Dalam tokoh pewayangan, Arjuna atau Arjuno adalah sosok yang memiliki peran sentral. Sekarang, banyak sekali serial TV –yang rata-rata diperankan orang India dan bercerita tentang para Pandawa atau Kurawa.
Tetapi, kali ini bukan Arjuno itu yang akan kita bahas, melainkan salah satu gunung yang ada di Jawa Timur, Gunung Arjuno. Menurut mitos, gunung ini merupakan tempat Moksa-nya Arjuna dan Eyang Semar. Bagi yang sudah pernah mendaki gunung ini, bisa dibayangkan betapa gagahnya Arjuno yang berdiri 3.339 mdpl.
Lazimnya setiap gunung, pasti ada saja hal mistis yang terkenal darinya. Di Arjuno sendiri ada banyak sekali situs peninggalan kerajaan dari zaman Majapahit jika melalui pendakian via Purwosari. Situs ini berupa arca atau candi yang digunakan sebagai tempat pemujaan (bahkan sejak zaman dahulu). Hal tersebut dapat kamu jumpai sedari awal mendaki hingga puncak Arjuno.
Tak hanya dari jalur Purwosari saja, bagi yang memulai pendakian dari desa Tambak Watu Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan, akan ada nuansa magis yang kamu lalui sepanjang jalan. Bagaimana tidak, ada banyak situs yang masih berdiri kokoh dan dijadikan tempat pemujaan dan meditasi, terutama oleh mereka yang beraliran kejawen. Hal inilah yang membuat tempat kekunaan di Arjuno terawat dengan baik.
Selain itu, yang paling terkenal dari gunung ini adalah alas lali jiwo atau hutan lupa diri. Dari penamaannya saja rasanya sudah angker dan membuat bulu kuduk berdiri. Alas lali jiwo ini mayoritas ditumbuhi pohon cemara, jika survivor (pendaki) melalui jalur Lawang makan akan tampak kumpulan hutan cemara yang oleh warga setempat sering dinamakan cemara sewu. Topologi hutan ini jarang pohon atau tidak rimbun, hal ini karena seringnya terjadi kebakaran hutan.
Sebelum melewati alas lali jiwo, para pendaki alas Nggombes, di mana hutan terasa sangat lembab. Setelahnya baru masuk ke alas lali jiwo. Alas ini mengitari gunung Arjuno sehingga akan ada pertemuan antara pendaki yang naik dari Purwosari, Pasuruan, Lawang, dan Singosari. Medannya cukup menanjak dan menantang karena ada banyak larangan yang berlaku.
Melewati Arjuno, para pendaki tidak boleh sembarangan berbuat, misalnya merasa sudah mendaki lama, ataupun bersikap sombong. Banyak sekali pendaki yang hanya memutari dan lewat jalur itu-itu saja, sehingga mereka kelelahan dan tersesat, bahkan mungkin bisa tewas di Arjuno.
Selain tidak boleh sombong, hal lain yang menjadi pantangan para survivor, di antaranya: tidak boleh memakai baju dominan warna merah, jangan sesumbar (sombong) dan menggampangkan, jangan mendaki dengan jumlah ganjil, serta dilarang keras merusak situs situs peninggalan Majapahit yang tersebar di Arjuna.
BACA JUGA: Ikan Mas Jelmaan Sampai Pocong, Inilah Mitos Ranu Kumbolo yang Harus Diketahui Pendaki
Bertandang ke alam memang harus penuh sopan santun. Sebagai seorang tamu berlakulah layaknya tamu yang status kita orang asing. Beberapa orang mungkin memang terlihat kuat fisiknya, namun hal tersebut lagi-lagi tidak ada gunanya saat ia abai terhadap peraturan apa saja yang tidak boleh dilanggar. Semoga bermanfaat!