Sebagai umat Islam, kita wajib mengimani tentang sebuah peristiwa luar biasa dahsyat yang pernah Rasulullaah SAW alami dahulu, semasa belum ada perintah sholat lima waktu, dimana begitu banyak kesusahan dan kepedihan yang beliau alami dalam berdakwah, dimana beliau harus rela kehilangan dua orang tercintanya, yaitu sang Isteri Khadijah ra. dan sang Paman Abu Thalib, yang kembali untuk menghadap Allah SWT. Ya, peristiwa ini bernama Isra’ Mi’raj, malam dimana Rasulullaah SAW mengalami sebuah perjalanan spiritual dan bertemu Allah secara langsung, dengan badan dan jiwa masih utuh, alias tidak dalam keadaan bermimpi ataupun meninggal dunia.
Tahun itu disebut sebagai Tahun Kesedihan bagi Rasulullaah, karena Isteri tercinta dan Paman terkasihnya meninggal dunia. Rasulullaah tak memiliki lagi pendamping yang begitu setia dan taat menemaninya dalam berdakwah, serta tak lagi memiliki seorang pelindung yang mampu menjaminnya di antara kaum Quraisy. Dalam keadaan duka yang mendalam, Allah SWT mengutus malaikat Jibril AS datang menemui Rasulullaah. Jibril diutus Allah untuk membelah dada Rasulullaah dan membersihkan hati beliau, sebelum beliau menjalani perjalanan spiritual yang bernama Isra’ Mi’raj ini.
Perjalanan spiritual beliau ini tak dapat diterima oleh kaum Quraisy pimpinan Abu Jahal. Mereka semua mengatakan Rasulullah sudah gila saat beliau menceritakan tentang peristiwa tersebut. Kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq ra. Abu Bakar, sang Sahabat sejati, yang selalu membenarkan dan mempercayai Rasulullah, apapun yang beliau kerjakan dan katakan. Padahal dari peristiwa Isra’ Mi’raj inilah, Rasulullaah membawa sebuah pesan dari Allah, yaitu perintah Sholat yang awalnya 50 kali dalam sehari, kemudian karena begitu Maha Pemurah dan Kasih nya Allah, maka menjadi 5 kali dalam sehari. Dan jika sampai detik ini masih ada di antara kita yang tak mau menjalankan sholat fardhu 5 kali dalam sehari ini, sungguh merugilah, dan betapa memalukan sekali hal tersebut.
Selain perintah sholat fardhu, ada berbagai macam kejadian yang beliau SAW alami dan kemudian bisa menjadi pelajaran terbaik bagi kita umat Islam, untuk lebih berhati-hati dalam bertindak, serta agar lebih taat dan tawakal kepada Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.
1. Isra’
Adalah sebuah perjalanan dimana Rasulullaah dinaikkan oleh Jibril AS pada sebuah kendaraan bernama Buraq, yang kecepatannya melebihi kecepatan cahaya, dan sekali langkahnya adalah sejauh pandangan mata. Saat perjalanan Isra’ ini adalah saat dimana Rasulullaah diberangkatkan dari Masjidil Haram untuk menuju ke Masjidil Aqsha.
Rasulullaah menaiki Buraq dengan ditemani Jibril AS di sisi kanan, dan malaikat Mikail di sisi kiri. Dalam perjalanan ini, Rasulullaah berhenti di beberapa tempat, seperti di Madinah, dimana nantinya beliau akan berhijrah ke sana, kemudian di Bukit Thur Saina, tempat nabi Musa AS berbicara dengan Allah, lalu juga di Bait Lahm (Betlehem), tempat dimana nabi Isa AS dilahirkan.
Dalam perjalanan juga, Rasulullaah menemui banyak pemandangan yang membuat beliau SAW terheran-heran dan menanyakan setiap apa yang dipandangnya tersebut kepada Jibril AS. Beberapa pemandangan itu adalah sebuah balasan yang akan diterima oleh umat manusia tentang apa yang telah mereka lakukan atau perbuat selama hidup di dunia. Rasulullaah juga mencium wangi Masyithah yang sangat menusuk hidung, karena wanita itu dan anak-anaknya rela masuk ke dalam timah panas Fir’aun tersebab dia tak mau mengikuti perintah Fir’aun untuk menyekutukan Allah. Berbagai pemandangan tersebut, ada pemandangan indah yang merupakan sebaik-baik balasan bagi umat manusia yang mengerjakan amal kebaikan karena Allah SWT, dan ada pemandangan buruk yang merupakan seburuk-buruk balasan bagi umat manusia yang mengingkari perintah Allah SWT.
Kemudian perjalanan Isra’ berakhir saat Rasulullaah tiba dan mendarat di Baitu al-Maqdis (Baitul Maqdis), atau Masjidil Aqsha. Dari sini lah, beliau SAW akan menjalani sebuah perjalanan menuju langit ketujuh, yang disebut Mi’raj.
2. Mi’raj
Adalah sebuah perjalanan spiritual Maha Dahsyat yang dikaruniakan Allah SWT kepada Rasulullaah SAW dari Baitu al-Maqdis (Baitul Maqdis) atau Masjidil Aqsha menuju langit ketujuh, sampai bertemu dengan Allah SWT. Kondisi Rasulullaah saat itu adalah dengan badan dan jiwa atau ruh yang masih utuh, sehingga beliau dalam keadaan hidup, tidak sedang bermimpi maupun telah meninggal dunia.
Dalam perjalanan ini, Rasulullaah SAW ditemani oleh Jibril AS sampai ke langit ketujuh saja, karena Jibril AS yang diriwayatkan memiliki 600 sayap itu tak mampu lagi menemani Rasulullaah untuk naik lebih tinggi, menuju Sidratul Muntaha untuk bertemu Allah SWT, saat beliau berada di sebuah tempat di syurga bernama Muntawa. Dan di situlah Rasulullaah SAW kemudian mendapatkan perintah sholat fardhu, yang awalnya berjumlah 50 kali sehari semalam, kemudian atas izin Allah SWT berubah menjadi 5 kali sehari semalam untuk meringankan umat Islam, sampai detik ini.
Rasulullaah naik sebuah tangga bernama Mi’raj menuju langit pertama, dimana beliau SAW bertemu nabi Adam AS, dan mendapatkan restu dari Bapak umat manusia tersebut. Peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi kita, bahwa dalam setiap tindakan atau langkah yang hendak kita ambil, haruslah kita meminta restu terlebih dahulu kepada orang tua kita.
Di langit kedua, Rasulullaah disambut oleh nabi Isa AS dan nabi Yahya AS. Kedua nabi tersebut memberikan doa restu kepada Rasulullaah, dan Rasulullah kemudian melanjutkan perjalanan menuju langit ketiga, dimana beliau bertemu dengan nabi Yusuf AS yang sangat rupawan parasnya. Di langit ketiga ini, Rasulullah juga mendapatkan doa dari nabi Yusuf dan beliau SAW kemudian naik lagi ke langit keempat.
Di langit keempat, beliau SAW bertemu dengan nabi Idris AS yang dikaruniai kecerdasan amat tinggi oleh Allah SWT. Kemudian di langit kelima, Rasulullaah SAW bertemu dengan nabi Harun AS, mendapat doa restu dan naik lagi ke langit keenam, dan bertemu serta mendapat doa restu dari nabi Musa AS. Nah, disinilah beliau SAW terheran-heran karena nabi Musa menyambutnya dengan tangisan yang amat tersedu-sedu. Setelah ditanya Jibril AS, nabi Musa menjawab, bahwa dirinya tak mengira Allah akan mengutus nabi akhirul zaman setelahnya, dan memiliki pengikut yang lebih banyak pula. Beliau merasa sangat bahagia.
Terakhir, setelah mendapat doa restu dari nabi Musa AS, beliau SAW dan Jibril AS naik ke langit ketujuh, dan bertemu dengan nabi Ibrahim AS yang mendapat julukan Bapak para Nabi. Nabi Ibrahim sedang bersandar pada Baitul Makmur, yaitu masjid para Malaikat. Dan di langit ini, beliau SAW mendapatkan nasehat dari nabi Ibrahim, bahwa hendaknya Rasulullaah memerintahkan umatnya untuk memperbanyak menanam tanaman syurga dengan bacaan Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adzim.
Dalam perjalanan di Sidratul Muntaha, Jibril AS melepaskan Rasulullaah SAW untuk naik lebih tinggi lagi tanpa ditemani olehnya, dan disinilah beliau SAW dapat melihat rupa asli Jibril. Kemudian beliau naik lebih tinggi dan dapat melihat telaga Al-Kautsar yang sungguh tak dapat dilukiskan lagi betapa rupawan dan eloknya, telaga Syurga ini.
Terakhir, beliau SAW bertemu dengan Allah SWT dan bercakap-cakap langsung. Mendengar percakapan Allah dengan hamba tercintaNya ini, semua penghuni langit langsung bersyahadat, mengagungkan Asma Allah dan Rasulullaah SAW.
Itulah kisah perjalanan spiritual Maha Dahsyat yang Allah SWT karuniakan kepada Rasulullaah SWT karena tingginya kedudukan beliau di sisiNya, sebagai hal yang harus diimani dan diteladani oleh umat Islam, serta penghiburan atas kesedihan Rasulullaah dalam perjuangan dakwah beliau. Semoga bisa menginspirasi kita untuk terus berbuat kebaikan dan taat kepada perintah Allah, karena bukankah syurga adalah sebaik-baik tempat tujuan untuk pulang? (sof)