Isu bakal terjadinya perang dunia ke-3, semakin santer terdengar akhir-akhir ini. Terutama soal konfik bersenjata yang makin meluas di Timur Tengah. Hal ini juga diperparah dengan kebijakan Amerika Serikat yang berusaha memindahkan kantor Dubes mereka di Yerusalem. Meski belum terjadi, beberapa negara di dunia diam-diam telah mengembangan bom mematikan yang kelak bakal digunakan.
Bukan nuklir seperti era-era sebelumnya. Melainkan sebuah bom khusus yang bernama Electromagnetic Pulse Weapon (EMP). Alih-alih menghasilkan ledakan besar dan mematikan, bom nuklir EMP justru sebaliknya. Senyap dan halus, namun jauh lebih kuat dan berbahaya. Ledakan yang dihasilkan pun tergolong minim. Meski Begitu, efek perusak lainnya yang ditimbulkan, wajib kita ketahui secara cermat.
Bom terbaru dengan teknologi mematikan
Peralatan eletronik berbasis militer seperti satelit, ponsel dan komputer, menjadi salah satu komponen vital yang turut menyukseskan jalannnya sebuah peperangan. Penciptaan nuklir EMP pun digunakan untuk memusnahkan fungsi dari alat-alat tersebut. Sederhananya, sebuah ledakan yang mengandung medan elektromagnetis bertegangan tinggi, dapat menggangu atau mematikan fungsi listrik pada alat-alat elektronik.
Bisa dibilang, lonjakan daya yang begitu kuat dari ledakan EMP akan merontokkan semua hal yang menggunakan listrik sebagai sumber daya. Dalam konteksnya di dunia militer, hal tersebut digunakan untuk tujuan melumpuhkan sistem elektronik lawan. Peralatan seperti radar,televisi, satelit, microwave, UHF, VHF, HF dan peralatan komunikasi band rendah, menjadi sasaran empuk bagi bom yang bermuatan EMP di dalamnya.
Dikembangkan oleh Amerika Serikat, Korea Utara dan India
Negeri Paman Sam memang tak pernah lelah dalam berinovasi di bidang militer. Senjata seperti EMP ternyata telah berhasil dikembangkan oleh AU Amerika Serikat. Dikenal sebagai Counter-electronics High-powered Microwave Advanced Missile Project (CHAMP), militer Amerika Serikat sanggup melumpuhkan kekuatan lawannya tanpa merusak infrastruktur maupun membunuh nyawa pada area yang diserang. Sama dengan AS, Korea Utara juga tengah mengembangkan EMP mereka sendiri secara rahasia.
Selain AU Amerika Serikat dan Korut, Militer India secara diam-diam juga tengah mengembangkan senjata yang satu ini. Proyek bernama Kilo Ampere Linear Injector (KALI) ini, pertama kali di temukan oleh Dr. P.H. Ron pada 1985 yang kemudian dilanjutkan oleh Dr. R. Chidambaram. Pada 1989, Accelerators & Pulse Power Division of the BARC. mulai mengerjakan proyek tersebut. Nantinya, KILO dapat digunakan sebagai senjata Anti-satelit yang dibuat kompatibel dengan beberapa rudal jarak menengah.
Ledakan elektris yang sanggup mengembalikan dunia modern ke abad pertengahan
Inilah efek paling mematikan dari ledakan EMP. Seluruh peralatan elektronik, infrastruktur dan jaringan listrik, akan padam seketika. Senjata ini memang dirancang untuk melumpuhkan area sasaran. Bukan membunuh maupun merusaknya. Alhasil, keadaan pun berubah secara drastis. Karena teknologi telah sirna, zaman pun seakan kembali beralih ke abad pertengahan. Di mana listrik belum ada pada saat itu.
Salah satu contohnya adalah rudal CHAMP milik AU Amerika Serikat yang telah disinggung di atas. Merusak infrastruktrur dan jaringan listrik milik lawan di medan perang sudah menjadi obsesai lama militer Amerika Serikat. Saat ditembakkan, rudal CHAMP sukses melumpuhkan komputer dan sistem listrik lainnya di tujuh bangunan sasaran.Hal ini berkat gelombang mikro berkekuatan tinggi yang terpicu, tak lama setelah rudal dilesakan.
Penggunaan EMP memang masih dalam tahap ujicoba. Keberadaannya pun bisa dibilang masih terbatas pada negara-negara maju. Meski demikian, bukan tak mungkin jika saat perang dunia III pecah, senjata mematikan ini bakal digunakan. Semoga saja tidak ya Sahabat Boombastis.