in

BNPB Hadirkan Motivator Merry Riana dalam Sosialisasinya, Begini Tanggapan Pedas Netizen

Tim Gugus Percepatan Covid-19 Indonesia belakangan melakukan beragam variasi tindakan untuk mengkomunikasikan perkembangan kasus Corona di Indonesia. Selain itu, juga untuk mensosialisasikan himbauan dan arahan agar menekan laju pertambahan angka kasus positif di Indonesia.

Sayangnya, sampai hari ini kurva belum juga turun. Sementara beberapa daerah sudah diberlakukan transisi new normal yang disinyalir jadi salah satu penyebab lonjakan kasus positif, di samping tes yang sedang digenjot oleh pemerintah.

Jika kemarin BNPB menggandeng dokter Reisa Broto Asmoro, kali ini mereka mendatangkan Merry Riana untuk memberikan motivasi kepada publik. Sosok yang dikenal sebagai wanita sukses ini menularkan mantra untuk beradaptasi di masa new normal ini, yakni dengan ‘get up, dress up, show up, dan never give up’.

https://twitter.com/BNPB_Indonesia/status/1272848094732812289

Alih-alih mendapat respons positif, inovasi konten sosialisasi oleh BNPB kali ini tidak begitu disambut hangat oleh masyarakat. Berikut ini beberapa reaksi netizen yang tertangkap di laman akun Twitter BNPB.

Dianggap toxic positivity

Motivasi yang diberikan malah dirasa tidak nyaman bagi para korban PHK atau publik yang merasakan kesusahan nyata di tengah pandemi.

Maksud hati memberikan semangat, namun nampaknya apa yang disampaikan oleh Merry Riana dan BNPB kurang sesuai dengan situasi dan kondisi yang tengah menggencet masyarakat. Memang tidak ada salahnya tetap optimis dalam menghadapi ujian, namun yang dirasakan publik saat ini adalah kesulitan yang sangat nyata di mana kata motivasi dirasa tak bisa memberi mereka pekerjaan pasca PHK, atau menjadi solusi masalah yang lebih konkrit.

Pakai bahasa Inggris

Penggunaan bahasa Inggris dianggap kurang tepat sasaran [Sumber Gambar]
Ada netizen yang menyayangkan penggunaan bahasa Inggris, sementara Indonesia mayoritas adalah kelas menengah ke bawah yang lebih mudah dan efektif komunikasinya jika menggunakan bahasa Indonesia. Bagi sebagian netizen, narasi ini hanya berlaku bagi kelas menengah ke atas dan seolah-olah Indonesia adalah Jakarta dan sekitarnya. Sebagai contoh, kesadaran publik mengenai penggunaan masker dan jaga jarak saja sering kita temukan pelanggarannya di pasar, yang tidak semuanya paham bahasa Inggris. Akan lebih tepat sasaran jika penyuluhan dibuat lebih general di mana istilah bahasa Indonesia malah diutamakan.

Butuh ketegasan dan penanganan yang tepat

Kurva pertambahan kasus Covid-19 di Indonesia belum turun kendati pasien sembuh terus bertambah.

Sudah lebih dari 3 bulan sebagian masyarakat tinggal di rumah atau melaksanakan PSBB, namun kurva kasus corona belum juga melandai seperti harapan kita bersama di bulan Maret lalu. Yang membuat publik makin bingung dan jengah salah satunya adalah kebijakan yang tak menentu. Salah satunya adalah digelarnya new normal yang dianggap terlalu cepat, padahal angka positif Covid malah semakin meningkat hingga 1000 kasus per hari dan Indonesia belum benar-benar memenuhi syarat untuk terjadinya mode kelaziman baru tersebut.

Masyarakat melakukan new normal dengan variasi kesadaran yang berbeda-beda, sebagian besar masih tidak jaga jarak.

Dalam kondisi ini, publik lebih mengharapkan tindakan yang konkrit dan tidak membingungkan. Sebab pandemi ini sendiri membawa seluruh elemen masyarakat pada ketidakpastian. Ditambah dengan kebingungan dan beberapa masalah kebijakan dan kasus politik yang belakangan mencuat, dikhawatirkan optimisme publik bukannya menguat malah semakin turun.

BACA JUGA: 10 Potret Reisa Broto Asmoro, Dokter Cantik yang Ikut Bantu Tangani Covid-19 di Indonesia

Meski agak menuai kritik, dalam statement-nya Merry Riana juga tetap menekankan bahwa dalam pelaksanaan new normal, tentu saja berpikiran positif tidaklah cukup. Dibutuhkan aksi nyata dan usaha positif supaya kita menjadi SDM yang disiplin serta konsisten untuk terus produktif kendati hasil tak melulu sesuai harapan.

Written by Orchid

Leave a Reply

Dihargai Sampai Rp100 Juta per Kepingnya, Uang Koin Seribu Ini jadi Barang Buruan

Kisah Bos Eiger yang Memilih Pertahankan Karyawan Meski Bisnisnya Diterpa Badai Covid-19