Selama ini, kaum LGBTQ –termasuk di dalamnya waria—kurang mendapat tempat di Indonesia. Segala bahasan yang berhubungan dengan mereka dianggap sebagai contoh yang kurang baik. Makanya, bukan suatu hal aneh jika banyak dari masyarakat yang menghakimi keberadaan para LGBTQ ini. Padahal, sebenarnya mereka sama manusianya seperti kita.
Dari deretan mereka yang LGBTQ, waria adalah yang paling bisa diterima. Salah satu yang membuktikannya adalah kehadiran mereka yang kerap menjadi pengamen di jalanan. Namun, tidak seperti rekan-rekannya, salah satu grup musik waria ini memberanikan diri untuk tampil sebagai girlband dan menyanyi di hadapan banyak orang.
Amuba sebagai girlband waria pertama di Indonesia
Adalah Amuba, grup musik girlband pertama di Indonesia asal Yogyakarta. Seperti video yang diunggah oleh Vice.com ini, mereka beranggotakan Tamara, Jessica Ayu, Vanessa, dan Nike Faradila. Inisiatif pembentukan band ini berawal dari ide dari Tamara pada tahun 2012 lalu. Dirinya yang merupakan musisi jalanan mulai mengumpulkan teman-temannya sesama waria untuk membentuk grup musik, yang nantinya diharapkan bisa manggung. Namun, setelah dimasukkan ke dalam grup whatsapp, satu persatu mereka left. Menurut Tamara, karena memang para waria ini lebih terbiasa dengan pekerjaan dengan penghasilan instan (kebanyakan mereka yang berprofesi sebagai pengamen atau pekerja seks) setelah bekerja langsung mendapat uang.
Makna dari nama Amuba
Kalian tau amoeba bukan? Yap, itudia, spesies yang sangat kecil dan bisa membelah diri. Pemberian nama grup band yang digagas oleh Tamara ini sendiri bukan tanpa sebab. Sebagai salah seorang queer yang kerap mendapat penindasan, Tamara ingin ia dan ketiga temannya memberikan semangat, yang akhirnya terbelah dan menempel kepada para queer lain. sehingga kehadiran mereka sebagai girlband waria pertama bisa menjadi cermin untuk waria lain, agar tidak mereka inferior. Selain itu, ia juga ingin menunjukkan kepada masyarakat kalau waria itu tidak selamanya dipandang sebelah mata.
Yogyakarta sebagai surganya para waria?
Yap, selain dikenal sebagai kota budaya dan kota Pendidikan, Yogyakarta juga dikenal sebagai surganya para waria. Bahkan, mereka punya komunitas sendiri yang diberi nama IWAYO (Ikatan waria di yogyakarta), yang anggotanya lebih dari 300 orang. Itu yang sudah masuk dalam IWAYO saja, belum lagi para waria yang tidak terdaftar dalam list tersebut, ada ratusan juga jumlahnya. Setiap anggota IWAYO juga memegang kartu identitas keanggotaan masing-masing. Para anggota yang aktif juga sangat sering mengadakan kumpul-kumpul, baik hanya untuk event tertentu atau sebatas main dan kongkow biasa.
Pesantren waria yang ada di Yogyakarta (Pesantren Al-Fatah)
Kamu enggak salah dengar kok, pesantren waria ini juga satu-satunya pondok pesantren tempat belajar agama yang penghuninya adalah shemale. Jika ingin tau banyak tentang pesantren ini, kamu bisa banget singgah dan membaca artikel Boombastis.com di sini. Layaknya Lembaga pendidikan, pesantren ini juga memiliki kurikulum yang dibuat sendiri dan pesantren ini sering mengadakan kegiatan seperti pengajian dan mereka biasanya ustaz. Meski sempat terkena masalah, nyatanya pada 2019 ini, pesantren Al-Fatah ini kembali beroperasi. Hingga sekarang, Shinta Ratri menjabat sebagai ketua pondok waria ini.
BACA JUGA: Mengenal Al Fatah, Pondok Pesantren Waria Pertama Dunia yang Ada di Yogyakarta
Baik band maupun pesantren, keberadaan mereka para waria sebagai gender queer ini adalah usaha agar mereka bisa diterima oleh masyarakat dan hidup layaknya orang normal lain. Mereka mengupayakan berbagai cara agar tidak selalu menjadi bahan olok-olok dan pihak tertindas. Apakah kamu setuju dan mendukung keberadaan mereka, Sahabat?