat kerjaan lebih baik kemudian.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…