Sosok Gus Miftah sempat viral beberapa saat lalu karena memimpin shalawat para pengunjung diskotik beberapa saat lalu. Dakwah ustadz bernama lengkap Miftah Maulana Habiburrahman itu sempat menimbulkan polemik dan pro kontra di tengah-tengah masyarakat.
Tak banyak sosok seperti Gus Miftah yang mau berdakwah hingga ke tempat-tempat tak lazim seperti diskotik dan tempat ‘remang-remang’ lainnya. Karena sosoknya yang merakyat dan mau merangkul beragam kalangan itulah, penulis mempunyai pandangan pribadi bahwa figur seperti Gus Miftah harus diperbanyak untuk berdakwah di Indonesia.
Mau berdakwah hingga ke lokasi preman dan diskotik
Sosok Gus Miftah tergolong berbeda dengan pendakwah kebanyakan. Jika para kiai atau ustdaz kerap memberikan tausiyahnya di masjid maupun forum-forum keagamaan, pemilik pesantren di Ora Aji Dusun Tundan, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogjakarta (DIY) itu kerap blusukan memberikan siraman rohani di tempat-tempat yang tergolong ‘remang-remang’ . Dilansir dari nasional.tempo.co, salah satunya sebuah klub malam yang bernama Bosche.
Gaya ceramah yang santun dan merakyat
Bisa dibilang, Gus Miftah memiliki kiat tersendiri agar materi yang disampaikannya bisa masuk dan diterima oleh pendengarnya. Salah satunya yang terjadi di Bosche klub di Bali. Laman nasional.tempo.co menuliskan, ia menyampaikan bahwa ceramah yang diberikannya ialah menyangkut persoalan universal. Bukan hanya menyoal halal-haram, surga-neraka dan sebagainya. Namun juga kaidah hidup sebagai manusia di bumi ini agar jangan melupakan nikmat Tuhan yang diberikan.
Gunakan pendekatan dengan cara ‘merangkul’ sehingga mudah diterima masyarakat
Salah satu dari kesuksesan dakwah ala Gus Miftah adalah sifatnya yang merangkul dan buka menghakimi. Saat memberikan ceramahnya di Bali, 50 persen yang muslim. Sisanya adalah penganut agama lain. Sumber nasional tempo.co menuliskan, Gus Miftah pun meminta izin pada pengunjung klub, bahwa akan ada doa dan lantunan shalawat yang dilakukan dengan cara ibadah agama Islam, dan mempersilahkan mereka yang berbeda keyakinan untuk berdoa sesuai ajaran agamanya. Alhasil, dakwah Gus Miftah pun bisa berjalan dan diterima dengan baik.
Tulus berdakwah tanpa mengharapkan imbalan materi
Saat memberikan dakwah di Bali, Gus Miftah menolak untuk diberi honor dari pemilik klub yang mengundangnya. Laman nasional.tempo.co menuliskan, ia bahkan membeli tiket pesawat dan menyewa hotel dengan uang sendiri selama berada di Pulau Dewata tersebut. Hingga pada akhirnya, sebuah ucapan yang menyiratkan ketulusannya dalam berdakwah terucap dari mulutnya. “Ketika bicara soal amplop, itu sensitif. Saya selalu bilang sama manajemen klub untuk tidak memberi saya uang. Saya masih dicukupkan dengan rezeki dari tempat lain, bukan dari mereka,” ujarnya yang dikutip dari nasional.tempo.co.
Tetap gigih berdakwah meski menuai pro dan kontra
Meski telah berdakwah sekuat tenaga, ada beberapa orang yang tega melaporkan dirinya karena aksinya berceramah di klub-klub malam. Laman nasional.tempo.co menuliskan, ia dituduh dan dilaporkan ke beberapa Polres dan Polda. Namun dirinya bergeming dan tetap meneruskan dakwahnya ke beberapa tempat yang dianggap oleh sebagian besar merupakan kawasan remang-remang atau ‘lampu merah’.
BACA JUGA: Berdakwah di Club Malam, Ini Loh Sosok Gus Miftah yang Sedang Dibicarakan Banyak Orang
Memberikan siraman rohani kepada mereka-mereka yang selama ini dianggap bergelimang kemaksiatan, memang menjadi sebuah cara dakwah yang berisiko. Namun, bukan hal tersebut yang dilihat oleh Gus Miftah. Keikhlasannya dalam mengajak orang lain untuk memperbaiki diri dengan cara yang santun dan merakyat, membuat dirinya diterima dengan baik. Itulah mengapa perlu ada sosok Gus Miftah lainnya di berbagai belahan Indonesia yang luas ini.