Buruh di pabrik rokok kebanyakan adalah para kaum perempuan yang rata-rata adalah ibu rumah tangga. Mereka bekerja melinting satu per satu rokok yang nantinya akan diedarkan ke pasaran. Para pekerja ini berseragam dan berjejer rapih di posisi masing-masing, melinting rokok dengan teliti.
Tadinya ada laki-laki yang melinting rokok, tapi seleksi alam maka dengan sendirinya yang bertahan kaum wanita. Lebih kuat, rajin, dan teliti, seperti yang diungkapkan oleh supervisor di salah satu pabrik rokok. Nah, ternyata bekerja sebagai pelinting rokok ini bagi ibu-ibu sendiri banyak sisi enaknya, berikut ulasan menariknya.
Bekerja selama 6-7 jam per hari
Kalau kamu adalah seorang karyawan atau pekerja di sebuah institusi atau perusahaan, maka jam kerja wajib (harus stay di kantor) kurang lebih 8 jam. Itupun kalau misalnya pekerjaanmu telah tuntas dan selesai. Kalau masih tersisa, maka bisa lebih dari 8 jam.
Bagi perempuan buruh rokok ini, mereka hanya bekerja 6-7 jam per hari, dari pukul enam pagi hingga satu siang. Sisanya bisa digunakan untuk mengurus rumah tangga.
Mendapatkan gaji tetap setiap bulan
Setiap pabrik rokok ini memberlakukan upah yang berbeda-beda kepada para pekerjanya. Umumnya, gaji mereka dihitung per jumlah rokok yang dihasilkan. Rata-rata, per 1000 batang rokok, mereka akan mendapatkan Rp17.000 hingga Rp28.000. Nah, sistem kerja buruh rokok ini adalah berpasangan, satu orang melinting rokok dan satu lagi merapihkan rokok yang sudah dilinting jika terdapat sisa-sisa tembakau.
Tinggal dikalikan saja, kalau misalnya mereka bekerja di pabrik yang menggaji Rp28.000 per 1000 batang, kalau sehari mereka bisa mendapatkan 4.000 batang rokok, maka gajinya adalah 112 ribu. 112 ribu ini kalau dibagi menjadi dua, maka setiap orang membawa pulang uang Rp56.000.
Mendapatkan uang tunjangan dan THR
Yang paling ditunggu dari bekerja adalah THR atau tunjangan menjelang hari raya lebaran. Begitupun yang dialami oleh para pekerja ini. Mereka akan mendapat uang THR dan tunjangan.
Sehingga bekerja sebagai buruh rokok mungkin terasa menyenangkan bagi sebagian ibu rumah tangga. Saat mereka nantinya akan keluar, pabrik juga memberi upah pesangon.
Tidak perlu pendidikan yang tinggi
Mengapa banyak pengangguran? Tak bisa dipungkiri bahwa mereka yang punya pendidikan tinggi lebih dilirik dibanding orang yang hanya lulusan SMP atau SMA. Namun, bekerja sebagai buruh di pabrik rokok tidak memerlukan itu semua.
Asalkan ada kemauan dan skill melinting rokok, maka mereka bisa diterima bekerja. Namun, bukan berarti pendidikan bagi perempuan itu tidak penting ya, guys. Semakin tinggi pendidikan tentu tawaran pekerjaan yang baik akan mudah datang.
BACA JUGA: Marsinah, Sosok Wanita yang Tewas Dibunuh Negara Karena Meminta Keadilan Untuk Para Buruh
Karena perempuan biasanya lebih teliti, sabar, dan rajin, maka hampir semua pabrik rokok pekerjanya adalah perempuan. Banyak alasan mengapa mereka mau bekerja di pabrik ini. Selain tetap bisa mengurus rumah tangga, dapat uang, pekerjaan ini juga hanya membutuhkan skill melinting rokok saja.