in

Keramat, 7 Motif Batik ini Haram dipakai Orang Biasa Saat Masuk ke Keraton Yogyakarta

Batik adalah kain kebanggaan Indonesia yang biasa dikenakan di hari biasa atau event tertentu. Batik ini bisa dipakai oleh siapapun juga tanpa mengenal status sosial dari si pemakai. Namun, kalau kamu berkunjung ke Keraton Yogyakarta, ada beberapa motif batik yang terlarang untuk dikenakan oleh orang biasa. Mengapa? Karena, batik motif ini hanya boleh dipakai untuk orang yang punya pangkat tinggi.

Bahkan nih guys, beberapa motif batik bagi warga Yogyakarta dianggap “keramat” dan hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan. Motif-motif batik yang akan Boombastis.com bahas berikut ini konon punya kekuatan spiritual tersendiri sehingga memancarkan karisma seorang Raja Ngayogyakarta.  Apa saja? Cuss simak dalam ulasannya berikut ini!

Batik motif parang

Melansir dari medcom.id, batik motif parang ini diciptakan Panembahan Senapati. Motif ini mulai dilarang saat pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I pada 1785. Panembahan Senopati membuat motif ini karena terinspirasi saat mengamati gerak ombak Laut Selatan yang menerpa karang di tepi pantai.

Motif batik parang [sumber gambar]
Pola garis lengkungnya diartikan sebagai ombak lautan yang menjadi pusat tenaga alam. Dalam hal itu yang dimaksud adalah kedudukan raja. Sehingga, dalam keraton, motif ini hanya boleh dikenakan oleh sultan, permaisuri, putra mahkota, putri sulung sultan, putra sulung sultan beserta istrinya.

Batik motif Udan Liris

Udan liris berarti hujan gerimis. Batik ini merupakan salah satu lambang kesuburan bagi tumbuhan dan ternak. Makna dari motif ini yaitu pengharapan agar pemakainya selamat sejahtera, tabah, dan berprakarsa dalam menunaikan kewajiban demi kepentingan nusa dan bangsa.

Udan Liris [sumber gambar]
Motif ini dipakai untuk para kerabat kerajaan, seperti cucu raja, selir dan para putra-putrinya, buyut, cicit, serta canggah. Kalau kamu bukan siapa-siapa, lebih baik jangan memakai motif ini kalau mau ke keraton!

Batik motif Semen

Semen ini dalam bahasa Jawa berarti ‘semi’ atau ‘tumbuh’. Motif ini bermakna kesuburan, kemakmuran, serta alam semesta. Dalam motif semen, akan ada gunung, sayap, garuda, naga, atau candi yang juga menjadi gambar pelengkap. Orang yang mengenakan batik ini diharapkan bisa menjadi sosok yang mampu melindungi siapapun yang berada di bawahnya.

Motif semen [sumber gambar]
Ada dua jenis motif Semen yang terlarang kamu pakai saat ke keraton, yaitu Semen Gedhe Sawat Gurdha, Semen Gedhe Sawat Lar. Motif ini terkhusus untuk para kerabat kerajaan saja. Namun, ternyata ada pengecualian loh, Motif Semen tanpa lukisan Meru (gunung), Garuda (sawat), dan Sayap (lar), boleh dipakai siapa saja tanpa harus memperhitungkan garis keturunannya.

Motif Cemukiran

Seperti yang dilansir dari kratonjogja.id, motif cemukiran berbentuk lidah api atau sinar. Api adalah unsur kehidupan yang melambangkan keberanian, kesaktian, dan ambisi. Pola seperti sinar diibaratkan pancaran matahari yang melambangkan kehebatan dan keagungan.

Cemukiran [sumber gambar]
Entah itu sinar atau api dalam konsep Jawa adalah Mawateja, yakni kriteria yang wajib dimiliki seorang raja. Oleh karena itulah, yang boleh memakai batik ini hanyalah raja dan putra mahkota (yang kelak menjadi penerus tahta).

Motif Kawung

Motif berikutnya adalah Kawung. Kawung ini adalah sebuah pola geometris dengan empat bentuk elips yang mengelilingi satu pusat. Bagan seperti ini dikenal dalam adat dan budaya Jawa sebagai keblat papat lima pancer. Ini dimaknai sebagai empat sumber tenaga alam atau empat penjuru mata angin.

Kawung [sumber gambar]
Sedangkan pendapat lain mengatakan kalau motif Kawung bisa membentuk teratai –yang melambangkan kesucian. Orang yang memakai motif ini diharapkan selalu bisa memberikan manfaat pada lingkungannya. Makanya, orang yang boleh memakai motif batik ini adalah mereka yang masih punya hubungan darah dengan kerajaan (kerabat kerajaan).

Motif Huk

Masih melansir dari kratonjogja.id, motif Huk terdiri dari motif kerang, binatang, tumbuhan, cakra, burung, Sawat (sayap), dan garuda. Motif kerang bermakna kelapangan hati, binatang menggambarkan watak sentosa, tumbuhan melambangkan kemakmuran, sedangkan Sawat ketabahan hati.

Huk [sumber gambar]
Motif ini dipakai sebagai simbol pemimpin yang berbudi luhur, berwibawa, cerdas, mampu memberi kemakmuran, serta selalu tabah dalam menjalankan pemerintahannya. Sama seperti motif Cemukiran, Huk ini hanya boleh dikenakan oleh raja dan putra mahkota.

Motif rujak Senthe

Rujak adalah campuran buah-buahan, sedangkan Senthe adalah tanaman yang daunnya lebar. Kalau dilihat dari filosofinya, motif ini mempunyai arti bahwa hidup manusia itu memiliki banyak halangan, tantangan maupun keberuntungan yang bercampur menjadi satu.

Rujak senthe [sumber gambar]
Motif ini pula mengajarkan pada pemakainya untuk selalu berlapang dada menghadapi segala cobaan, agar hati senang. Konon, kalau memakai batik ini, hati bisa menjadi lebih tenang. Nah, batik satu ini hanya boleh dipakai oleh keluarga raja saja.

BACA JUGA: Kamu Tidak Akan Menyangka Jika 5 Tempat ini Juga Punya Batik Sendiri

Aturan-aturan di atas ini masih berlaku hingga saat ini loh. Namun, ia diberlakukan hanya di lingkungan keraton (saat mau masuk dan berkunjung ke keraton), kalau misalnya kamu berada di luar keraton yang tidak ada masalah. Pahami dulu ya, jangan sampai kamu mau berkunjung ke keraton malah salah kostum dan berakibat fatal.

Written by Ayu

Ayu Lestari, bergabung di Boombastis.com sejak 2017. Seorang ambivert yang jatuh cinta pada tulisan, karena menurutnya dalam menulis tak akan ada puisi yang sumbang dan akan membuat seseorang abadi dalam ingatan. Selain menulis, perempuan kelahiran Palembang ini juga gemar menyanyi, walaupun suaranya tak bisa disetarakan dengan Siti Nurhalizah. Bermimpi bisa melihat setiap pelosok indah Indonesia. Penyuka hujan, senja, puisi dan ungu.

Leave a Reply

Nggak Banyak yang Tahu, Inilah Pahlawan Besar Indonesia yang Lahir di Bulan Januari

Sampai Keluar dari PBB, Inilah Momen di Mana Indonesia Muak dengan Malaysia