Ada banyak reaksi yang dikeluarkan seseorang saat disebutkan nama negara Rwanda. Ada yang bertanya di manakah negara tersebut? Negara apakah itu? atau bagi yang mendapat penjelasan bahwa Rwanda berada di wilayah Afrika, mereka akan langsung menangkap bahwa negara ini adalah tempat yang miskin dan buruk ekonominya.
Ya, dulu memang begitulah adanya. Nama Rwanda memang tidak banyak dikenal orang. Namun, ada tragedi memilukan yang membuat ia masuk dalam catatan gelap sejarah yang ada di dunia. Untungnya, meski sempat terpuruk dan berada di titik terendah, Rwanda kini telah bangkit perlahan memperbaiki kondisi yang sempat amburadul.
Pembantaian Rwanda pada tahun 1994 adalah sejarah paling kelam negara itu
Jika Thanos dalam film paling terkenal Hollywood melakukan genosida dengan jentikan jari, maka Rwanda pernah melakukan hal serupa dengan cara yang lebih brutal. Dimulai dengan perang saudara antara etnis Hutu dan Tutsi. Nyawa-nyawa tak bersalah berjatuhan di man-mana kala itu, ibaratkan ikan yang mati diracun. Mayoritas yang menjadi korban adalah Tusti karena jumlah mereka yang hanya 15% persen saja dari populasi.
Pembantaian, kekerasan dan pemerkosaan yang terjadi kurang lebih selama 100 hari menewaskan 800.000 jiwa. PBB sebagai agen perdamaian dunia juga tidak banyak ambil andil dalam kejadian ini, mereka tidak menyelamatkan para korban yang mengalami trauma tetapi hanya berfokus pada pencarian orang asing yang terjebak saja. Bayangkan, betapa gelapnya kondisi Rwanda ketika itu?
Perlahan bangkit dari keterpurukan
Rwanda mungkin gelap di masa lalu, trauma karena kejadian 1994 juga pasti membekas di hati. Namun, atas upaya Presiden Paul Kagame, genosida di sana cukup menjadi sejarah saja. Kelompok dari etnis Hutu dan Tutsi kembali hidup berdampingan. Rwanda bahkan masuk dalam daftar negara teraman yang ada di Afrika.
Salah satu video dokumenter yang ditampilkan oleh Vice.com juga memperlihatkan potret korban dan pelaku genosida Rwanda yang hidup bertetangga. Seorang perempuan bernama Maria Izagiriza mengatakan bahwa ia sudah memaafkan Philbert Ntezerizaza, pelaku yang ditugaskan membantai keluarga Maria ketika itu (meskipun tak berhasil).
Bangkit dengan sektor pariwisata yang bagus
Rwanda tercatat sebagai negara yang menerapkan peraturan anti kantong plastik. Masyarakatnya diberi pengertian dan pelajaran yang sangat penting tentang kebersihan lingkungan dan konservasi. Melansir travel.detik.com, pariwisata adalah sektor andalan yang ada di negara ini. Pemerintah setempat menjamin keamanan para wisatawan dengan sangat baik.
Negara ini sangat aman, bersih, orang-orangnya ramah, dan yang paling penting adalah Rwanda memberikan bebas visa untuk wisatawan dari Indonesia. Masalah bahasa? Jangan khawatir, mereka berbicara dengan Bahasa Inggris dan Prancis, sehingga wisatawan tak akan merasa seperti orang hilang. Makanannya pun banyak yang merupakan olahan daging kambing, jadi tak perlu diragukan kehalalannya.
Lompatan ekonomi yang sangat baik
Kebanyakan negara Afrika identik dengan kelaparan, kemiskinan, perang saudara, penyakit mematikan, serta hal buruk lain. Tidak begitu dengan Rwanda ternyata. Perang saudara yang pernah terjadi memang melumpuhkan sektor ekonomi negara itu, terutama dua komoditas unggulannya (teh dan kopi). Praktisnya, Rwanda hancur dari segala sisi dan hampir tak punya alasan untuk tetap eksis di dunia.
Namun, semua berubah dengan kehadiran Kagame sebagai pemimpin negara itu. untuk membangun Rwanda, ia pergi ke negara korban perang yang bangkit dalam waktu relative singkat, seperti Jerman, Singapura, Jepang, serta Tiongkok. Di sana, Kagame belajar dan berkonsultasi dengan ekonom terkemuka untuk membangun kembali Rwanda yang porak poranda. Hasilnya, sekarang Rwanda menjadi negara kuat bermasa depan cerah, bahkan mendapat julukan sebagai Singapura-nya Afrika d dengan lompatan ekonomi terbaik di Benua Hitam.
BACA JUGA: 5 Fakta Pembantaian Rwanda, Tragedi Mengerikan yang Tak Digubris Dunia
Pada 6 April lalu, Rwanda baru saja memperingati 25 tahun kejadian mencekam yang pernah dialami oleh warga negaranya. Kagame mengatakan bahwa itu adalah sejarah dan tidak akan pernah terjadi lagi. Rwanda sekarang terus bergerak menuju cahaya dan membangun negaranya menjadi lebih baik dan baik lagi.