Demam akik terus merebak dari Sabang hingga ke Merauke. Lupakan bisnis properti, saham dan lainnya karena akik sudah merajalela dimana-mana. Sejak akhir tahun lalu Indonesia terkena demam akik dan tidak kunjung sembuh hingga sekarang.
Bahkan, sepanjang tahun 2014, kata kunci yang paling banyak diketik orang Indonesia di Google adalah “batu akik”. Ini berarti demam akik sangatlah berpengaruh. Berikut Boombastis tampilkan beberapa fenomena yang muncul selama demam akik berlangsung di Indonesia.
1. Kemana-Mana Bawa Senter
Jangan heran jika kini anda punya teman yang kemana-mana membawa senter kecil di sakunya. Dia sedang tidak ingin pergi camping atau naik gunung. Senter kecil tersebut berguna untuk mengecek kandungan batu alam dalam sebuah bongkahan.
Sebenarnya, kebanyakan orang mengaku tidak mengetahui trik pasti menggunakan senter dalam menganalisis batu. Tapi, agar terkesan meyakinkan dan tampak seperti penggemar batu alam sejati, senter wajib dibawa kemana-mana. Jadi, jika melihat teman anda membawa senter meski tidak mati lampu, maklumi saja, mungkin dia sedang berburu akik.
2. Warung Nasi, Konter Pulsa, Warung Rokok berubah jadi Toko Akik
Berdasarkan pengalaman pribadi penulis (yang berdomisili di Jakarta), hanya dengan menempuh jarak jalan kira-kira 200 m di Kota Jakarta, anda akan menemukan sedikitnya 1 konter kecil yang menjual akik. Konter pulsa, warung nasi dan warung rokok sekarang alih fungsi menjadi tempat pengolahan batu akik.
Fenomena tersebut tidak hanya terjadi di pinggir jalan, namun juga di mall dan pusat perbelanjaan. Ambil contoh lantai bahwa tanah (underground) Blok M Square, Jakarta Selatan. Dulu, tempat ini adalah pusat berkumpulnya pedagang buku-buku bekas dan buku antik. Namun, sekarang hampir setengah dari tempat itu diisi oleh orang yang menjual batu akik.
3. Bule Ikut-Ikutan Jual Batu Akik
Jika anda kira bisnis batu akik hanya menarik perhatian orang Indonesia, anda salah besar. Seorang bule asal Yunani ini memutuskan untuk berjualan akik di Jatinegara, Jakarta Timur. Dia tidak mengambil bahan baku dari Kalimantan atau Aceh, melainkan dari Kebumen.
Awalnya, bule berusia 40 tahun ini pernah membuka usaha cafe di daerah Tangerang. Namun, usaha tersebut tampaknya tidak terlalu mulus. Dengan modal awal sekitar Rp.7.000.000, akhirnya bule ini memulai bisnis batu alamnya.
4. Semakin Aneh Semakin Mahal
Pecinta batu alam pasti sudah tahu macam-macam batu apa saja yang paling diburu. Ada batu merah delima yang dipercaya bisa membuat air ikut berwarna merah. Ada juga batu semar yang bentuknya seperti tokoh pewayangan Semar.
Semakin aneh trendnya, baru-baru ini seorang penjual akik menemukan batu yang memiliki motif organ vital pria. Tidak tanggung-tanggung, batu ini dibandrol seharga 500 juta rupiah. Batu ini dijuluki sang penjual sebagai “batu asal kehidupan”.
5. Dikhawatirkan Dekat dengan Kemusyrikan
Dengan banyaknya jenis dan ragam batu akik, trend ini dikhawatirkan akan dekat dengan kemusyrikan. Memang, memakai perhiasan tidak diharamkan dalam Islam. Namun, jika seseorang memercayai ada kekuatan tertentu dalam batu tentu itu termasuk ke dalam dosa syirik.
Syirik, dalam ajaran agama Islam, adalah sebuah tindakan memercayai sebuah benda/seseorang melebihi percaya kepada sang pencipta. Tidak jarang ada orang yang memburu batu karena batu tersebut dipercaya memiliki khasiat seperti; mempermudah bisnis, memperlancar rejeki dan sebagainya.
Dalam blognya, strategimanajemen.net, pakar manajemen, Yodhia Antariksa. Msc, mengatakan bahwa tren demam akik ini disebut juga dengan “irrational exuberance”. Irrational exuberance adalah masa dimana ribuan atau bahkan jutaan orang berbondong-bondong membeli sesuatu karena dorongan emosi kolektif. Kasus yang sama sempat terjadi dengan tanaman anthurium gelombang cinta yang sempat dibandrol hingga ratusan juta.
Menurut Yodhia, fenomena ini gampang terjadi karena pada dasarnya manusia adalah makhluk latah yang suka meniru. Bagaimana dengan anda? Apakah anda terjangkiti demam akik? Atau justru anda adalah satu di antara sedikit orang yang tidak mengerti pentingnya akik? (HLH)