Bukan tanpa alasan kenapa Indonesia dijuluki negara dengan seribu budaya. Bagaimana tidak, hampir dari ujung barat sampai timur, masing-masing daerah memiliki adat dan tradisi yang berbeda-beda satu sama lain. Adatnya pun macam-macam, mulai dari yang berhubungan dengan seni sampai kehidupan masyarakatnya sendiri.
Berbicara daerah dengan adat kental, maka Jawa masuk ke dalamnya. Meskipun peradaban sudah modern, orang-orang di sini masih begitu mempertahankan budaya leluhur. Termasuk di dalamnya pula adalah tradisi kematian bernama Brobosan. Adat satu ini cukup unik, tak hanya proses tapi juga maknanya. Salutnya lagi, masih begitu banyak orang Jawa yang melakukannya walaupun tradisi ini sudah berumur sangat tua.
Masih soal Brobosan, berikut beberapa fakta tentangnya yang mungkin tak pernah kamu ketahui.
Apa itu tradisi Brobosan?
Brobosan adalah ritual yang dilakukan oleh masyarakat Jawa ketika ada kerabatnya yang meninggal. Brobosan sendiri dilakukan dengan cara berjalan di bawah keranda mayat yang sedang diangkat tinggi-tinggi. Kegiatan tersebut dilakukan sebelum jenazah diberangkatkan ke makam.
Biasanya, orang yang melakukan Brobosan adalah anak, cucu atau kerabat dekat dari orang yang meninggal. Ritual tersbeut berdasarkan pepatah yang mengatakan, “mikul dhuwur mendhem jero” atau menjunjung tinggi, dan juga mengenang jasa-jasa orang yang telah tiada tersebut.
Tujuan dari Tradisi Brobosan
Brobosan memiliki dua tujuan, yang pertama yaitu menghormati orang yang meninggal, dan yang kedua adalah untuk mendapatkan tuah dari jenazah. Terlebih jika seseorang yang mati tersebut sebelumnya memiliki umur panjang. Usia orang yang meninggal tersebut dipercaya itu juga mempengaruhi umur para saudaranya.
Lalu, jika orang yang meninggal tersebut memiliki ilmu yang tinggi, maka ilmunya dipercaya akan menurun pada orang yang menerobos. Hingga saat ini, masih begitu banyak yang percaya pada mitos tersebut.
Tidak Dilakukan Brobosan pada Jenazah Anak
Jika seorang yang meninggal adalah perempuan, maka yang boleh berjalan di bawah keranda hanyalah orang terdekat. Sementara, jika yang meninggal tersebut adalah anak-anak, tradisi Brobosan sama sekali tidak dilakukan.
Kamu mungkin bertanya-tanya kenapa. Alasannya tak lain agar keluarga terdekat tidak tertular nasib yang sama. Seperti yang sudah disinggung di atas, tradisi ini dilakukan agar keluarga bisa mendapatkan tuah panjang umur, ketika yang meninggal anak-anak yang notabene bisa dikatakan berumur pendek, tradisi ini pun tidak dilakukan.
Tata Cara Melakukan Brobosan
Ritual Brobosan dilakukan di depan rumah orang yang telah meninggal. Orang-orang yang membawa keranda akan mengangkat tinggi-tinggi keranda mayat. Kemudian, doa dipanjatkan. Setelah prosesi doa selesai, ritual tersebut dipimpin oleh anggota keluarga yang paling tua.
Mereka melewati keranda dengan cara berjalan bergantian. Masing-masing diulangi hingga tiga kali. Berawal dari sebelah kanan jenazah, lalu sebelah kiri lalu ke depan hingga kembali ke sebelah kanan. Proses tersebut dilakukan hingga tiga kali.
Masyarakat Jawa memang sangat concern dengan hal-hal yang berkenaan dengan adat kesopanan dan semacamnya. Tak hanya harus menghormati mereka yang masih bernapas, orang-orang yang meninggal pun juga mendapatkan perlakuan yang sama. Ritual Brobosan ini salah satu bentuknya.