Tak hanya Pak Karno, perjuangan Bung Hatta memerdekakan bangsa ini juga besar. Tanpanya, usaha untuk bisa lepas dari penjajahan mungkin akan lebih susah lagi. Bung Hatta sendiri memulai perjuangannya sejak lama sekali. Bahkan ketika masih menjadi seorang mahasiswa di Belanda, ia sudah greget ingin bangsa ini merdeka.
Semasa menjadi mahasiswa di Universitas Rotterdam yang kini bernama Erasmus, Bung Hatta getol mengusahakan berbagai cara agar Indonesia bisa merdeka. Bahkan gara-gara itu ia pernah kena sidang. Namun karena ini adalah Bung Hatta, sidang yang membuat perkuliahannya terancam bahkan dirinya bisa kena penjara ini justru bikin orang-orang Belanda sendiri bungkam.
Lalu, seperti apa semprotan kata-kata Bung Hatta sehingga membuat orang-orang Belanda terdiam? Cerita ini dikisahkan oleh Kwik Kian Gie dalam wawancaranya bersama Jaya Suprana.
Bung Hatta diadili orang-orang Belanda
Bung Hatta sudah berjuang sejak beliau jadi mahasiswa. Pergerakannya cukup sangar, sampai gara-gara itu ia diadili oleh Belanda. Pihak penjajah sendiri mengatakan kalau sang Proklamator harusnya tidak boleh berpolitik sebagai mahasiswa. Berpolitik di sini bisa kita artikan sebagai upaya beliau untuk menyelamatkan Indonesia.
Bung Hatta yang ditembak dengan pernyataan itu langsung menjawab, “Lho, Anda perlu belajar sejarah sendiri. Karena sewaktu dijajah Spanyol, mahasiswa Belanda yang berjuang. Ketika dijajah Jerman pun mahasiswa Belanda yang berjuang.” Mendengar pernyataan ini majelis hakim peradilan Bung Hatta langsung bungkam. Sidang pun akhirnya diskors.
Sidang selanjutnya, Bung Hatta makin trengginas
Setelah sidang pertama, nampaknya pihak majelis hakim Belanda sudah mempelajari profil Bung Hatta lebih jauh. Lalu pada sidang kedua mereka pun bertanya, kurang lebih begini kira-kira. “Anda kan dari keluarga yang kaya dan terhormat, lalu kenapa Anda menjadi revolusioner? Bukankah revolusioner itu berarti darah,” kata mereka. Lalu tahu bagaimana Bung Hatta menjawab ini?
Disuguhi pertanyaan model begitu Bung Hatta langsung menjawab seperti ini, “Untuk kemerdekaan Indonesia, kalau perlu darah mengalir di dalam keluarga saya.” Mendengar ini majelis hakim pun lagi-lagi tak mampu banyak bicara. Sidang pun kembali diskors.
Sidang ketiga, paling epik
Sidang kembali dibuka, dan para hakim langsung menanyakan pertanyaan yang seumpama kita di posisi Bung Hatta pasti bingung tak karuan. Majelis hakim bertanya, “Apakah Anda bisa mengurus bangsa sebesar ini jika nantinya berhasil memperoleh kemerdekaan?” Bung Hatta sekali lagi menunjukkan kelasnya sebagai seorang negarawan hebat ketika menjawab pertanyaan ini.
Bung Hatta menjawab, “Itu bukan urusan tuan-tuan, dan kalau kami tidak bisa mengurus, saya lebih suka melihat Nusantara tenggelam di bawah laut, daripada menjadi jajahan Anda.” Tercengang mendengar jawaban ini akhirnya para hakim pun memutuskan Bung Hatta bebas, dan seketika itu sahabat si Bung Besar ini melanjutkan lagi kuliahnya sampai lulus. Cuma bisa geleng-geleng kepala.
Pihak kampus mengabadikan perjuangan Bung Hatta
Suatu ketika Kwik Kian Gie mendapat undangan dari tempat Bung Hatta dulu kuliah yang sudah berganti nama menjadi Erasmus. Bersama seorang Dekan Fakultas di universitas tersebut, Kwik ditunjukkan sebuah gedung baru yang megah untuk asrama mahasiswa asing. Kemudian Dekan tersebut mengatakan, “Gedung ini kami namakan Hatta Building.”
Hatta Building adalah bukti bahwa bahkan pihak Belanda sendiri begitu kagum dengan sosoknya. Padahal ketika sidang, Bung Hatta tanpa ampun memberikan argumen-argumennya. Jika negeri penjajah saja mengagumi, tentu kita harusnya bisa lebih lagi. Apalagi setelah tahu betapa hebat perjuangannya di luar sana meskipun tidak banyak orang yang mengetahuinya.
Obrolan empat mata Bung Hatta dan Kwik Kian Gie yang bikin terenyuh
Sosok Kwik Kian Gie bisa dikatakan sangat beruntung karena ia bisa mendalami sosok Bung Hatta. Bahkan ia pernah diundang makan malam dan ngobrol empat mata. Perihal obrolan itu, kita akan mendapati bahwa Bung Hatta ternyata sudah lumayan kecewa dengan bangsa yang diperjuangkannya itu. Begini percakapan mereka.
“Kwik, negara kita ini kalau diibaratkan sebuah rumah, sekarang rumah ini sedang dipreteli,” kata Bung Hatta yang ketika ini terjadi sudah tak lagi menjabat sebagai wakil presiden. Mendengar ini Kwik Kian Gie terkejut-kejut setengah mati. Di zaman yang belum lama merdeka, Bung Hatta sudah menyadari fenomena yang terjadi pada bangsa ini. Sebuah anti klimaks yang kurang menyenangkan tentu saja, karena bangsa ini dulunya diperjuangkan dengan semua yang ada.
BACA JUGA: Mengenal Sosok Yuke, Wanita Cantik yang Dinikahi Bung Hatta di Usia 45 Tahun
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya layak kita berikan kepada Bung Hatta. Berkat sumbangsih perjuangannya, bangsa ini akhirnya bisa lepas dari penjajahan. Namun, jika melihat apa yang dikatakannya pada Kwik Kian Gie, agak sedih juga ya. Mudah-mudahan di masa sekarang bangsa ini tak lagi dipreteli.