Sebelum hukuman gantung, pancung, atau tembak diaplikasikan, orang-orang zaman dulu menggunakan berbagai macam metode eksekusi. Tujuan utamanya sih membuat si terdakwanya mati, tapi orang-orang dulu selalu mengikutsertakan hal-hal yang berbau penyiksaan. Alasannya mungkin baik ya agar jadi pelajaran bagi yang lain, tapi tetap saja ini miris dilihat dari kacamata kemanusiaan. Seseorang mungkin bersalah karena membunuh, tapi kok ya kurang pantas rasanya kalau ia dihukum dengan diinjak gajah atau ditendang kepalanya oleh kuda.
Ada berbagai macam metode eksekusi tak waras yang pernah dilakukan oleh manusia. Salah satunya adalah Blowing From a Gun. Dari namanya sendiri mungkin sudah terlihat cukup jelas ya bagaimana eksekusi ini dilakukan. Ya, seseorang bakal ditembak dengan meriam. Ditembak dengan peluru sebesar jari bocah saja sakitnya tak karuan, apalagi dihantam dengan peluru sebesar bola bowling. Tapi seperti inilah orang-orang dulu kalau memberikan hukuman.
Berbuat salah memang harus dihukum, tapi tidak begini juga caranya. Masih ada banyak metode hukuman yang bisa memberikan efek jera tapi tetap manusiawi. Kembali soal Blowing From a Gun, berikut ini beberapa fakta soal hukuman paling gila tersebut.
Pada dasarnya hukuman ini dilakukan dengan cara menembak seseorang dengan meriam. Tapi, cara atau mekanismenya nggak segampang itu. Triknya sendiri adalah dengan mengikat si terdakwa di kaki dan tangannya pada sisi-sisi meriam. Pokoknya diusahakan tubuh bagian belakangnya menempel dengan moncong meriam.
Setelah dirasa pas posisinya, kemudian aba-aba diberikan lalu meriam disulut dan muntahlah si peluru besar ke tubuh korban. 99 persen korban pasti mati kalau dieksekusi dengan cara ini. Bayangkan saja, bagaimana sih kalau tubuh dihantam dengan bola besi berkecepatan sama seperti peluru yang diletuskan dari senapan? Kamu pasti sudah bisa membayangkannya sendiri.
Kalau kita bicara teknis nih, dari jarak sedekat ini, maksudnya antara tubuh dan peluru meriam, maka logikanya tubuh pasti tidak akan sampai berlubang atau semacamnya ketika peluru ditembakkan. Memang kalau dipikir-pikir pasti seperti itu, tapi pada kenyataannya ternyata sama sekali berbeda. Kita harus tahu nih kalau kecepatan peluru yang dilontarkan dari meriam itu begitu tinggi. Jadi, nggak berlaku logika yang tadi.
Menurut pria bernama George Carter, yang ahli dalam hal-hal seperti ini, ketika terdakwa dihantam dengan meriam dari jarak sedekat itu, yang terjadi adalah kengerian luar biasa. Tubuh bisa tercerai berai dan melayang sangat tinggi saat tembakan dilakukan. Kepala pun juga bisa putus karena dorongan yang begitu kuat dari belakang. Hancur lebur pokoknya. Kecuali bagian kaki yang mungkin akan tetap di tempat karena diikat sangat kuat. Ah, ngeri sekali!
Di bagian sebelumnya sempat disinggung kalau terdakwa yang dieksekusi dengan cara ini pasti 99 persen mati. Pertanyaannya, kenapa 99 persen? Alasannya tak lain karena metode ini tidak benar-benar mutlak sempurna. 1 persen sisanya adalah kemungkinan gagal yang memang sering terjadi.
Dalam sejarahnya, hukuman Blowing From a Gun memang tak selalu sukses. Kadang kala ada masalah-masalah teknis macam tali pengikat tidak kuat, meriam meledak dulu sebelum ditembakkan dan sebagainya. Tapi, meskipun metode ini kadang gagal, namun hal tersebut sama sekali tidak memengaruhi nasib si terdakwa. Ia harus mati entah bagaimana caranya.
Dari semua jenis eksekusi paling mengerikan yang pernah ada, Blowing From a Gun bisa dikatakan sebagai yang paling populer. Pasalnya, negara-negara yang menggunakan metode ini ternyata banyak dan lintas era. Diketahui Mughal yang eksis di tahun 1500an sudah menggunakan metode ini, dan terus dilakukan sampai awal abad ke 19 oleh pemerintah Afghanistan.
Biasanya, eksekusi ini dijatuhkan untuk dosa-dosa politik macam pengkhianatan dan pemberontakan. Tapi, beberapa negara dulu pernah menggunakan Blowing From a Gun sebagai metode eksekusi kepada para kriminal. Ngerinya, ketika itu juga tidak dibedakan pria atau wanita. Kalau diputuskan bersalah maka siapa pun bakal menerima ini sebagai ganjaran.
Untungnya metode ini sudah sirna sekarang. Kalau masih ada maka bakal ditentang habis-habisan oleh semua orang di dunia ini. Bagaimana tidak, caranya sendiri benar-benar tak manusiawi dan sangat menyakitkan. Hukum ya hukum, tapi cara juga harus santun. Kadang kala kita harus bersyukur lho adanya hukuman mati yang metodenya manusiawi seperti tembak, terlepas dari kontroversi eksekusi mati itu sendiri lho ya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…