Di beberapa negara termasuk Indonesia sendiri punya berbagai tradisi unik untuk meminta hujan, dan biasanya dilakukan dengan unik dan fun. Misalnya di Amerika Serikat dengan menari bersama, Jepang dengan boneka hujannya atau di Indonesia tepatnya di Tulungagung dengan ritual Manten Kucing yang unik.
Tapi, nggak semua ritual pemanggilan hujan dilakukan dengan hal-hal yang cenderung fun dan asik. Di sebuah desa bernama Guerrero, Meksiko, tradisi meminta hujan dilakukan dengan cara berkelahi sampai berlumuran darah. Makin banyak darahnya, makin deres hujannya. Wih, sadis banget yah?
Gimana ritual anarkis ini dilakukan? Simak ulasan ngeri berikut!
1. Persiapan Ritual
Setiap setahun sekali tepatnya di bulan Mei, warga desa Guerrero setia menggelar aksi ritual yang bikin badan sakit semua ini. Tapi, yang namanya tradisi nenek moyang, sepertinya nggak ada cara lain untuk melestarikannya selain dijalani.
Ritual ini dimulai dengan sibuknya para wanita membuat berbagai masakan di pagi hari. Mulai dari kuliner berbahan kalkun, ayam, telur dan juga berbagai makanan khas seperti Pozole, Mole dan Tortilas. Setelah semua siap, makanan ini pun di bawa ke suatu tempat, sebut aja medan pertempuran.
Sesampainya di lokasi, para warga pun mendekorasi berbagai makanan ini lalu kemudian berdoa untuk meminta hujan dan juga hasil panen yang besar. Setelah itu, acara puncak segera dimulai.
2. Mekanisme Ritual
Yup, setelah menghias berbagai makanan dan kemudian berdoa, para warga yang hadir kemudian membentuk sebuah lingkaran besar yang rapat. Tebak deh untuk apa? Bener banget, sebagai ring pertarungan!
Di desa Guerrero sendiri terdiri dari beberapa kelompok. Nah, grup-grup ini kemudian memanggil perwakilannya untuk bertarung. Kelompok yang paling mendominasi tiap tahunnya adalah La Esperanza dan El Rancho Las Lomas. Keduanya terkenal punya rivalitas yang nggak terkalahkan dalam ritual ini.
Ketika semua kelompok sudah ada di fighting ground, maka salah seorang perwakilan maju ke tengah-tengah lingkaran dan menantang kelompok lain untuk berkelahi. Uniknya, bagian ini sedikit mirip dengan tawuran di mana si penantang bakal memprovokasi habis-habisan sampai kelompok lain panas. Setelah kontestan lengkap, dimulailah ritual aneh ini.
3. Menang Nggak Penting
Pertarungan dilakukan dengan tangan kosong dan boleh melakukan teknik apa pun. Tanpa menunggu lebih lama lagi, mereka pun berkelahi habis-habisan. Kemudian kucuran darah yang keluar dari pertarungan sengit tersebut dikumpulkan dalam sebuah wadah. Makin banyak yang terkumpul, maka hujan akan makin deras katanya.
Menang dalam perkelahian berlatar belakang ritual ini sama sekali nggak penting. Para kontestan cukup puas ketika banyak darah yang keluar dari hidung musuh-musuhnya.
4. Hanya untuk Para Wanita!
Selain bertujuan mengumpulkan banyak darah lewat pertarungan, satu lagi hal yang paling aneh dari ritual ini adalah dilarangnya para pria ikut-ikutan. Yup, tradisi ini hanya boleh diikuti oleh para wanita desa tersebut.
Bisa dibayangkan kalau para lelakinya ikut bertarung. Pasti bakal jadi ladang pembunuhan beneran tuh. Uniknya setelah ritual ini selesai, para wanita kemudian membersihkan darah-darah kemudian saling bersalaman dan berpelukan. Nggak lupa mereka juga tertawa bersama dengan harapan hujan bakal turun sesegera mungkin.
5. Ritual Suku Aztec
Menurut Professor David Delgado dari Chapingo University, yang meneliti festival ini lebih dari 12 tahun, mengatakan kalau induk dari tradisi ini berasal dari suku Aztec. Ia mengatakan kalau event ini dihubung-hubungkan maka akan terkoneksi dengan ritual panen jagung suku Aztec tersebut.
Mekanismenya pun sama, para kontestan harus bertarung sampai berlumuran darah. Tujuannya pun agar dewa hujan nggak pelit dan segera menurunkan hujan.
Meskipun ritual ini cukup ekstrim terlebih para pelakunya adalah wanita, masih ada kok yang lebih aneh lagi. Ritual sejenis tapi beda juga dilakukan suku Indian. Kalau di Guerrero dilakukan dengan pertarungan, kalau suku asli Amerika tersebut melakukan lemparan batu. Jangan tanya darahnya, tapi berapa korban yang meninggal gara-gara ritual ini.