Greysia Polii dan Apriyani Rahayu akhirnya berhasil membawa pulang medali emas di Olimpiade Tokyo 2020. Kemenangan Greysia dan Apriyani menorehkan sejarah baru. Keduanya menjadi pasangan ganda putri pertama dari Indonesia yang memenangkan medali emas di cabang olahraga bulu tangkis.
Segenap rakyat Indonesia turut berbangga atas prestasi Gryesia dan Apriyani. Sejumlah pejabat dan politisi juga tak mau ketinggalan, mereka berbondong-bondong memberikan ucapan selamat kepada Gryesia dan Apriyani. Namun ucapan selamat tersebut ternyata menuai kontroversi. Mengapa demikian? Simak informasinya berikut ini.
Tampilan foto para pejabat yang lebih besar dari ganda putri
Media sosial dipenuhi dengan poster para pejabat dan politikus yang memberikan ucapan selamat atas keberhasilan Gryesia dan Apriyani. Mayoritas poster yang beredar menampilkan foto para pejabat dengan ukuran bisa dua kali lebih besar dibandingkan foto pasangan ganda putri. Tak hanya itu, ada nama lengkap dengan jabatan mereka.
Netizen dibuat kesal dengan poster ucapan selamat tersebut dan menilai pejabat narsis. Netizen berpendapat jika ada foto yang pantas berdampingan dengan Gryesia dan Apriyani, itu adalah sang pelatih Eng Hian yang bekerja keras melatih mereka untuk bertanding di Olimpiade. Salah satu poster yang banyak diperbincangkan adalah milik Ketua PKS, Jazuli Juwaini. Namun Jazuli tak memikirkan kritikan dari netizen. Ia mengaku tetap bangga dengan pencapaian para atlet tersebut.
Netizen sebut politisi hanya numpang prestasi
Di beberapa media sosial seperti Twitter dan Facebook, netizen menyindir para pejabat. Mulai dari pejabat pemerintah, petinggi partai politik, hingga perwira yang memberikan ucapan selamat dengan poster bergaya serupa. Menurut netizen, politisi tak memiliki kontribusi atas kemenangan Gryesia dan Apriyani, namun dengan bangga menyandingkan foto mereka bersama pasangan ganda putri tersebut. Ada juga yang menyebut para politisi hanya numpang prestasi.
Suko Widodo, seorang pakar komunikasi politik dari Universitas Airlangga, mengamati fenomena tersebut adalah panjat sosial alias pansos bagi para politisi dan pejabat. Suko mengatakan mereka memanfaatkan momen kemenangan Gryesia dan Apriyani untuk menaikkan popularitas pribadi. Ia menyebut naluri para pejabat untuk tampil di media terlalu berlebihan.
Nasib para atlet usai pensiun jadi sorotan
Kemenangan Indonesia di Olimpiade tahun ini membuat masyarakat kembali menyoroti nasib para atlet yang sudah tak berlaga lagi dalam pertandingan olahraga. Para atlet tersebut hanya disanjung-sanjung saat menang, namun banyak atlet yang kondisinya susah tak mendapatkan bantuan pemerintah. Beberapa atlet nasional terpaksa menjadi tukang becak, office boy, kuli bangunan, sampai tukang sapu. Bahkan ada yang menjadi gelandangan di masa tuanya.
Ujang Komaruddin, pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, berpesan agar para politisi tak hanya mendompleng saat atlet mendapatkan kemenangan. Ia berharap politisi juga membantu para atlet di kala mereka mengalami kesulitan. Sebut saja selebritis seperti Raffi Ahmad dan Gading Marten, yang baru-baru ini mengakuisisi tim sepakbola. Langkah mereka dapat dijadikan contoh untuk memajukan olahraga Indonesia di masa depan.
BACA JUGA: Raih Medali Emas Pertama, Kerennya Ganda Putri Indonesia Kalahkan China Sampai Raket Rusak
Kemenangan Gryesia dan Apriyani menjadi kado ulang tahun terindah bagi rakyat Indonesia yang sebentar lagi akan merayakan Hari Kemerdekaan pada 17 Agustus mendatang. Di balik poster para pejabat yang penuh kontroversi, intinya kita semua bangga dengan prestasi cemerlang para atlet Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020. Semoga para pejabat ini tak hanya memberikan ucapan selamat, namun juga melakukan langkah nyata untuk mendukung para atlet yang mengharumkan nama bangsa.