Ngomongin soal politik memang sensitif. Tapi, jelang pemilu 2019 ini, mau nggak mau kita tetap disuguhi pembahasan soal politik. Di tahun ini, justru lebih sengit dari sebelumnya, karena hanya ada dua pasang cawapres yang bakal maju pemilu. Masing-masing tentu punya pendukung sendiri. Nggak jarang loh, kubu pendukung sampai debat di sosial media.
Barangkali kalian juga salah satu orang yang sempat muak buka sosmed gara-gara adu pendapat di Instagram atau Facebook. Namun, sejak kemunculan calon presiden fiktif—Nurhadi Aldo, sepertinya bahasan politik tak lagi bikin lelah. Justru sebaliknya, capres fiktif yang memperoleh banyak dukungan ini selalu bikin terhibur. Meski memiliki banyak sisi positif, namun sebenarnya ada juga beberapa hal yang kurang baik loh. Berikut ini beberapa di antaranya.
Seolah menjadikan politik sebagai bahan bercandaan
Banyak yang suka, tapi bukan berarti nggak ada pihak yang tersinggung

Kita tahu kalau pihak yang membuat akun dan juga tokoh calon presiden fiktif tersebut bukanlah bapak Nurhadi. Selama ini bapak yang berprofesi sebagai tukang pijat itu memang mengaku, ada seseorang yang minta izin menggunakan fotonya untuk diedit. Tapi selebihnya, si bapak nggak ngerti apa-apa. Dengan banyak editan di sosmed, pak Nurhadi juga ngaku kalau selama ini ada juga pihak keluarganya yang tersinggung melihat foto beliau yang diedit macam-macam. Untung si pak Nurhadi sendiri woles, dan nggak mempermasalahkan kalau fotonya digunakan.
Nggak sedikit yang khawatir tingkat golput meningkat
Sibuk sama yang fiktif, apa nggak lupa sama yang nyata?
BACA JUGA: Nurhadi-Aldo, Sosok ‘Capres Fiktif’ yang Kata-katanya Bikin Netizen Pengen Lempar Sandal
Itulah beberapa hal kurang bagus dari keberadaan capres fiktif. Meski demikian, capres dan cawapres fiktif memang tetap jadi hiburan tersendiri bagi masyarakat yang udah lelah sama politik. Tapi bercandanya harus tetap dalam batas wajar ya, serta yang paling penting tetap fokus pada esensi pilpres yang sesungguhnya begitu penting.