Setelah munculnya beras plastik dan barang-barang semacamnya di Indonesia, banyak asumsi yang menyatakan bahwa Indonesia cukup sering menjadi ‘lalu lintas’ barang dan komoditi palsu. Bukan hanya beras, sebenarnya fenomena pakaian, kosmetik dan barang elektronik juga barang palsu lainnya, cukup marak di negara kita.
Namun, mengapa barang-barang palsu atau KW ini begitu banyak di negara kita? Berikut ini Boombastis rangkumkan kepada Anda fakta larisnya barang tiruan yang merajalela di Indonesia. Yuk kita simak.
1. Harga Rakyat Jelata, Aura Paduka
Banyaknya produk tiruan atau sering disebut KW saat ini merajai pasar Indonesia. Dengan harga yang murah meriah bagi kalangan menengah ke bawah, memberikan keuntungan bagi pembeli dengan uang pas-pasan untuk membeli barang yang diinginkan. Meskipun tidak bisa membeli barang asli, barang KW bisa cukup memenuhi keperluan si pembeli. Toh bentuknya tidak beda jauh dengan yang asli.
Uniknya, sebenarnya barang KW yang laris di pasaran ini lebih ke arah gaya hidup semata. Misalnya ponsel KW, sepatu KW dan sebagainya. Meski sudah tahu harga produk KW murah biasanya diikuti kualitas yang lebih rendah, barang-barang ini tetap lebih laris daripada produk aslinya di pasaran.
2. Peraturan Lengah
Jual beli produk luar memang berada di bawah tanggung jawab oleh bea dan cukai. Namun beberapa barang malah masuk secara ilegal ke dalam Indonesia. Entah bagaimana caranya, pelabuhan kecilpun bisa menjadi pasar perdagangan ilegal dari beberapa negara.
Peraturan yang lengah dari pemerintah, menjadi salah satu faktor barang-barang tiruan begitu marak di Indonesia. Selain itu, banyak barang yang sengaja dimasukkan ke dalam barang legal lainnya sehingga tidak terlihat barang KW. Mungkin kurang pemeriksaan, jadi barang ini mudah masuk ke pasar Indonesia.
3. Konsumtifnya Warga Indonesia
Bukan hanya salah pemerintah yang lengah dengan transaksi jual beli luar tapi masyarakatpun juga menjadi alasan semakin banyak barang yang masuk ke pasar kita. Bukan hal yang baru jika masyarakat kita lebih bersikap konsumtif daripada produktif. Perilaku konsumtifnya masyarakat ini menjadi salah satu alasan makin menjamurnya produk KW, karena permintaanpun makin banyak di pasaran.
Meski produk dalam negeri yang lebih bagus sudah banyak bermunculan, mereka yang gandrung akan barang KW ini lebih memilih barang tiruan. Menurut kebanyakan dari mereka, membeli barang tersebut bisa mengikuti trend yang ada meski hanya produk tiruan. Yah, sedikitnya bisa kelihatan ala sosialita yang sering dilihat di social media.
4. Tidak Sadar Diri
Bisa jadi, kita tak menyadari bahwa kita juga sedang menjadi penikmat barang KW. Hal ini terjadi karena memang sudah mendarah-dagingnya fenomena produk KW, bajakan dan tiruan di negara kita. Namun bukan hanya barang yang sedang trend yang mejadi barang KW di Indonesia. Software-software di Indonesia lebih banyak bukan produk orisinal. Coba buka PC atau laptop Anda?
Sebagian besar atau bahkan semuanya yang ada di dalam komputer Anda adalah produk gratisan. Bukan hanya milik personal saja, perusahaan-perusahaan di Indonesia juga tidak menggunakan produk asli. Alasannya, lebih baik memiliki barang gratisan dari pada mengeluarkan banyak uang.
5. Pendapatan Rakyat Indonesia
Dengan kebutuhan ekonomi yang semakin banyak membuat penghasilan harus benar-benar dihitung sedemikian rupa untuk tercukupi. Karena penghasilan rata-rata orang Indonesia berada di bawah standart penghasilan dunia, barang tiruan inilah yang bisa digapai masyarakat Indonesia.
Ditambah lagi dengan terbukanya orang Indonesia dengan barang luar, membuat produsen luar berlomba-lomba memasuk produk baru ke Indonesia. Tentunya dengan harga yang murah sesuai dengan penghasilan rendah yang dimiliki orang Indonesia.
Meski banyak barang tiruan yang beredar di pasar Indonesia, suatu saat barang-barang ini akan dihilangkan. So, ganti produk Anda dengan produk asli ya sebelum menjadi pencandu barang KW. Atau Anda juga bisa membeli produk dalam negeri yang berkualitas. Dengan harga yang sebanding, kualitasnya juga lebih baik dan orisinil dibanding barang KW atau tiruan.