Sejak dulu, urusan ketimpangan fasilitas di perkotaan dan daerah terpencil belum juga rampung diselesaikan. Berbagai faktor baik internal maupun eksternal yang jadi sandungan masih terasa sulit diatasi. Mulai dari medan alot hingga jauhnya jarak membuat para petugas harus mengeluarkan usaha dan tenaga lebih. Hal ini jugalah yang membuat prosesnya menjadi lama.
Kita ambil satu contoh di Papua yang hingga hari ini belum semua wilayahnya bisa menikmati listrik. Ya, bisa kita lihat tentu akses menuju lokasi tersebut sangat susah. Belum lagi ketersediaan alat dan bahan untuk mendukung hal tersebut yang langka di Papua. Printilan-printilan kecil yang terlihat sepele itulah yang membuat dana membengkak. Nggak tanggung-tanggung, untuk menerangi sebuah rumah saja pemerintah harus menggelontorkan dana mencapai angka Rp 200 juta.
Sulitnya Realisasi Pemerintah Memeratakan Listrik
Saat kita menikmati beragam teknologi canggih, saudara-saudara kita di wilayah timur masih belum bisa mencicipi listrik. Hal inilah yang mendasari pemerintah melalui PT PLN untuk sesegera mungkin melakukan pemerataan. Khususnya di wilayah Papua dan Papua Barat yang selama ini masih hidup dalam kegelapan. Namun kenyataannya, merealisasikan hal itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Belum lagi berbagai tantangan seperti medan yang sulit, mahalnya biaya mobilitas, dan juga hal-hal lain yang di luar kendali.
Pengadaan Listrik di Wilayah Timur Memakan Rp 200 Juta untuk Sebuah Rumah
Meski menghadapi berbagai kesulitan, pemerintah ternyata telah merealisasikan pengadaan listrik untuk 191 desa. Fantastisnya, biaya yang dikeluarkan mencapai Rp 419 miliar. Itu artinya, untuk setiap rumah yang diterangi listrik perlu pembiayaan kurang lebih Rp 200 juta. Angka yang sangat jauh jika dibandingkan dengan kota-kota besar di Pulau Jawa. Seperti Jakarta, untuk pembiayaan pengadaan listrik setiap rumah hanya mencapai Rp 2-3 juta saja.
Pemukiman yang Tak Padat Faktor Utama Melambungnya Biaya
Ahmad Rofiq selaku Direktur Bisnis PLN Wilayah Maluku dan Papua menjelaskan bahwa besarnya biaya yang disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, medan terjal dan sulit yang harus dihadapi dalam memasang listrik. Kedua, faktor pembagi yang sedikit membuat biaya pemasangan mahal. Contoh di Nabire ada desa yang hanya memiliki 40 rumah, ada juga yang hanya sekitar 60 rumah. Jumlah ini sangat jauh dibandingkan satu desa di Jakarta yang penduduknya mencapai jumlah ribuan rumah.
Pemerintah Targetkan Seluruh Desa Papua Teraliri Listrik 2018
Di seluruh tanah air, wilayah dengan tingkat elektrifikasi rendah adalah Papua. Karena itu, Jokowi menargetkan desa-desa di Papua dan Papua Barat bisa menikmati listrik pada 2018. Hal ini disampaikan presiden saat meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) yang ada di Nabire dan Jayapura. Dijelaskan bahwa ada sekitar 2000 desa yang masih belum teraliri listrik. Jumlah itu akan segera diusahakan dengan kerja sama PLN dan Kementerian ESDM. Dalam prakteknya, daerah yang belum teraliri listrik PLN akan dijangkau dengan lampu listrik berbahan solar cell.
Pengadaan listrik di daerah-daerah terpencil sangat disambut baik oleh penduduk di tepi-tepian negeri. Terlepas dari mahalnya biaya, banyak pihak berharap saat seluruh wilayah Papua teraliri listrik maka investasi dan pembangunan akan segera berkembang pesat. Selain itu, tentunya anak-anak di pelosok negeri akan bisa belajar lebih maksimal dengan adanya listrik.