Kita mungkin sudah paham kalau banyak keturunan Indonesia yang berada di luar tanah air. Semisal Suriname atau Kaledonia Baru yang ternyata punya silsilah berasal dari suku Jawa. Tentu hal ini menjadi sebuah kebanggaan tersendiri, apalagi mereka yang berada di luar sana tak pernah melupakan jati dirinya.
Siapa sangka hal serupa juga ada di benua hitam Afrika. Ya, pasalnya di salah satu daerah di sana yang bernama Boo-Kap, nuansa Indonesia sangat kental baik dilihat dari segi bahasa dan lain-lain. Lalu kenapa bisa seperti itu? Simak ulasan berikut.
Meski daerah maju nan indah di Afrika, namun masih banyak jejak Indonesia
Ada sebuah keunikan tersendiri di salah satu daerah cantik di Afrika Selatan ini, ya nuansa Indonesia sangat kental di sana. Bagaimana tidak, pasalnya kata-kata yang khas dengan Indonesia maupun Melayu pun mudah diperdengarkan di sana.
Sebagai misal, tramakasie (terima kasih), boeka (buka), kamar mandie (kamar mandi), belajar, berkalahie (berkelahi) yang juga mempunyai makna yang hampir sama dengan bahasa Indonesia. Tidak hanya itu, jika dipandang ternyata wajah masyarakat Boo-Kap sendiri juga mirip dengan Indonesia layaknya para keturunan Jawa yang ada di Suriname atau Kaledonia Baru.
Ternyata memang nenek moyang mereka juga ada yang dari Indonesia
Usut punya usut, kedekatan antaran orang-orang di benua hitam ini dengan Indonesia bukan tanpa alasan. Ternyata layaknya Suriname, dulunya banyak orang Indonesia yang dibawa oleh penjajah untuk bekerja di luar negeri, salah satunya di Afrika ini. Saat Indonesia telah merdeka, sebagian dari mereka dapat kembali ke Indonesia, namun sebagian lainnya tidak.
Alhasil mereka menetap dan menikah dengan orang-orang setempat. Jadi jangan kaget lagi kalau banyak kesamaan bahasa maupun ciri wajah ketikan melihat para penduduk Boo-Kap ini. Uniknya, meskipun saudara jauh, orang-orang di sana tetap bangga jadi keturunan Indonesia dan akan langsung melayani dengan bahasa kita jika ada ‘saudara jauhnya’ datang ke sana.
Ternyata Indonesia juga memberikan sumbangsih pada Islam di sana
Siapa yang mengira di daerah yang cantik ini kebanyakan penduduknya memeluk agama Islam. Yang lebih unik lagi, perkembangan Islam di sana rupanya juga ada campur tangan Indonesia di dalamnya. Beliaulah Imam Abdullah, salah satu tahanan politik pada masa VOC yang juga seorang pangeran di kerajaan Tidore.
Berkat upaya menyebarkan Islam di benua Afrika, kini muslim di Capetown bisa berkembang seperti sekarang ini. Orang-orang Boo-kap dan Capetown sendiri menyebut Imam Abdullah sebagai Tuan Guru, mirip dengan julukan yang diberikan pada ulama terdahulu di Indonesia.
Keindahan Boo-Kap sekarang menjadi pesona yang tak bisa dilupakan
Jika awalnya hanya merupakan tempat para pekerja dan budak dari luar negeri, siapa sangka tempat ini berkembang menjadi pariwisata yang diminati. Bayangkan sepanjang jalan telah dihiasi dengan warna-warni tembok yang dicat sedemikian rupa indahnya. Belum lagi bangunan yang bisa dibilang modern sehingga tak lagi dianggap wilayah tertinggal.
Tentu nuansa khas Indonesia masih sangat melekat di sana, baik dilihat dari nama jalan atau pun kehangatan orang-orangnya. Oh, satu lagi daya tarik dari daerah ini adalah masalah kuliner di mana sambal kari dan buburnya sangat mirip dengan olahan nusantara.
Jika dilihat dari segi historis, memang banyak bukti yang mengatakan adanya kedekatan daerah ini dengan Indonesia. Belum lagi keramahan serta tak melupakan sejarah selalu mereka utamakan. Hubungan baik seperti ini harus kita jaga hingga seterusnya.