Setelah sempat membuat Indonesia meradang karena aksi penerobosan pada bulan Desember – Januari 2019 lalu, satuan China Coast Guard kembali memulai aksinya dengan memasuki perairan Natuna Utara secara ilegal pada Sabtu, (12/09/2020). Beruntung, kapal patroli gabungan Bakamla dan TNI-AL berhasil mengusir mereka.
Langkah berani Cina di kawasan Natuna tak hanya didasari oleh faktor nine dash line yang diklaim sepihak oleh mereka, tapi juga kekuatan lautnya yang disokong PLA NAVY yang terbilang canggih dan luar biasa besar. Terutama untuk ukuran negara di sekitar ASEAN. Lantas, seperti apa kekuatan alutsista laut yang membuat AL Cina disegani?
Kekuatan marinir Cina yang siap digerakkan ke mana pun
Lonjakan jumlah pasukan marinir Cina menjadi salah satu faktor negeri ini diperhitungkan oleh negara lain. Dari yang sebelumnya mencapai 10 ribu personel, kini meningkat menjadi antara 28 ribu dan 35 ribu tentara. Jumlah tersebut disebar ke dalam tujuh brigade bersenjata lengkap dengan dukungan alutsista canggih yang siap digerakkan ke mana pun.
Dukungan kapal pendarat amfibi dengan kemampuan luar biasa
Kekuatan laut pasukan marinir Cina semakin perkasa dengan dukungan kapal serbu amfibi Type-075 yang mampu membawa 900 pasukan, kendaraan lapis baja, 30 helikopter, dan empat kapal pendarat berpelindung udara (LCAC). Taktik tersebut dianggap mirip dengan metode pendaratan armada amfibi yang digunakan oleh angkatan laut Inggris, Prancis, dan AS.
Pesawat pengebom H-6J yang siap mendukung misi dari udara
Pesawat pengebom H-6J pertama kali terlihat ketika diikutsertakan pada dalam sesi latihan di Laut China Selatan. Alutsista milik Pasukan Udara Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat (PLANAF) itu, mampu mengangkut rudal anti-kapal dengan jumlah tiga kali lipat lebih banyak dari varian sebelumnya, H-6G. Daya jelajahnya juga meningkat dari sebelumnya.
Kapal perusak Type 055 yang dianggap raja lautan saingan AS
Untuk mendukung mobilitas di laut, Cina mengerahkan salah satu kapal perusak terbaru Type 055 ketujuh pada Mei lalu. Selain dilengkapi peluru kendali, alutsista satu ini menjadi kapal perusak terkuat kedua di dunia setelah DDG-1000 milik Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) atau kelas Zumwalt. Bobotnya mencapai 12.000 ton dan difungsikan untuk menjaga mobilitas kapal induk.
Dukungan logistik tempur dari pangkalan militer di Kepulauan Spratly
Kekuatan Cina juga semakin perkasa lantaran memiliki pangkalan militer yang berada di Kepulauan Spratly, hasil pembangunan lokasi yang dulu sempat disebut-sebut sebagai stasiun cuaca. Pangkalan militer tersebut menjadi markas angkatan laut, udara, radar, fasilitas pertahanan rudal, dan 72 pesawat tempur berbagai model.
BACA JUGA: Menilik Sangarnya Pangkalan Militer China yang Berpotensi Ancam Wilayah NKRI Lewat Natuna
Selain kekuatan alutsista dan suplai logistik di atas, Cina juga mengerahkan kapal Coast Guard seperti di Natuna yang juga dilengkapi dengan kubah senjata. Fakta semacam ini sejatinya merupakan sinyal bagi Indonesia agar memperkuat pertahanan lautnya dengan alutsista yang lebih modern agar memberikan efek deterent (gentar) pada pihak asing seperti AL Cina.