Akhir-akhir ini publik seringkali dibuat mlongo dengan kelakuan anak jaman sekarang yang ajaib alias keterlaluan banget. Mulai dari posting cinta-cintaan lebay yang bikin jijik sebab nggak sesuai umur, sampai yang terang-terangan berciuman di depan khalayak ramai. Saking keselnya sampai booming istilah kids jaman now yang konotasinya hampir selalu negatif.
Namun baru-baru ini, sekelompok bocah membuktikan jika anak jaman sekarang nggak melulu bisanya berbuat negatif. Salah satu buktinya adalah cerita anak-anak di SDN 1 Gunung Karung, Purwakarta, yang berjuang dan berinisiatif mengumpulkan uang untuk merenovasi rumah seorang nenek. Anak-anak polos ini rupanya nggak sampai hati melihat rumah yang tiap hari mereka lewati saat pulang dan pergi sekolah nyaris roboh. Berbekal uang iuran, mereka menunjukkan kepeduliannya bagi sesama.
Bermula dari Keprihatinan Anak-Anak
Mungkin bagi orang lain, rumah Enung tak lebih dari hunian renta yang ditinggali perempuan tua. Tapi bagi siswa-siswi SDN 1 Gunung Karung, Kecamatan Maniis, Puwakarta ini, rumah itu adalah pemandangan sehari-hari yang mereka lihat. Sambil bercengkrama, bercanda, bahkan bernyanyi dengan teman-temannya, anak-anak itu melewati rumah Enung baik pulang dan pergi ke sekolah. Melihat rumah yang tipis-tipis goyah tertiup angin dan tiang penyangga yang lobang sana-sini dimakan rayap, para siswa mengutarakan niatnya untuk membantu Enung.
Iuran untuk Membedah Rumah Enung
Barangkali kamu masih ingat program bedah rumah yang ditayangkan televisi swasta, itulah cara yang digunakan bocah-bocah SD untuk membantu Enung. Tapi tentu tidak ada kamera, juga tak ada acara Enung dimasukkan mobil dan menunggu di hotel untuk dijamu makanan lezat, lantas pulang-pulang melihat rumahnya jadi cantik dan indah. Sekali lagi tidak ada adegan macam itu. Hanya, anak-anak mengumpulkan uang dan hasilnya digabung dengan sumbangan ibu bapak guru dan kepala sekolah. Uang iuran tersebut lantas dibelikan kusen dan bilik bambu yang baru untuk merenovasi rumah Enung.
Kegembiraan Enung
Meski nggak seheboh bedah rumah di televisi, dan hasilnya pun tetap rumah bambu, namun Enung nampak berseri bahagia. Setidaknya, perempuan 50 tahun ini tak perlu khawatir rumahnya roboh saat angin kencang. Ia pun tak perlu lagi kebocoran saat hujan turun. Wanita sebatang kara itu pun tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih pada siswa-siswa SDN 1 Gunung Karung dan semua orang yang membantu. Meski tak banyak, uang senilai Rp2.500.000 hasil iuran anak-anak tersebut telah mengembalikan kebahagiaan Enung.
Kisah Ini Jadi Optimisme Masyarakat Pada Generasi Muda
Kisah kepedulian yang diperlihatkan siswa-siswi SD ini merupakan wujud empati kepada sesama yang tertanam sejak dini. Meski akhir-akhir ini sering muncul pemberitaan tentang betapa mengecewakannya tindakan anak-anak, kisah ini memberikan optimisme masyarakat akan terwujudnya generasi emas tanah air. Anak-anak selalu punya harapan, asal semua pihak mau bekerja keras untuk memberikan bimbingan di tengah gempuran teknologi yang mempunyai sisi negatif dan positif. Buktinya, banyak pula anak-anak Indonesia yang memenangi berbagai event dan olimpiade di ranah internasional.
Tindakan mulia yang diusulkan bocah-bocah SD ini tak akan pernah berhasil tanpa dukungan guru, orang tua, dan masyarakat. Yah, kebaikan memang pada dasarnya ada di hati tiap-tiap orang entah itu tua maupun yang muda. Semoga ke depannya, kepedulian dan empati seperti ini lebih banyak tumbuh di masyarakat kita ya. Agar sepanjang mata memandang, masyarakat di negeri ini penuh dengan senyuman.