Bulan Ramadan merupakan bulan yang paling dinanti oleh umat Islam. Tak heran, ada saja tradisi yang dilakukan untuk menyambut dan merayakan bulan suci ini. Salah satu yang paling umum adalah tradisi membangunkan sahur. Ini merupakan tradisi yang sebenarnya tidak berhukum sunnah atau wajib untuk dilakukan. Namun sebagian melakukannya sebagai wujud sukacita atas datangnya bulan Ramadhan.
Berbicara tentang tradisi membangunkan sahur, belakangan ini topik tersebut kembali ramai diperbincangkan. Alasannya karena seorang publik figur dan juga istri sutradara ternama, Zaskia Mecca baru-baru saja mengunggah keheranannya pada tradisi membangunkan sahur yang ada di lingkungan tempat tinggalnya. Apa yang diunggah oleh Zaskia?
Heran dengan cara membangunkan sahur yang katanya lagi hits
Dalam postingan Instagramnya 22 April 2021 lalu, Zaskia mengunggah sebuah video dari tempat tinggalnya. Pada video tersebut, terdengar suara seorang pria membangunkan sahur menggunakan toa dari masjid. Suaranya terdengar cukup keras sehingga membuat Zaskia heran. “Cuma mau nanya ini bangunin model gini lagi HITS katanya?! Trus etis ga si pake toa masjid bangunin model gini?? Apalagi kita tinggal di Indonesia yang agamanya pun beragam. Apa iya dengan begini jadi tidak mengganggu yang lain tidak menjalankan Shaur?!” tulisnya.
View this post on Instagram
Ia merasa bahwa membangunkan sahur dengan cara seperti itu tidak lucu, tidak etis dan tidak menghargai orang lain. Dan bukan hanya video itu saja, beberapa hari kemudian Zaskia kembali mengunggah video serupa. Isinya adalah sekumpulan anak-anak muda yang berkeliling dengan memukul drum sambil bernyanyi membangunkan sahur. Terdengar ada suara petasan juga.
Tradisi patrol sahur, keriuhan yang dirindukan tapi bikin elus dada
Sebenarnya, tradisi patrol sahur atau membangunkan sahur dengan pengeras suara seperti toa masjid bukan terjadi belakangan ini saja. Sejak lama, tradisi ini sudah ada. Umumnya anak-anak muda dan anak kecil memang terlibat di dalamnya. Bermain musik, bernyanyi kencang, memukul galon atau alat perkusi lain bahkan bermain petasan memang jadi bagian dari tradisi ini.
Tentu saja, tradisi riuh seperti ini mengundang pendapat dan reaksi yang berbeda. Ada yang santai saja dan tidak merasa terganggu, ada yang terganggu tapi mencoba memaklumi dan ada juga yang terganggu hingga marah-marah. Bagi sebagian besar orang, tradisi ini dimaklumi karena Ramadan hanya datang sekali dalam setahun. Tapi bagi sebagian kecil orang, umumnya yang memiliki bayi atau balita, orang lanjut usia atau sedang sakit, tradisi seperti ini kadang juga meresahkan. Kamu termasuk yang mana?
Ternyata seperti ini cara membangunkan sahur di zaman Nabi Muhammad SAW
Cara bersukacita atas datangnya bulan Ramadan yang dilakukan dengan membangunkan sahur dengan cara di atas ternyata agak berbeda dengan yang terjadi di zaman Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari Republika.co.id, pada zaman Nabi Muhammad SAW cara membangunkan sahur adalah dengan mengumandangkan adzan. Jadi, ketika fajar menjelang akan terdengar dua kali adzan. Yang pertama adalah adzan untuk membangunkan sholat malam atau makan sahur, yang kedua adalah adzan sholat subuh.
Ini senada dengan hadis nabi, dari Salim bin Abdullah Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Bilal mengumandangkan azan di malam hari, makan dan minumlah kalian hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan azan.” Salim bin Abdullah berkata, “Abdullah bin Ummi Maktum adalah seorang laki-laki buta, ia tidak mengumandangkan azan hingga dikatakan padanya, ‘Subuh telah tiba, Subuh telah tiba’.” (Hadits Shahih Riwayat Malik)
Lantas bagaimana hukum membangunkan sahur ala zaman now?
Dalam melakukan sesuatu, tentu ada tujuan dan caranya atau ghoyah dan wasilah. Maka, ketika berniat membangunkan sahur tujuannya tentu adalah membuat mereka yang berniat puasa terbangun dari tidur dan melaksanakan sahur. Caranya disarankan tentu yang sebaik-baiknya. Bagaimana dengan cara ala zaman now atau yang ‘hits’ jika meminjam istilah yang dikatakan Zaskia Adya Mecca?
Ustad Arsyad pada Kompas.tv menyampaikan bahwa cara ini boleh saja, namun tetap ada batasnya. Jika dirasa mengganggu, maka cara ini tak membawa manfaat melainkan mudarat. Sebagai contoh, ibu yang bayinya kaget karena suara toa masjid atau patrol keliling tentu akan kewalahan dan repot menyiapkan sahur. Atau bisa jadi malah jadi melewatkan sahur. Ini tentu menjadi konflik dan mudarat karena tujuan dari membangunkan sahur tidak tercapai. Karenanya butuh dicari solusi terbaik.
Penggunaan toa masjid terkait azan pernah menjadi perkara yang sangat pelik beberapa tahun silam di Tanjung Balai. Saat itu yang mempermasalahkan adalah warga beragama lain, sehingga memasuki ranah hukum dan menjadi kasus penistaan agama.
BACA JUGA: Sepertiga Malam Itu Jam Berapa? Catat Waktu Terbaik untuk Berdoa Ini
Kini, hal yang hampir serupa terjadi kembali, yang mengkritik pun sesama muslim. Barangkali, pemangku kebijaksanaan perlu menengahi dan memberikan kaidah yang bisa jadi pegangan, agar hal semacam ini tak menjadi polemik sesama muslim maupun antar beragama yang sangat disayangkan.