Berbicara tentang umat muslim, ada banyak sekali mereka yang memegang teguh agama Islam namun hidup di lingkungan minoritas. Di mana, kadang kondisi seperti ini tidak mendukung mereka untuk melakukan ibadah sesuai syariat yang sudah diperintahkan dalam agama. Salah satunya yang mendapat perilaku diskriminasi –bahkan oleh pemerintahnya sendiri—adalah umat muslim Suku Uighur.
Kelompok masyarakat yang tinggal di Xinjiang, Tiongkok ini mendapat banyak ketidakadilan. Di bulan puasa seperti ini misalnya, mereka dilarang menunaikan ibadahnya, dan diharuskan untuk menjual minuman keras, serta terusir dari negeri sendiri. Banyak dari orang Uighur juga dimasukkan ke dalam penjara dengan alasan konyol, seperti berikut ini.
Penyebab orang Uighur dijebloskan ke dalam penjara
Seperti yang sudah Sahabat ketahui bahwa suku minoritas ini mendapat perlakuan yang tidak adil hanya karena hal sepele. Sama halnya dengan masuk kamp konsentrasi (penjara). Mereka dijebloskan ke sana dengan status tahanan hanya karena melakukan kegiatan sepele yang dianggap ‘mencurigakan’.
Perilaku mencurigakan ini bisa dilihat dari identifikasi pemerintah bahwa seseorang itu punya kecenderungan untuk menjadi ekstremis. Berdasarkan laporan dari Foreign Policy melansir dari Vice.com, seseorang Uighur yang melarang orang lain berkata kasar, memiliki tenda, atau bersedih hati saat orangtuanya meninggal dunia, mereka akan diamankan dan masuk penjara tanpa ada sidang. Sampai segitunya ya?
Dipenjara karena fisik yang mirip orang Turki
Selain ketakutan pemerintah akan tindakan Uighur yang dianggap ekstremis, suku ini juga memenjarakan karena fisik orang-orang Uighur yang dianggap lebih mirip dengan orang-orang Turki. Di Tiongkok sendiri, ada puluhan juta jiwa penduduk yang menganut agama Islam, namun perlakuan diskriminasi berlebihan hanya dialami oleh Uighur dan Kazakh saja.
Bila dibanding dengan muslim Suku Hui, jelas Uighur jauh lebih menderita. Karena tampilan fisik mereka, tak jarang suku ini menjadi sasaran kebijakan represif pemerintah pusat. Jaringan Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) juga lebih sukses meradikalisasi Uighur dibandingkan muslim suku lain di sini.
Berbagai alasana tak masuk akal lain yang dinilai konyol
Selain itu, ada beberapa puluh alasan lain yang juga dinilai sebagai aksi ‘mencurigakan’ dari Muslim Uighur sehingga mereka dianggap layak masuk kamp pendidikan (penjara). Meskipun terkesan konyol, inilah yang berhasil Boombastis rangkum melansir dari Vice.com. Di antaranya: Memiliki kompas, alat las, stok makanan berlebih, punya lebih dari satu pisau, banyak anak, punya whatsapp, berbicara dengan orang yang pernah keluar negeri, berjenggot.
Adapun selain itu, melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim seperti puasa, berdoa, mendengarkan ceramah, ikut kajian juga digolongkan sebagai pelanggaran. Intinya, semua aturan di atas lebih kepada memojokkan mereka dan tidak memberi hak kebebasan hidup secara manusiawi.
Pernyataan mereka yang pernah mendekam di kamp (penjara)
Berdasarkan hasil wawancara Human Rights Watch (HRW), mereka mewawancarai setidaknya 58 orang Uighur yang pernah lolos dari Xinjiang dan menceritakan diskriminasi yang dialami oleh etnis mereka. Menurut salah satu di antaranya, penjara tersebut dimaksudkan pemerintah untuk mendidik kembali agar Uighur lebih cinta Tiongkok. Padahal, berdasarkan pengakuan para narasumber HRW bukan itu tujuan asli pemerintah.
Kamp pendidikan ini lebih mirip dengan tempat penyiksaan, di mana orang Uighur di sana dikekang kebebasan beragamanya. Bukan semata-mata pula karena mereka dicurigai terkait dengan ISIS seperti klaim pemerintah, tetapi lebih kepada trik pemusnahan identitas orang Uighur sebagai muslim secara keseluruhan.
BACA JUGA: 5 Ketidakadilan Muslim Uighur oleh Pemimpin Negaranya Sendiri
Sehingga, orang-orang Uighur di sini tak hanya mendapat deksriminasi tetapi juga terror yang mengancam keselamatan jiwa mereka. Hal tersebut sama sekali tak ada kaitannya dengan kecurigaan pemerintah akan bibit-bibit ISIS yang tertanam dalam diri mereka, tetapi lebih kepada maksud pemusnahan identitas Uighur sebagai muslim dengan ras minoritas. Kasihan dan miris memang.