Fenomena catcalling atau pelecehan verbal di ruang publik masih sering terjadi, bahkan dianggap lumrah oleh sebagian orang. Padahal, tindakan ini bisa membuat korban merasa tidak nyaman, terancam, dan bahkan trauma. Namun, belakangan ini, semakin banyak perempuan yang berani melawan dan menegur langsung para pelaku. Dua kasus terbaru yang viral di media sosial menunjukkan bagaimana perempuan tak lagi diam saat mengalami catcalling.
Dalam dua video yang beredar di Instagram, terlihat bagaimana korban menghadapi pelaku secara langsung. Salah satu pelaku, seorang tukang parkir, bahkan akhirnya meminta maaf setelah ditegur oleh korban. Kasus-kasus ini menunjukkan bahwa melawan catcalling bisa menjadi langkah penting dalam menekan budaya pelecehan di masyarakat.
Tukang Parkir di Tanjung Duren Catcalling dan Menantang Korban
Kasus pertama terjadi di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat. Seorang tukang parkir tertangkap melakukan catcalling kepada tiga perempuan yang sedang berjalan menuju Tomorro Coffee. Dari seberang jalan, pelaku melontarkan komentar tidak pantas kepada mereka. Saat ditegur, tukang parkir tersebut justru membela diri dengan mengatakan bahwa dia memang ‘sudah sering memanggil-manggil’ orang seperti itu. Korban awalnya memilih diam karena takut, tetapi ketika akhirnya mereka menegur pelaku, responsnya justru semakin agresif. Ia marah-marah dan bahkan menantang balik korban.
Menurut keterangan saksi, tukang parkir tersebut tercium bau alkohol, yang semakin memperburuk situasi. Lebih parahnya lagi, pelaku disebut sudah sering melakukan catcalling terhadap perempuan lain di sekitar lokasi, termasuk kepada perempuan yang mengenakan kerudung. Banyak netizen yang geram dengan kejadian ini dan mendesak agar tindakan tegas diambil terhadap pelaku. Kasus ini kembali menyoroti pentingnya ruang publik yang aman bagi semua orang, tanpa ada rasa takut akan pelecehan verbal.
Ibu di Tanah Abang Labrak Pelaku Catcalling
Kasus kedua terjadi di sekitar Stasiun Tanah Abang, di mana seorang ibu mengalami catcalling saat berjalan seorang diri. Awalnya, ibu tersebut hanya berniat merekam video ketika hendak naik bajaj. Namun, di tengah kerumunan pangkalan ojek, tiba-tiba terdengar teriakan seorang pria yang berkata, “Ojek gendong, ojek gendong!” Merasa tidak bisa diam saja, ibu tersebut langsung menghampiri pelaku dan dengan tegas menegur tindakannya. Ia menyampaikan bahwa komentar seperti itu merupakan bentuk pelecehan verbal yang tidak pantas.
Namun, bukannya meminta maaf, pria tersebut justru cengengesan dan buru-buru kabur setelah dicecar. Beberapa orang di sekitar menyebutkan bahwa pria tersebut bukanlah tukang ojek. Kejadian ini membuat ibu tersebut semakin menegaskan bahwa para pria harus lebih berhati-hati dalam berbicara dan tidak melakukan tindakan serupa. Kasus ini kembali menjadi bukti bahwa catcalling bukan hal sepele, dan setiap korban memiliki hak untuk melawan pelecehan dalam bentuk apa pun.
Catcalling: Bentuk Pelecehan yang Harus Dihentikan
Catcalling adalah bentuk pelecehan verbal yang sering terjadi di ruang publik. Bentuknya bisa berupa siulan, komentar bernada seksual, atau panggilan yang merendahkan. Meski sering dianggap sebagai candaan atau hal biasa, catcalling dapat berdampak negatif pada korban, seperti rasa takut, cemas, dan ketidaknyamanan saat berada di ruang publik.
BACA JUGA: Bocah Bermain Skuter di Jalan Raya, Pengendara Panik dan Kocar-kacir
Melawan catcalling bukan hanya tentang membela diri sendiri, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi semua orang. Dengan semakin banyaknya korban yang berani bersuara, diharapkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menghentikan tindakan ini semakin meningkat.