in

4 Fakta Menderitanya Buruh di Shenzen Tiongkok, Bekerja Sama Artinya dengan Setor Nyawa

Korban Silikosis [sumber gambar]

Adanya sebuah kota maju tentunya menarik minat banyak orang untuk pergi ke sana dan merubah peruntungan. Bagaimana tidak, semakin maju sebuah kota maka akan tambah tinggi pula upah kerja yang diberikan. Tidak menutup kemungkinan bukan hanya bisa bekerja, namun juga jadi kaya raya kalau giat dan beruntung ketika berada di sana.

Tetapi tidak selamanya sebuah kota maju menyajikan hal seperti itu. Pasalnya di salah satu kota di China yang modern, ternyata ada sisi lain yang membuat para perantau menderita. Bahkan mengancam nyawa mereka kapan saja. Lalu hal apakah itu? Simak ulasan berikut.

Para pekerja yang mencari penghasilan di kota Shenzen

Kini Shenzen menjadi salah satu kota di China  yang jadi pilihan para pekerja untuk mendapatkan pekerjaannya. Dan salah satunya adalah menjadi buruh, mengingat banyak perusahaan atau proyek di sana yang butuh pembangunan. Terutama para pekerja yang berasal dari Hunan yang datang ke kota itu lantaran juga tertarik akan peruntungannya.

Bekerja di Shenzen [sumber gambar]
Bagaimana tidak, Shenzen kota yang awalnya desa nelayan kini berubah menjadi  produk domestik bruto sebesar  338 miliar dolas AS (Rp5.000 triliun) pada tahun 2017. Tranformasi luar biasa ini membuktikan betapa berhasilnya kemajuan di sana dan tentu bisa saja meningkatkan kualitas hidup mereka yang datang di sana.

Para buruh di sana bekerja keras demi iming-iming menjanjikan

Tak sembarangan mereka para buruh Hunan datang ke Shenzen, semua tidak terlepas dari bayaran yang ditawarkan kota maju itu. Sejak mulai membenahi diri, banyak lowongan diperlukan untuk membangun jalur kereta api atau fondasi yang sangat menggiurkan.

Bahaya diam-diam mengancam [sumber gambar]
Alhasil banyak orang mendaftar untuk pekerjaan itu, entah itu secara sukarela atau diajak temannya untuk sama-sama mengubah nasib. Para pekerja di sana mengaku  mendapatkan upah harian sebesar 200 hingga 300 yuan (Rp400 ribu – Rp600 ribu), tiga kali lebih tinggi daripada jenis pekerjaan konstruksi lain pada waktu itu. Tentu hal ini jadi magnet agar makin banyak perkerja yang datang ke sana.

Namun sayang ada bahaya yang sangat mengancam

Bekerja di bidang pembangunan, tentunya banyak resiko yang harus dihadapi. Salah satunya apabila terjadi kecelakaan yang bisa saja menewaskan. Namun bukan itu ancaman utama yang dialami buruh di sana, tapi justru lebih menakutkan. Pasalnya mereka yang sering bekerja di sana ternyata banyak yang terkena Silikosis.

Korban Silikosis [sumber gambar]
Penyakit ini sendiri adalah sebuah kerusakan bagian paru-paru akibat terkena paparan debu silikia bertahun-tahun. Hal ini ditambah parah dengan keadaan perlengkapan yang ternyata sangat tidak menunjang para pekerja yang ada di sana. Dilansir dari South China Morning Post, sudah ada ribuan pekerja yang terkena.

Para buruh yang bernasib seperti buah Simalakama

Ternyata tidak selain penyakit yang diderita masih ada hal lain yang mengganjal para pekerja di sana. Apalagi kalau tanggungan para pekerja yang terkena Silikosis yang tidak dibayar perusahaan atau pemerintah. Hal ini karena beberapa buruh ternyata tidak memiliki kontrak sehingga meskipun dalam keadaan sakit bukan jadi tanggungan oleh perusahaan.

Para buruh menderita [sumber gambar]
Hal inilah yang menjadi problematikan dari dulu di tempat itu. Meskipun tahun 2008 diterapkan hukum baru yang mengatur agar para pekerja dan perusahaan mengikat kontrak, namun semua sudah terlambat bagia sebagian orang. Ya, akhirnya beberapa pekerja harus menanggung penyakir Silikosis yang bisa membunuh kapan saja tanpa biaya.

Keadaan di salah satu kota maju di China ini harus menjadi sebuah pelajaran. Bagaimana tidak, ternyata tidak semua iming-iming kota maju bisa selamanya menghasilkan kebahagiaan. Oleh sebab itu ketika kita memilih sebuah pekerjaan mesti memperhatikan kontrak maupun perusahaan.

Written by Arief

Seng penting yakin.....

Leave a Reply

Kerap Diremehkan, Inilah 3 Hal dari Ma’ruf Amin yang Mampu Bungkam Para Pembenci

Demi Mendalami Karakter Kelas Menengah ke Bawah, Raline Shah Rela Lakukan 4 Hal Ini